36. Late Confession

91 13 0
                                    



. . .

"Seokjin ayo cepat!"

Pria bersurai perak itu membungkuk sebentar di depan layar untuk membetulkan letak kameranya, kemudian berjalan mundur dan merentangkan kedua tangannya.

Mereka berada di puncak gunung dengan matahari terbit di belakang sang pria.

Seokjin berlari kecil dan tertawa lalu berdiri di sampingnya.

"Sunrise!" Ia berteriak senang.

"Kukira mataharinya tidak akan muncul karena hujan"

Seokjin berbalik, memakai kacamata hitamnya kemudian bertolak pinggang menatap indah bundaran berpendar yang bergerak perlahan dari balik pegunungan di seberang mereka.

"Indah sekali...." Ken berucap pelan ke depan kamera.

. . .

Kedua alis Seokjin terangkat pelan saat sosok yang amat dekat dengan layar itu muncul.
Senyum tipis terulas seiring sesuatu yang terasa perih dalam dadanya.

. . .

"Seokjin..."

"Ya? Aaaahhh...Kennnnn!"

Pria bersurai pirang itu menoleh dengan wajah polosnya kemudian berteriak dan lari menjauh saat kepalan tangan itu terbuka dan menampakkan seekor jangkrik.

Suara gelak tawa terdengar di balik kamera yang berguncang.

"Siapa sangka pecinta alam ini ternyata takut serangga" Ken berbicara pada kameranya.

"Cute...." Ia berbisik.

"Heyyy....ini tidak ada hubungannya dengan pecinta alam!" Seokjin berteriak dari balik pohon yang berjarak beberapa meter darinya.

"Seokjin benar-benar takut serangga" Suara kekehan itu masih terdengar di belakang kameranya.

"Seokjin....."
"Ayo sini....serangganya sudah kubuang"

"Bohong!" Pria itu tetap mengintip dari balik pohon, tak berpindah dari tempatnya.

"Lihat..." Kamera itu berguncang saat diletakkan di atas rerumputan.

"Sudah tidak ada"
Ken mengangkat kedua telapak tangannya, berjalan menghampiri sang pria yang mundur perlahan dengan tatapan curiga.

"Seokjin...."

"Aku serius"

Gelak tawa itu kembali terdengar, wajah cerianya terekam saat pria itu menghampiri dan menarik kedua tangan Seokjin keluar dari balik pohon.

"Kau merekamku?" Seokjin menoleh pada kamera yang masih menyala.

"Keennnnn!" Ia memukuli lengannya.

"Tidak....tidak.....aku tidak merekammu"

"Mungkin tak sengaja ketika aku meletakkannya"

"Ku matikan yaa..."

Kamera itu terangkat, Ken kembali mendekat pada layar dengan senyum lebar yang masih terlukis di bibirnya.

"He's mad..." Ia berbisik.

"So cute...."


"Hey! Benar kan kau merekamku ketakutan karena serangga itu!" Seokjin berlari kecil mencoba merebut kameranya. Mereka saling mendorong dan tertawa-tawa.

"Kumatikan.....ini kumatikan...."

. . .

Layar pun gelap.

Senyum pilu terus mengembang di wajah Seokjin.

Potongan-potongan film yang selama ini pria itu rahasiakan ketika ia penasaran dan mencoba mengintip isi kameranya.

Ketika Seokjin selalu berpikir bahwa isi kamera itu hanyalah foto juga video Ken dan Eunji.

. . .

"Hai...ini Lee Jaehwan..."

Suara berbisik itu berasal dari sebuah kamar hotel dengan sedikit pencahayaan.

Ken duduk bersila di depan jendela tertutup tirai. Menatap kamera dengan senyum di wajahnya.

"Aku akan melakukan pekerjaan yang agak berat pagi ini"
"Jujur aku agak takut setelah melihat kondisi tempat kejadian kemarin"

"Belum pernah aku meliput kerusuhan sebesar ini"

"Tapi agensi kami bilang mereka tidak akan bisa menyakiti reporter karena kami di bawah perlindungan hukum"

"Tapi tetap saja...." Ia terkekeh pelan.

"Ehem....okay..."
"Jadi....."

"I just broke up with my girlfriend yesterday"

"Salahku....."

"Aku tidak jujur. Padanya, pada diriku sendiri"

"Dan....pada seseorang"

"I'm screwed...." Ia mengusap-usap kening dan mata lelahnya.

"Aku menyukainya dari awal kami bertemu"
"Tapi aku terlalu pengecut untuk mendekatinya"

"Jadi aku memutuskan untuk berteman, sahabat lebih tepatnya. Karena dengannya aku merasa nyaman untuk berbagi apapun"


"Hari ini aku sudah memutuskan untuk berani mengungkapkan perasaanku"

"Aku akan bilang bahwa aku menyukainya"

"Semoga aku bisa menyelesaikan pekerjaan lebih cepat agar bisa pulang malam ini juga"

"Lalu besok......"

TOK TOK

"Semua reporter bersiap sekarang!"
"Mereka telah memenuhi jalan utama lebih cepat dari perkiraan"


"Okay!"

"Sepertinya aku harus pergi sekarang"

"Jam empat pagi....." Ia melirik jam tangannya setelah mengangguk menjawab atasannya yang tiba-tiba masuk ke kamar mereka.

"Semoga aku bisa cepat pulang"

"Doakan aku berhasil menjadikan Seokjin kekasihku"

"Fighting!"

. . .

Kepalan tangan di samping wajah juga senyum lebar dan anggukan mantap itu menutup video terakhir seorang Lee Jaehwan.

PetrichorOnde as histórias ganham vida. Descobre agora