34. Visitor

71 11 1
                                    




"Seperti biasa.....harum sekali...."

Namjoon yang baru keluar dari kamarnya langsung memeluk pinggang ramping sang kekasih lalu mengecup bahu dan lehernya.

"Aku atau supnya?" Seokjin menoleh tertawa.

"Both...." Namjoon terkekeh dan mengeratkan pelukannya.


"Ayo sarapan...."

"Janchi Guksu untuk Anda, tuannn...."

Seokjin tersenyum lebar meletakkan sup mie itu ke atas meja makan kemudian mempersiapkan kotak bekal.

"Ahhh.....aku jadi malas pergi...." Namjoon mengerang pelan saat duduk untuk menyantap sarapannya.

"Aku pasti kangen sekali disana nanti"

Seokjin membalikkan tubuhnya, memiringkan kepala menatap lembut sang pria yang masih mengerucutkan bibirnya.

"Cepat pulang kalau begitu..."
"Jangan melakukan hal bodoh lagi..."

"Ingat ada aku yang menunggumu disini" Ia berucap pelan.

Namjoon melirik dan menghela napas panjang, mengulurkan tangannya untuk menarik Seokjin duduk ke pangkuan dan menyandarkan keningnya pada lengan sang pria.

"Aku janji tidak akan berbuat bodoh lagi..."

"Tanpa Jackson mengingatkanku pun aku akan selalu berusaha mengingat ucapanmu" Ia mengecup lembut bibirnya.

"Aku........tidak mau Jackson yang mengingatkanmu, Namjoonie..."

"Apakah aku tidak cukup untuk membuatmu sadar?" Seokjin membelai surai abu-abu yang mulai memanjang itu.


"Maaf...." Namjoon meraih dan mengecup jemari lentiknya.

"Maaf aku tidak peka, Seokjin...." Ia tersenyum lembut menatap kedua matanya.

"Ya...ayo habiskan sarapannya"

"Aku akan bersiap lalu kita berangkat" Seokjin memalingkan wajahnya yang panas dan beranjak dari pangkuannya.


"Seokjin...."

"Ya?"

"Aku hanya mencintaimu...." Namjoon mengerjapkan matanya pelan dan tersenyum.

"Tidak ada yang lain"

.

.

.

"Hati-hati Namjoonie.."

"Pakai jaketnya"

"Jangan terlambat makan"

"Tidur cepat ya...."

"Kau bawa payungku?"



"Iya sayang.....iyaaa...."

Namjoon tertawa gemas, meraih kedua tangan yang sibuk mengeluarkan jaket tebal dari tasnya, memasukkan payung kesayangannya, juga membekalinya dengan biskuit juga kue-kue kecil.

"Aahhhhh.....aku tidak mau pergiiii....." Ia mengerang dan memeluk erat sang pria, menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher beraroma vanilla lembut itu dan menggeseknya pelan.

"Cepat pulang Namjoonie....." Ia berbisik.

Namjoon menghela napas singkat dan melepas pelukannya. Ia mengangguk dan mengusap pipi Seokjin dengan ibu jarinya.

"Aku berangkat ya..."

Seokjin mengangguk, "Jackson sudah datang". Ia menunjuk ke belakang sang pria.


"Hey...jangan khawatir"

"Aku akan menjaganya" Pria bersurai pirang itu terkekeh menonjok lengan pertnernya.

Seokjin tersenyum. Ketiganya melambaikan tangan.

Ia pun kembali ke dalam ruang kerjanya.


Perjalanan pulang malam itu terasa sepi. Berkali-kali Seokjin mengecek ponselnya, menunggu kabar dari sang pria walapun ia tahu Namjoon mungkin belum tiba atau belum memiliki waktu senggang untuk menghubunginya.



Peralatan dapur yang belum sempat ia bereskan pagi tadi pun telah berada di tempatnya. Seokjin menghela napas.

"Sepi sekali, Namjoonie....." Ia memgerucutkan bibirnya sedih.



TOK TOK TOK


Seokjin berjengit kaget mendengar suara pintu rumahnya diketuk.

"Apakah Namjoon tidak jadi pergi?" Ia berlari kecil, tersenyum dan membuka lebar pintu berwarna putih itu.


"Eunji?" Ia membulatkan matanya.

"S-sedang apa disini?"
"M-maksudku.....dari mana kau tahu aku disini?"

Wanita itu tersenyum.

"Hallo Seokjin..."

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang