24. Riot

81 13 0
                                    




"Okay get in now"

"Namjoon, ingat...."

"Jaga emosimu" Jackson menepuk bahunya lalu kembali masuk ke dalam van yang menunggunya beberapa meter di luar penjara.

Namjoon menyeringai, memasang earpiece kemudian masuk ke dalam penjara umum itu bersama juru kameranya.




"Namjoon, kita mengudara sekarang"
"Kau sudah bertemu dengan tahanan yang akan kita wawancara?"

"I'm on it, Jackson"
"Ia ada di depanku sekarang" Namjoon menyentuh earpiecenya ketika berbicara dengan sang senior.



"Saya sedang mengikuti kelas keperawatan disini"
"Dan saya pun mendapat nilai yang baik dari hampir segala segi"

"Semuanya jadi berbeda ketika pemerintahan baru beroperasi, Pak" Tahanan bertubuh kurus penuh tattoo itu duduk berhadapan dengan Namjoon yang terus mewawancarainya.

"Kami hanya ingin perlakuan yang manusiawi terhadap para tahanan"

"Anda berada disini karena telah membunuh seorang petugas khusus kepolisian, Tuan"

"Bagaimanapun itu adalah sebuah kesalahan di mata negara" Namjoon menatapnya lekat dengan mikrofon yang terus terarah pada sang tahanan.


"Bukan sebuah kesalahan jika petugas itu diperintahkan untuk menjebak Anda, menjadikan Anda umpan untuk melindungi pelaku yang sebenarnya" Tahanan itu menghela napas panjang lalu mendekatkan wajahnya pada Namjoon.

"Saya punya istri yang tengah mengandung saat itu Pak"

"Dan petugas itu dengan kejam memisahkan mereka dari ayahnya"

"Setelah menodainya...." Ia mengusap wajahnya kasar.

"Bayi Saya lahir tanpa ayah, tanpa perawatan yang baik"

"Anda tahu bahwa itu adalah sebuah jebakan, kenapa Anda tidak melawan?" Menelan ludah singkat, Namjoon melanjutkan pertanyaannya.

"Kim Jong Soo"

"Saya ingat jelas nama yang tertera di dadanya"

"Siapa yang berani dengan beliau heh" Sang tahanan terkekeh sinis.

"Memiliki kedudukan cukup tinggi dan koneksi luas pada masanya"

"Berkali-kali Saya menuntut banding pun beliau selalu membalikkan fakta untuk menjatuhkan Saya"

"Namjoon...buat ia bicara tentang kasusnya"
"Apa yang para tahanan inginkan"
"Namjoon, kau dengar aku?"

"Namjoon?"

Arahan berulang Jackson seakan tak menggubris sang pria yang terdiam di tempatnya. Ingatannya kembali pada seorang komandan berhati dingin.

Hampir tujuh tahun silam sang ayah kembali dari tugasnya dengan rasa bangga, bau alkohol seperti biasa menyeruak saat ia memasuki rumah bersama rekan-rekannya. Menertawai pencapaian kotor mereka.

Kedua telapak tangannya mulai berkeringat. Pertemuan dengan tahanan itu seperti melengkapi rahasia keluarganya.

"Penjara dulu merupakan tempat penebusan dosa, Pak..."
"Setidaknya itu yang masih ada di pikiran Saya"

"Sekarang......sangkar besi ini hanya jadi ruang hukuman" Ia terkekeh pahit.

"Pak, Anda baik-baik saja?"
Tahanan itu kembali mendekatkan kepalanya saat teriakan terdengar.

Namjoon tersentak kemudian menoleh, beberapa tahanan terlihat berlari bergerombol dan melawan para sipir penjara.

"Oh mereka benar-benar melakukannya" Sang tahanan menyunggingkan senyum sinis.

"Anda tidak ingin berada disini lama-lama, Pak"

"Kerusuhan akan dimulai..."


Dan suara tembakan pun mulai terdengar.

"Namjoon! Apa yang terjadi?"
"Please report!" Jackson kembali mencoba berkomunikasi setelah melihat kekacauan dalam monitornya.

"Riot...." Namjoon menembalikan kesadarannya.
"Mereka menuntut perlakuan yang lebih baik, Jackson"


"Nam....You okay?"

"Namjoon!"
Suara gemuruh tiba-tiba memutus sambungan mereka.







"Moonbyul....." Seokjin menarik pergelangan tangan wanita yang telah berjalan mendahuluinya. Melirik khawatir pada ruang di seberangnya.

"Oh tidak.....Pak Kim melakukan apa lagi sekarang?" Moonbyul menghela napas dan menggulirkan bola matanya.


"Sepertinya ada kerusuhan di penjara tempat Namjoon bertugas"

"Apa kita terburu-buru? Aku ingin mengetahui apa yang sedang terjadi" Seokjin menatapnya penuh harap.

Moonbyul menggeleng dan mendorong punggung Seokjin untuk ikut melihat apa yang membuat para karyawan sibuk di depan monitor mereka.




"Namjoon kembali!"
Layar monitor menampakkan para tahanan dan sipir yang saling bersitegang di antara kepulan asap.

"Kerusuhan telah terjadi di penjara umum ini"

"Perlakuan tidak manusiawi terhadap para tahanan membuat mereka berontak"

"Kami laporkan bahwa hingga saat ini korban jiwa telah mencapai 9 orang"

"Tempat ini ditutup hingga suasana kembali terkendali"


"Sorot mereka, Namjoon" Jackson kembali memberi perintah.

Kamera itu kembali berguncang saat para tahanan berebut jalan untuk berusaha melarikan diri di lorong sempit.

Namjoon terpojok diantara pertikaian yang tengah berlangsung.

Ia berusaha melepaskan diri dari kerusuhan di sekitarnya, sang juru kamera mengarahkan perekam video itu menyorot seorang sipir yang dengan brutal menghantam tahanan yang baru saja ia wawancarai dengan tongkat besinya.

"Namjoon don't!"

Teriakan Jackson tak mengurung niat Namjoon untuk menarik kerah seragam sang sipir dan menghempaskannya ke dinding.

"Hey! Bertahanlah!" Namjoon meremat leher baju sang tahanan yang telah berbaring lemah.

"Kami hanya ingin keadilan, Pak..."

"Kami sudah berkelakuan baik....."

"Kami berhak mendapatkan....."

Tahanan itu menghembuskan napas terakhirnya dengan mikrofon yang masih berada dalam genggaman.


"Namjoon...."

"Let go, Namjoon...."

"Moving on....." Suara itu melembut. Berusaha menenangkan sang pria yang masih terpaku dengan napas memburu di tempatnya berdiri.


"He's gonna get in trouble for that...."
Moonbyul memijit pangkal hidungnya.

Sementara Seokjin hanya menatap layar itu tegang dengan kepalan tangan di bibirnya.

PetrichorWhere stories live. Discover now