13. Somebody Misses You

97 15 0
                                    




"Miss me?"

Suara berat itu membuat Seokjin berjengit kaget di depan mesin pembuat kopi beberapa meter dari ruang kerjanya.

"Namjoon!" Senyumnya melebar dengan mata sembab berbinar.

Hela napas lega berhembus dari bibirnya.

Pria keras kepala itu akhirnya kembali muncul di hadapannya, berdiri menjulang seperti biasa. Senyum berdimple menghias wajahnya.

"Kau sehat?" Perlahan jemarinya menyentuh luka juga memar di pipinya.

"Aku masih harus melakukan pemeriksaan setelah ini"
"Sepertinya aku menghirup banyak asap ganja disana" Ia terbahak.

"Bodoh...." Setengah berbisik Seokjin menonjok dada bidangnya.

"Bodoh....bodoh.....Namjoon bodoh!" Matanya kembali berkaca-kaca.

"Sudah kubilang jangan melakukan hal bodoh!"


"Hey....berkat rasa penasaranku akhirnya sindikat itu berhasil dilumpuhkan, Seokjin"

"Hebat bukan" Pria itu kembali terbahak memamerkan lesung pipinya.

"Dan mengorbankan dirimu?!"
"Tidak harus seperti itu, Namjoon!"

"Bagaimana jika mereka tidak menemukanmu?!"

"Bagaimana jika dengan kau mengamuk kemarin mereka malah me....me......"

"Hey...hey....Seokjin lihat aku..."

"Aku baik-baik saja" Namjoon terkekeh merendahkan kepala menatap pria yang telah tertunduk menggigit bibir bawahnya.

"Seokjin?" Tatapannya menangkap butiran air mata yang jatuh ke lantai.

"Ada sesuatu yang ingin kau ceritakan padaku?" Senyumnya memudar.

Tak menjawab, Seokjin berbalik dan pergi meninggalkannya.

.

.

.

"Ia hanya reporter lepas yang baru saja lulus kuliah"
"Bekerja hampir dua tahun di kantor berita yang sama dengan Seokjin yang juga seorang fotografer lepas"

"Peristiwa itu terjadi tak lama setelah Seokjin kembali dari Tokyo"

"Aku tidak tahu detilnya seperti apa"

"Yang jelas, reporter itu tak sengaja tertembak oleh salah seorang anggota geng saat sedang meliput"

Namjoon menghela napas panjang.
"Begitu...."

"Aku mengerti sekarang kenapa Seokjin begitu emosional jika telah menyangkut soal pekerjaanku"

"Thanks Tae..."


"Nam....ini bukan hal yang ringan"
"Sebaiknya kalian berbicara berdua"

"Tanyakan siapa Lee Jaehwan bagi Seokjin di masa lalunya..."

.

.

.

"Sepertinya malam ini tidak akan hujan"

"Namjoon....berhentilah mengejutkan aku dengan muncul tiba-tiba"

Seokjin memejamkan mata sejenak, menepuk-nepuk dadanya yang sedetik lalu ikut terlonjak karena jantungnya seakan melompat.

Pria tegap itu hanya tertawa gemas menatapnya.

"Kukira kau diberi cuti hari ini?" Seokjin kembali membereskan tasnya, bersiap untuk pulang setelah mematikan lampu meja kerjanya.

"Aku cuti kok hari ini"
"Baru saja hasil pemeriksaanku keluar"

"Aku mengambilnya lalu kesini menjemputmu"

Langkah kaki Seokjin yang berniat meninggalkannya terhenti. Ia menoleh bingung.

"Kau tahu efek samping dari ganja selain halusinasi adalah lapar?

Seokjin menggeleng ragu dengan tatapan polosnya.

"Temani aku makan malam ya..." Namjoon memiringkan kepalanya, tersenyum manis berharap pria di hadapannya mengangguk.

Seokjin kembali menggeleng. "A-aku......"


KRUYUUKKK


Mengulum senyum dan memutar bola mata seolah berpura-pura tak mendengar, Namjoon menarik tas hitam itu mendekat hingga Seokjin oleng.

Keduanya pun tertawa kecil.

"Aku lapar...." Bibir mengerucut itu menyertai tatap mata memelasnya.


Tak menjawab, Namjoon menjawil pipi bulatnya gemas dan tersenyum.

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang