“Haruskah kubunuh kau sekarang juga?” Geogra mencengkeram pundak Zeyra. Ia bisa melihat raut muka Zeyra yang memucat. Bibir gadis itu gemetar.

“Jangan membuatku hilang kesabaran, jawab pertanyaanku!”

“Z-zey b-bekerja lalu Tuan menyuruhku untuk tinggal di sini... S-sakitt...” Zeyra meringis, ia mengepalkan tangan menyalurkan rasa sakit itu.

Sudah Geogra duga. Dalang dibalik hilangnya Zeyra merupakan ulah pria itu yang tak lain adalah Arkielga, ayahnya. Pantas saja Geogra tidak bisa menemukan keberadaan Zeyra. Ternyata Arkielga yang menyembunyikan gadis itu di sini.

Geogra melepas cengkeramannya Dia mengusap kasar rambutnya hingga acak-acakan. Zeyra masih menunduk, dia sangat takut dengan Geogra. Dia ingin segera keluar, ia tidak mau berlama-lama bersama laki-laki itu.

Tiba-tiba Geogra mendekat, tangannya bertumpu pada dinding tepat di sisi kepala Zeyra. Ia mendekatkan wajah, lalu berbisik. “Kau sudah berada dalam genggamanku. Kau takkan bisa lari dariku.”

Sekarang Zeyra menyesal telah membuat keputusan agar dirinya bekerja di tempat ini. Gadis itu tidak sadar bahwa ia telah menghantarkan dirinya sendiri pada laki-laki itu.

Geogra memejamkan mata saat tak sengaja mencium aroma yang menguar dari tubuh gadis di hadapannya. Ia menghirup aroma Zeyra yang terasa memabukkan.

Hembusan napas yang menerpa kulitnya membuat Zeyra merinding. Dia berusaha menjauh dari wajah Geogra yang sangat dekat dengannya.

Gadis itu memekik ketika sebelah tangan Geogra meraih tangan Zeyra yang dibalut perban.

“Sakit, hm?” tanya Geogra, ia menyeringai. Membawa tangan yang dibalut perban itu ke depan wajah. “Kau tahu apa yang harus kau lakukan untuk tuanmu?”

Zeyra mengangguk kecil, dia menggigit bibir menahan sakit. Ia tidak punya pilihan lain selain menyetujuinya.

***


“Kak Zey, kau tidak apa-apa, kan?”

Kini ketiga perempuan itu tengah berada di ruang keluarga. Setelah cukup lama menyekap Zeyra di dalam kamar Geogra, laki-laki itu akhirnya melepaskan Zeyra lalu pergi menemui Arkielga di ruang kerja.

“Zeyra,” panggil Rashelyna. “Geogra tidak melakukan sesuatu padamu, kan?”

Zeyra menarik sudut bibir membentuk senyum tipis. Ia menggelengkan kepala. “Tidak, Nyonya.”

Rashelyna menghela napas, lega. “Syukurlah. Aku kira dia berbuat sesuatu padamu.”

“Mengapa Kak Geo membawa Kak Zey. Apa yang kalian lakukan?” tanya Giselle, penasaran. Dia baru tahu ternyata Geogra sudah lebih dulu mengenal Zeyra. Ah, karena satu sekolah sudah pasti mereka saling kenal, pikir Giselle.

Zeyra menggaruk pipi. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Jika ia mengatakan yang sebenarnya, bisa-bisa Geogra akan membunuhnya.

“H-hanya...”

Mata Giselle memicing. “Jangan-jangan kalian...”

“Sudahlah. Zeyra kau pasti lelah, pergilah beristirahat,” ujar Rashelyna seraya tersenyum.

Tanpa lama, Zeyra mengangguk. Ia berpamitan terlebih dahulu lalu beranjak dari tempatnya. Zeyra menghela napas lega. Hampir saja!

GEOGRAWhere stories live. Discover now