Setelah panggilan telepon selesai,  Naden hendak bertanya apa yang terjadi. Tetapi Geogra sudah lebih dulu beranjak, keluar dari tempat itu. Naden berdecak kesal, dia menghela napas pelan.

“Sabar, Naden,” ucapnya seraya mengelus dada.

***


Seorang gadis cantik yang wajahnya sangat mirip dengan sang ibu. Namanya Giselle, gadis itu merupakan anak kedua dari Tuan Arkielga dan Nyonya Rashel.

Zeyra sempat mengira anak pertama mereka yaitu laki-laki yang datang bersama Giselle, tetapi ternyata bukan. Dia adalah Efzy, paman Giselle. Lantas di mana putra pertama Nyonya Rashel? pikir Zeyra.

Giselle yang melihat kehadiran seorang gadis asing bersama wanita tua seketika bertanya-tanya. Kemudian Rashelyna menjelaskan tentang apa yang sudah terjadi. Mendengar kejadian yang menimpa ibunya, Giselle langsung memeluk erat Rashelyna seolah takut kehilangan. Saat itu Giselle sedang tidak berada di rumah karena pergi berlibur bersama pamannya.

Setelah selesai makan malam, kini mereka tengah berada di ruang keluarga. Awalnya Zeyra menolak saat dirinya diajak ikut bergabung bersama mereka tetapi Giselle merengek, memaksa gadis itu agar ikut dengannya.

Akhirnya Zeyra menuruti permintaan Giselle, setelah mengantar Sura ke kamarnya untuk beristirahat. Zeyra duduk di samping Giselle, menyimak percakapan keluarga yang terlihat harmonis itu.

“Jadi, Kak Zeyra akan tinggal di sini, Mom?” Giselle menatap Rashelyna dengan matanya yang berbinar. Rashelyna menganggukkan kepala membuat Giselle memekik senang. “Yeayyy!! Giselle jadi punya teman di rumah!!”

Pria yang berada di sebelah Giselle geleng-geleng kepala. “Sudah ada teman di rumah, jadi Om tidak perlu ke sini lagi, kan?” ucap Efzy.

“Tidak, Om harus tetap ke sini seminggu sekali. Om, kan, sudah janji mau belikan Giselle es krim!” Giselle berkacak pinggang. Ia menatap garang pada Efzy sedangkan pria itu menghela napas lelah.

“Sekarang, kan, sudah ada Kak Zey. Jadi, Om belikan es krim yang banyak ya!” ujar Giselle.

“Dasar maniak es krim,” sahut Arkielga yang sedari tadi diam.

Ucapan sang ayah tersebut membuat Giselle menoleh sebal.  “Daddy sirik saja.”

“Untuk apa sirik? Daddy bisa beli sendiri sekaligus dengan pabriknya.” Arkielga bersedekap dada, dagunya terangkat.

Giselle merenggut. “Ya sudah, Giselle juga bisa!”

“Minta pada Om saja bangga,” balas Arkielga tersenyum mengejek.

Zeyra yang menyaksikan itu seketika tertegun. Tuan Arkielga yang terlihat datar dan dingin ternyata sangat berbeda jika bersama keluarganya.

Mommy! Daddy nakal!” rengek Giselle mengadu pada sang ibu. Rashelyna yang tengah berada di samping suaminya, mencubit lengan pria itu. Arkielga mengaduh lalu terkekeh geli.

Giselle memalingkan wajah, kesal dengan ayahnya. Ya, mereka memang selalu seperti itu setiap harinya. Arkielga gemar sekali menjahili anaknya yang satu ini. Raut muka Giselle ketika sedang merajuk sangat menggemaskan. Sama seperti ibunya.

GEOGRAWhere stories live. Discover now