Zeyra segera bangkit dengan susah payah. Gerakan gadis itu sangat lambat. Geogra segera menarik lengan Zeyra. Dia berjalan dengan cepat membuat Zeyra kesulitan mengimbangi langkah lebar lelaki itu.

"Kita akan ke mana, Tuan?" tanya Zeyra memberanikan diri. Dia semakin cemas saat suara bel berbunyi pertanda pembelajaran akan segera dimulai.

Tak ada jawaban atas pertanyaannya. Geogra malah semakin mempercepat langkahnya. Zeyra bahkan hampir tersandung berkali-kali. Kedua manusia berbeda jenis kelamin itu melewati lorong sekolah.

Para murid yang melihat Geogra segera menyingkir. Bisik-bisik mulai terdengar ricuh. Mereka mulai menebak-nebak dalam hati. Apa yang tengah laki-laki itu lakukan?

Raut muka Geogra terlihat menyeramkan. Alisnya mengerut, rahang tegas itu mengetat. Saat mereka berdua melewati para murid, tak ada satupun yang berani mengeluarkan suara.

Di satu sisi mereka senang karena gadis bodoh itu alias Zeyra pasti sedang dalam masalah besar sampai-sampai Geogra marah. Namun, di sisi lain. Mereka bergidik ngeri, entah apa yang akan dilakukan lelaki itu pada Zeyra. Mungkinkah Zeyra takkan selamat?

Bukan tanpa alasan mereka bisa berpikir demikian. Zeyra merupakan orang yang kesekian kali yang berani berurusan dengan Geogra. Sebelumnya pun pernah ada. Dan apa yang terjadi? Keesokan harinya orang itu menghilang entah ke mana. Tak banyak, ada pula yang mati secara misterius.

Laura yang juga berada diantara para murid, menyunggingkan senyum smirk. "Hidup atau mati?"

"Menurutmu apa yang akan terjadi?"

"Entahlah, baru kali ini Geogra berurusan dengan seorang gadis."

"Tetapi mengapa Geogra tidak memberi perintah padamu, Laura?"

Ucapan temannya itu benar. Ini pertama kalinya ada seorang gadis di sekolah yang berani mengusik Geogra, penguasa sekolah yang kejam nan menyeramkan.

Pada saat itu, Laura dibuat senang. Akhirnya laki-laki yang amat sangat ia sukai melirik ke arahnya. Geogra memintanya bertemu. Memberi perintah langsung padanya untuk mengurus seorang gadis bernama Zeyra.

Tanpa memikirkan apapun lagi karena begitu senangnya. Laura langsung menyetujuinya. Menurutnya itu sangatlah mudah. Ia akan melakukan apapun asal itu untuk Geogra.

Dari sejak lama Laura telah menyukai Geogra. Namun, tak berani untuk mengungkapkan rasa sukanya itu. Dia terlalu takut, karena dulu ada kejadian seorang murid perempuan yang bernasib malang setelah menyatakan cinta pada Geogra.

Sebelumnya Naden sempat menawarkan Laura uang dengan nominal yang cukup besar. Sebagai upah atau balasan untuk gadis itu. Tetapi, Laura menolak mentah-mentah. Ia melakukan perintah Geogra secara suka rela. Melakukan penindasan. Bukan hal yang sulit.

Tetapi entah mengapa, kali ini Geogra sendiri yang langsung turun tangan mengurus gadis cupu itu. Bahkan Naden pun tidak menghubunginya lagi. Sebenarnya ada apa? Apa ia telah melakukan kesalahan?

Berbagai macam pertanyaan mulai bermunculan di benaknya.

Laura mulai gelisah. Dia takut Geogra tak menyukai dan kurang puas dengan perbuatannya terhadap Zeyra, oleh karena itu Geogra sendiri yang mengurusnya.

"Cari tahu apa yang terjadi."

***

Di rooftop terlihat ketiga gadis tengah duduk sembari menunggu kedatangan seseorang. Tak hanya mereka, ada seorang lelaki juga yang sedang duduk bersandar di sofa.

Camela sedari tadi tak berhenti berkaca di cermin kecil yang selalu ia bawa kemana-mana.

"Mel, kau tidak bosan terus menatap wajahmu?" tanya Naden mulai jengah.

GEOGRAWhere stories live. Discover now