"Nah, Rie. Ayo coba tengkurap sekali lagi! Serangga yang mengganggu sudah tidak ada lagi." kata Lorenzo dengan senyum lebar di wajahnya.
Lilyana menatapnya datar.
"Yang serangga itu adalah kau dan kedua kakakmu itu tahu!"
Lilyana memindahkan tatapan matanya pada langit-langit kamarnya. Istirahat sejenak sebelum mencoba untuk tengkurap.
Bayi kecil ini juga tidak tahu mengapa dia segugup itu ketika ditatap oleh orang dewasa saat melakukan sesuatu. Apa Lilyana punya kenangan buruk dengan orang dewasa? Tapi, kapan? Lagipula, Lilyana kan masih bayi. Jadi, mustahil dia sudah punya kenangan.
"Apa Rie lelah?" tanya Letisha khawatir.
"Kalau lelah, istirahat saja. Jangan memaksakan diri." ujar Rexave. Suaranya terdengar begitu lemut.
Lilyana menoleh. Menatap ketiga bocah itu. Kenapa mereka bertiga begitu mengkhawatirkan bayi kecil ini? Lilyana yakin kalau ketiganya masih disuapi saat makan. Bocah yang seperti itu kenapa dibiarkan mengurus seorang bayi tanpa pengwasan orang dewasa?
"Abooo.." celoteh Lilyana.
"Kalian bodoh!"
Itu adalah kalimat yang ingin Lilyana katakan. Tapi, seperti biasa. Hanya celotehan tidak jelas yang keluar dari mulutnya. Lidah bayi memang terlalu pendek hingga tidak bisa mengatakan kata yang sederhana dengan benar.
"Rie mau tengkurap lagi? Astaga! Tidak perlu memaksakan diri seperti itu. Tapi, baiklah! Kakak akan melihat Rie tanpa berkedip!" kata Lorenzo senang.
Lilyana melempar tatapan datar pada bocah laki-laki yang merupakan saudara kembar dari Letisha itu. Rexave yang melihat tatapan mata Lilyana tersenyum penuh arti. Seolah dia tahu jika apa yang dikatakan oleh Lorenzo bukanlah terjemahan dari celotehan Rexave.
Kalau boleh jujur, Rexave tahu jika adik bungsunya ini hanya bepura-pura tidak bisa tengkurap saja. Rexave juga tahu jika 'Clarice' bukanlah sekadar bayi berusia 4 bulan yang polos dan tidak tahu apapun. Bukan hanya Rexave, si kembar gila, Duke, dan Duchess sendiri pun tahu akan hal itu. Mereka tahu persis apa yang terjadi pada bayi kecil itu.
Kenapa?
Jawabannya sederhana.
Karena 'Clarice' bukanlah satu-satunya yang menolak terlahir sebagai keluarga Noewera.
Haha, keluarga ini memang memiliki banyak rahasia. Kalian akan mengetahuinya nanti.
Sekarang, lebih baik fokus melihat proses tengkurap Lilyana saja. Kalian juga pasti sudah sangat menantikannya, bukan?
Lilyana kembali memiringkan tubuhnya ke kanan. Dia sebenarnya ingin berhenti mencoba untuk tengkurap. Tujuan Lilyana melakukan hal ini kan adalah untuk menyelamatkan pra dokter. Dan, sekarang orang yang ingin Lilyana selamatkan itu sudah pergi dari sini. Jadi, tidak ada alasan bagi Lilyana untuk melakukannya lagi. Tapi, apa yang bisa Lilyana lakukan untuk menolak? Berceloteh? Yang ada ketiga bocah gila ini kembali salah paham.
"Sudahlah! Ada pepatah yang mengatakan, 'berikanlah permen untuk anak-anak gila jika kau menginginkan hidup yang tenang'. Jadi, tidak ada salahnya memberikan apa yang ketiga bocah ini inginkan." kata Lilyana dalam hatinya.
Tangan kiri Lilyana terjulur ke depan. Berusaha memberikan beban agar tubuhnya terjatuh ke kanan. Dengan begitu, Lilyana sudah tengkurap sepenuhnya.
"Ugh!"
Pipi tembam Lilyana menggembung. Perasaan dia sudah tidak lagi merasa tertekan. Tapi, kenapa tubuhnya masih kesulitan untuk tengkurap? Lihat saja wajahnya itu! Sampai memerah seperti itu!
"Ayo, Rie! Rie pasti bisa!"
"Semangat adik kecil kakak!"
"Ayo adik kakak yang cantik!"
Pluk! Tubuh Lilyana terjatuh ke kanan. Bayi kecil dengan jiwa orang dewasa di dalam tubuhnya itu tersenyum dengan lebar. Lilyana akhirnya bisa tengkurap!
Rexave mengangkat tubuh Lilyana. Menggendong dan memutarnya pelan.
"Kerja bagus adik kecil!"
"Kakak sangat bangga dengan Rie!"
"Rie memang sangat hebat!"
Lilyana menutup mulutnya dengan kedua tangan kecilnya. Rexave memang memutar Lilyana dengan sangat perlahan. Tapi, entah kenapa Liliyana tetap merasa mual dan pusing.
"Hoek..."
Lilyana memuntahkan susu yang dia minum 30 menit lalu. Muntahan susu itu mengenai wajah dan pakaian Rexave yang seketika berhenti memutar tubuh Lilyana.
Wajah Lilyana berubah pucat. Sialan! Dia pasti akan dibuang, kan?
Rexave tersenyum meski wajahnya dipenuhi oleh muntahan susu yang berbau asam. Sepertinya sudah tercampur dengan asam lambung.
Bukannya marah, Rexave malah mengangkat Lilyana lebih tinggi.
"Muntahan susu dari mulut Rie adalah air suci!" kata Rexave bangga.
"Ayo muntahi kakak juga!"
"Kak Lori juga mau!"
Lilyana tersenyum. Dia menatap ketiga bocah itu datar.
"Kosong! Kepala mereka kosong! Tidak ada otak di dalamnya!" batin Lilyana dalam hatinya.
YOU ARE READING
I'm A Transmigrating Princess
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan] Spin Off ITVAHM Kebahagiaan. Itu adalah kata yang sangat sulit Lilyana rasakan selama hidupnya. Tapi, di kehidupan kedua yang diberikan Avelon, naga yang mencintainya, Lilyana akhirnya bisa merasakan kebahagiaan. Clarice Ex...
Transmigrating 8
Start from the beginning
