"Katakan." Setelah sedari tadi diam, Geogra akhirnya mengeluarkan suara.

"Ah, bukankah terlalu cepat? Minumlah lebih dulu, aku tahu kau pasti lelah bukan?" Ravion memberi titah pada seseorang untuk membawakan minuman.

Ravion mencuri kecupan di pipi wanita itu. Sedangkan sang wanita memperlihatkan semburat merah di pipinya, dia menunduk antara takut dan malu saat tatapannya bertemu dengan netra gelap milik Geogra.

Geogra berdecih, "Mengundangku kemari hanya untuk melihat aksi bodohmu, cih!" Dia meludah tepat di hadapan Ravion.

Sang wanita yang berada di pangkuan Ravion terbelalak. Menurutnya laki-laki itu cukup berani. Wanita itu menegang kala pinggangnya terasa dicengkeram kuat.

Suasana berubah menjadi tegang. Kentara sekali dari raut wajah Ravion yang mengeras. Seakan tak bersalah, Geogra dengan santai mengeluarkan satu batang rokok. Ia membuka masker menampilkan wajahnya yang rupawan lalu mulai merokok, menghembuskan asap hingga mengepul di udara.

Ravion mengubah ekspresinya seperti semula. "Honey, pergilah. Aku akan menemuimu," ucapnya mengelus lembut lengan atas wanita itu yang terbuka. Sang wanita mengangguk lalu pergi begitu saja.

Laki-laki itu membuka satu persatu kancing jasnya karena merasa gerah. Setelahnya, Ravion melempar jasnya ke sembarang tempat, menyisakan kemeja putih yang terlihat mengetat memperlihatkan bentuk dadanya yang bidang.

Salah satu pelayan datang membawakan dua gelas minuman. Ravion langsung meneguk satu gelas wine hingga tandas. Dia terkekeh, "Harusnya kau berterima kasih padaku. Aku mengundangmu menjadi tamu penting malam ini. Aku sangat menantikannya, pesta kemenanganku. Menunjukkan pada mereka bahwa kau telah kalah dan sekarang posisimu berada di bawahku."

"Kau bangga dengan itu?" tanya Geogra, satu alisnya terangkat.

Ravion menyilangkan kakinya. "Ya, aku sangat bangga bisa mengalahkanmu."

"Pffft." Geogra membuang rokok yang tersisa setengah itu. Dia berusaha agar tidak meledakkan tawanya saat itu juga.

Kening Ravion mengerut tak suka. Dia tidak pernah melihat laki-laki itu tertawa. Dan apa yang membuatnya menahan tawa seperti itu.

"Walaupun hanya sekali?" ujar Geogra, dia menetralkan kembali ekspresinya menjadi datar.

"Apa maksudmu?"

"Aku sangat tersanjung kau telah repot-repot mengundangku ke pesta murahan ini." Mendengar perkataan yang keluar dari mulut Geogra membuat Ravion mengepalkan tangan.

Geogra berdiri, tubuhnya menjulang tinggi di hadapan Ravion. "Jika kau merasa bangga karena telah mengalahkanku hanya satu kali, itu tidak ada artinya dibandingkan denganku yang telah lebih dulu mengalahkanmu berkali-kali."

Ravion ikut berdiri, wajahnya memerah menandakan bahwa amarahnya akan meledak. "Bajingan! Beraninya kau!"

Senyum menyeringai terbit di wajah tampan Geogra. Inilah yang membuat Geogra senang. Musuhnya itu sangat buruk mengendalikan emosi. Dia melangkah mendekat lalu menepuk pundak Ravion yang sedang naik turun. "Nyatanya kau tak akan pernah bisa menang dariku, kau tidak lebih dari seorang hama."

Seolah telah memperkirakan gerakan Ravion yang akan meninju perutnya. Geogra dengan gesit menghindar. Dia membalas tindakan Ravion dengan menendang kakinya.

Ravion mengerang kesakitan, tendangan kuat dari Geogra tidak main-main. "Tangkap dia!" perintah Ravion pada anak buahnya.

Langsung saja segerombol pria berbaju hitam mengepung Geogra. Bukannya takut, Geogra malah semakin melebarkan senyuman yang malah terlihat mengerikan. Orang suruhan Ravion semuanya diam tak berkutik.

GEOGRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang