Aneh.
Entah kenapa Lilyana merasa iri pada si kembar. Padahal kehidupan mereka ditukar dengan nyawa sang ibu. Jadi, kenapa duke tidak membenci mereka berdua? Apa duke tidak mencintai istrinya? Tapi, melihat bagaimana duke perlu 6 tahun untuk menikah lagi, mustahil dia tidak mencintai mendiang duchess sebelumnya.
Sebenarnya, kenapa duke tidak membenci anak-anak yang sudah membunuh istrinya?
"Apa Rie takut akan diperiksa? Tidak apa-apa. Tidak perlu takut. Kakak ada di sini." kata Letisya dengan suara yang terdengar begitu halus layaknya sutra. Jika sutra bisa bicara, rasanya itu akan terdengar seperti suara Letisya.
Tidak bisa dipercaya jika gadis kecil ini akan berubah jadi iblis ketika bertengkar dengan kembarannya.
"Kakak juga ada sini. Kakak akan menjaga Rie. Soalnya, bocah yang ini tidak bisa dipercaya." kata Lorenzo dengan senyum lebar di wajahnya sembari melirik Letisya yang berdiri di depannya.
Letisya melempar tatapan tajam pada Lorenzo. Gadis kecil itu mengulurkan tangannya. Letisya menjambak rambut adik kembarnya dengan bringas. Seperti istri sah yang sedang melabrak pelakor.
Lilyana menatap langit-langit kamarnya sembari menyedot empeng dengan tenang. Bayi mungil ini bisa merasakan beberapa helai rambut berwarna coklat melayang di udara dan terjatuh di atas kasur Lilyana.
Sepertinya ada yang harus menggunakan shampoo khusus rambut rontok.
Bicara soal rambut, Lilyana baru sadar jika rambut ketiga bocah itu berbeda dengannya. Rambut Rexave dan Letisya pasti mirip dengan ayah mereka. Sedangkan, rambut coklat Lorenzo mirip dengan mendiang duchess. Dan warna mata Rexave dan Lorenzo merupakan turunan dari ayahnya. Sementara, mata Letisya mirip mendiang ibunya.
Kalau Lilyana, rambut putihnya pasti mirip dengan duchess saat ini. Tapi, bagaimana dengan matanya? Apa mata Lilyana berwarna hijau seperti tuan duke? Atau, putih seperti nyonya duchess? Apapun itu, Lilyana harap matanya berwarna hijau saja. Karena mata putih membuatnya tidak nyaman.
"Lepaskan rambutku, dasar penyihir jahat!" teriak Lorenzo. Bocah itu juga sedang berusaha menjambak rambut Letisha. Tapi, usahanya berakhir dengan kesia-siaan. Sebab, kepala Lorenzo yang menunduk karena jambakan Letisha.
"Siapa yang kau panggil penyihir jahat, dasar tikus buruk rupa yang bau?!"
Lilyana menatap langit-langit kamarnya datar. Bukankah dua bocah ini harusnya berhenti saling menghina? Penyihir jahat dan tikus pun punya harga diri. Di samping itu, bukankah Rexave sudah mengatakan pada mereka agar tidak bertengkar? Kedua bocah ini juga sepertinya lebih takut pada Rexave dibandingkan dengan ayah dan ibu mereka.
"Nona Clarice..." panggil seorang pelayan yang datang untuk memberi makan Lilyana. Ada botol susu di atas nampan yang dia bawa.
Lorenzo dan Letisha seketika berhenti bertengkar.
Wuah, Lilyana bisa merasakan tumpukan rambut coklat di atas kasurnya. Bukankah ini sedikit berlebihan? Setidaknya kepala Lorenzo tidak mengalami kebotakan. Hanya penampilannya saja yang jadi lebih buruk dibanding sebelumnya.
Letisha memang bisa berubah jadi penyihir jahat setiap kali bertengkar dengan Lorenzo. Apa Letisha juga akan mengajak Lilyana bertengkar seperti itu setelah Lilyana jadi agak lebih besar nanti?
Menyeramkan!
"Apa anda berdua bertengkar lagi, Tuan? Nona?" tanya sang pelayan.
Lorenzo dan Letisha menggelengkan kepalanya. Keduanya tersenyum dengan kaku. Lorenzo menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Tidak! Kami tidak bertengkar. Hanya sedikit bermain saja." kata Letisha. Gadis itu menyikut lengan Lorenzo.
"Bocah si... maksudnya kakak benar. Kami berdua tidak bertengkar."
Pelayan itu tersenyum. Dia melangkah mendekati Lilyana yang sudah terlihat lapar.
Lilayana menyedot botol susu itu. Dia makan dengan begitu lahap setelah empeng di mulutnya disingkirkan. Sementara itu, Lorenzo dan Letisha menatap Lilyana dengan takjub.
Kening Lilyana mengernyit.
"Tidak nyaman!"
Lorenzo tersenyum. Dia menatap Lilyana tanpa berkedip.
"Rie yang sedang minum susu lucu sekali!" puji Lorenzo.
"Benar! Sangat menggemaskan!" balas Latisha.
Lilyana menatap kedua bocah itu datar. Hanya perasaan Lilyana atau kedua bocah ini hanya akur ketika sedang memuji Lilyana saja?
Bocah yang sangat aneh.
YOU ARE READING
I'm A Transmigrating Princess
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan] Spin Off ITVAHM Kebahagiaan. Itu adalah kata yang sangat sulit Lilyana rasakan selama hidupnya. Tapi, di kehidupan kedua yang diberikan Avelon, naga yang mencintainya, Lilyana akhirnya bisa merasakan kebahagiaan. Clarice Ex...
Transmigrating 5
Start from the beginning
