Lorenzo langsung mengibaskan tangan dan menggelengkan kakinya dengan cepat.
"Tentu saja tidak! Mana mungkin aku berani melakukan hal itu. Clarice kan adik kita." terangnya panik.
Letisya menatap Lilyana dengan penuh kasih. Tangan mungil bocah itu mengusap rambut Lilyana yang masih tipis.
"Bukan adik kita. Tapi, adikku dan Kak Rex. Kau kan anak pungut."
Wajah Lorenzo berubah merah karena marah. Letisya terus saja bicara soal anak pungut. Padahal, tanggal lahir mereka sama. Ciri fisik mereka memang berbeda. Tapi, itu semua terjadi karena Lorenzo lebih mirip sang ayah alias duke. Sedangkan, Letisya lebih mirip mendiang ibu mereka. Ayah mereka sendiri yang mengatakan hal itu.
Rexave kembali menutup telinga Lilyana. Bayi kecil itu diam.
Dia tahu apa yang akan terjadi ketika Rexave menutup telinganya. Itu artinya, akan ada teriakan kencang di kamar ini.
"Aku bukan anak pungut tahu! Kau yang anak pungut!" teriak Lorenzo kencang.
Lilyana menatap bocah yang mulai menangis itu. Kekanakan sekali. Lilyana yang masih bayi saja bahkan tidak pernah menangis. Apa benar usia bocah ini sudah 7 tahun?
"Kau memang anak pungut. Dasar anak pungut!" Letisya masih belum puas menghina adiknya.
Kenapa para kakak selalu saja mengatakan jika adik mereka adalah anak pungut? Padahal wajah mereka dengan sang adik sudah seperti dicetak ulang. Dan, kenapa juga para adik selalu percaya dengan ucapan kakak mereka?
Jika Lilyana sudah tumbuh sebesar Lorenzo, apa Letisya akan mengatainya sebagai anak pungut juga? Terlebih, warna mata Lilyana kan berbeda dengan duke dan duchess. Itu akan menguatkan bukti jika Lilyana adalah anak pungut. Yah, semoga saja Lilyana memang anak pungut. Dengan begitu, dia bisa pergi dari tempat ini selamanya.
"Kakak jahat sekali! Aku bukan anak pungut. Hua...." Lorenzo benar-benar menangis sekarang.
Letisya tertawa kencang.
"Kekanakan sekali!" keluh Lilyana dalam hatinya.
Thomas yang melihat kejadian itu hanya bisa tertawa kaku sebelum akhirnya menghembuskan napas panjang. Selalu saja begini.
Lorenzo adalah anak yang mudah menangis jika dipanggil 'anak pungut'. Semua orang di kastil ini juga tahu. Tapi, Letisya terus saja memanggil adiknya seperti itu setiap hari. Mau dinasehati oleh duke, kakek, atau dewi sekalipun, Letisya akan tetap menggoda adiknya tanpa pernah merasa puas. Lorenzo juga sama saja. Padahal semua orang sudah mengatakan jika dia bukanlah anak pungut. Bidan yang membantu mendiang duchess melahirkan saja sudah mengkonfirmasi hal itu. Tapi, bocah ini tetap lebih percaya dengan ucapan kakak perempuannya.
Kalau sudah seperti ini, tidak ada yang bisa Thomas lakukan selain menunggu bocah kembar ini berhenti menghina dan menangis.
"Kau itu anak pungut tahu!"
"Bukan!"
Rexave tersenyum. Dia tidak bisa melakukan apapun karena kedua tangannya digunakan untuk menutup telinga Lilyana.
"Ryuu!" panggil Rexave dengan wajah seriusnya.
Seorang bocah berusia 12 tahun muncul di depan Rexave. Lilyana tidak bisa melihat bocah itu karena jaraknya yang cukup jauh. Bocah itu tidak termasuk dalam pemandangan yang bisa dilihat Lilyana dari kotak bayinya.
"Ryuu? Siapa itu? Aku mau lihat!"
Lilyana berusaha mengangkat kepalanya. Tapi, usahanya sia-sia. Karena bayi berusia 7 hari memang tidak bisa melakukan apapun.
Satu-satunya yang bisa Lilyana lihat adalah tatapan dingin Rexave. Si kembar sudah sedikit menjauh dari kotak bayi Lilyana karena ingin fokus adu mulut.
"Dibunuh atau dibuat pingsan?" tanya bocah bernama Ryuu yang baru saja dipanggil oleh Rexave.
"Ditakuti saja." Tatapan dingin Rexave berubah ketika dia melihat Lilyana, "Pastikan adik kecilku tidak mendengar suaranya."
Ryuu mengangguk, "Baik, Tuan Rexave!"
Ryuu menunjuk Letisya dan Lorenzo dengan jarinya. Seketika, sebuah petir muncul dan menyambar lantai marmer yang dipijak oleh si kembar. Sedikit saja lagi, dan petir itu akan memotong kaki mereka berdua. Lorenzo yang terkejut setengah mati refleks melompat untuk selanjutnya ditangkap oleh Letisya.
Apa yang terjadi? Lilyana bisa melihat kilatan cahaya terang yang nampak seperti petir. Tapi, kenapa tidak ada suaranya?
"Jika kalian bertengkar lain, selanjutnya petir itu tidak akan meleset." kata Ryuu dingin.
Lorenzo dan Letisya meneguk ludah. Mereka berdua kompak menganggukkan kepala dengan cepat.
"Terima kasih, Ryuu!"
"Dengan senang hati, Tuan."
Ryuu menghilang.
Aneh. Kenapa bisa ada makhluk yang muncul ketika dipanggil dan menghilang setelah selesai melakukan perintah? Apa Ryuu ini semacam penyihir? Tapi, memangnya ada penyihir di dunia ini?
Jawaban atas pertanyaan Lilyana mudah sekali.
Roh penjaga.
Ryuu adalah roh penjaga, makhluk yang diciptakan oleh bayi perempuan istimewa Noewera yang pertama.
YOU ARE READING
I'm A Transmigrating Princess
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan] Spin Off ITVAHM Kebahagiaan. Itu adalah kata yang sangat sulit Lilyana rasakan selama hidupnya. Tapi, di kehidupan kedua yang diberikan Avelon, naga yang mencintainya, Lilyana akhirnya bisa merasakan kebahagiaan. Clarice Ex...
Transmigrating 2
Start from the beginning
