Tak lama setelah seruan bocah itu terdengar, seorang anak laki-laki dengan rambut coklat dan manik mata hijau muncul. Ah, mukanya mirip dengan bocah yang ada di sebelahnya. Apa mungkin mereka berdua bersaudara?
Tunggu dulu! Barusan bocah ini bilang 'adik bayi', kan? Setelah mengatakan itu, dia tiba-tiba saja muncul di atas kepala Lilyana. Menghalangi langit-langit ruangan yang begitu tinggi itu untuk menjadi pemandangan yang Lilyana lihat. Kalau begitu, apa mungkin Lilyana berubah jadi bayi? Berapa usia Lilyana saat ini? Oh, benar juga. Melihat Lilyana bahkan kesulitan untuk menggerakkan tangan dan kakinya, sepertinya usianya belum ada 1 bulan.
Aneh. Kenapa Lilyana terkejut dengan fakta itu? Tentu saja dia jadi bayi. Semua makhluk kan hidup sebagai bayi lebih dulu. Bahkan tanaman pun tumbuh sebagai benih kecil yang akhirnya membesar seiring berjalannya waktu.
"Aku juga mau lihat!"
Seorang gadis kecil dengan rambut merah dan mata oranye itu ikut muncul di atas kepala Lilyana. Wajah bocah perempuan ini mirip dengan bocah bernama Lorenzo itu. Sepertinya mereka memang anak kembar. Dan, kelihatannya bocah perempuan ini lahir lebih dulu dibandingkan si bocah laki-laki.
Dikelilingi oleh 3 bocah kecil ini membuat Lilyana merasa aneh.
Siapa mereka sebenarnya?
"Tuan dan Nona, bukankah anda bertiga seharusnya pergi menghadiri kelas?" tanya seseorang yang sama dengan pemilik suara yang menegur si bocah kembar. Kali ini nada suaranya jauh lebih tegas.
"Terutama anda, Tuan Muda! Anda harus menghadiri kelas berpedang dengan Sir Edwird!"
Bocah laki-laki yang pertama kali menghampiri Lilyana itu menjawab malas dengan pandangan mata yang masih terfokus pada Lilyana, "Nanti saja! Lagipula Sir Edwird biasanya datang terlambat."
Lilyana mendengar suara desahan pasrah. Sepertinya berasal dari pria tadi.
Ternyata benar dugaan Lilyana. Bocah laki-laki dengan rambut merah dan mata hijau itu memiliki jabatan yang lebih tinggi dibandingkan dua bocah ini. Dan, mendengar bagaimana pria itu memanggilnya dengan sebutan 'Tuan Muda', artinya bocah ini adalah penerus keluarga bangsawan.
Bocah bernama Lorenzo itu mengulurkan tangannya. Berniat menyentuh pipi Lilyana ketika sang Tuan Muda tiba-tiba saja memukul punggung tangannya.
"Jangan sentuh Clarice dengan tangan kotormu itu!" katanya tegas. Wajahnya terlihat biasa saja. Tapi, auranya sangat menyeramkan.
Ah, rupanya Clarice adalah nama baru Lilyana saat ini. Nama yang terdengar asing dan baru. Lilyana tidak menyukainya.
Lorenzo menarik kembali tangannya. Dia mengusap punggung tangannya yang terasa nyeri sembari melempar tatapan tajam pada sang Tuan Muda yang masih belum diketahui namanya oleh Lilyana itu. Sementara, bocah perempuan bernama Letisya itu terlihat menahan tawa.
"Halo, Clarice! Aku adalah kakak pertama Clarice. Namaku Rexave. Clarice bisa memanggilku Xave nanti." sapa sang Tuan Muda dengan ekspresi wajah yang berubah drastis.
Kakak, katanya?
Kalau begitu, Lilyana juga seorang bangsawan? Hah! Entah kenapa Lilyana membenci fakta jika dia terlahir sebagai bagian dari keluarga bangsawan. Aneh. Memang apa yang salah dengan menjadi seorang bangsawan? Bukankah itu sangat menyenangkan? Lilyana tidak perlu khawatir soal uang. Hidupnya pasti akan jadi sangat menyenangkan. Karena akan selalu ada orang yang melayani seumur hidupnya.
"Halo, adik kecil! Aku adalah kakak keduamu. Adik kecil bisa memanggilku Kak Tisa." sapa sang bocah perempuan dengan senyum yang tak kalah lebar dari Rexave.
"Nah, si bodoh ini sayangnya juga kakakmu. Namanya Lorenzo. Clarice bisa memanggilnya Lori." terang Letisya sembari menunjuk Lorenzo yang berdiri di sampingnya dengan kedua tangannya.
"Aku tidak bodoh tahu! Kau saja yang tidak tahu betapa jeniusnya aku!" Lorenzo berseru marah.
"Jenius apanya?! Kau bahkan meledakkan dapur ketika kelas memasak. Padahal hanya diminta memasak telur goreng saja. Dasar bodoh dan tidak becus!" celoteh Letisya tak kalah marah.
Bocah kembar itu saling tatap. Sama-sama terlihat marah dengan satu dan lainnya.
"Argh! Kau juga pernah jatuh di kubangan lumpur saat berlatih menunggangi kuda. Dasar babi gendut!"
Lorenzo langsung menutup mulutnya ketika menyadari kalimat yang dia ucapkan barusan. Sementara, Letisya diam. Dia mengepalkan kedua tangannya. Ketika Letisya mengulurkan tangannya dan berniat menjambak rambut Lorenzo, seorang pria dengan surai merah dan mata hijaunya muncul entah dari mana. Pria itu langsung menggendong Letisya. Berusaha memisahkannya dari Lorenzo.
Letisya benar-benar terlihat marah.
Lilyana menatap pria yang menjulang dengan begitu tinggi itu. Berbeda dengan ketiga bocah ini yang hanya bisa dilihat kepalanya saja. Pria yang mirip dengan Rexave itu sangat tinggi hingga Lilyana bisa melihat sebagian tubuhnya.
"Tisa! Kau tidak boleh menggantikan tugas dewa kematian." kata pria itu lembut.
Dia terlihat kewalahan memegangi Letisya yang terus berusaha membunuh adik kembarnya.
"Akan aku sobek mulutmu itu!" teriak Letisya yang masih berusaha melepaskan diri dari gendongan pria itu.
"Sayang! Tolong jinakkan bocah-bocah ini!" katanya pada seorang wanita berambut putih dengan bola mata senada rambutnya.
Ah, penampilan itu terlihat tidak asing.
Wanita itu terkikik pelan. Lilyana menatapnya tak berkedip.
Lilyana tidak tahu siapa wanita yang ada di dekatnya itu. Yang jelas, dia terlihat sangat anggun dan berwi—
Eh?! Kenapa Rexave menutup telinga Lilyana?
Muncul suara menggelegar sesaat setelah Rexave menutup telinga Lilyana. Suara yang saking kencangnya bisa membuat pejabat mendengarkan suara rakyatnya.
"Jangan bertengkar di depan adik kalian!"
Gila! Apa benar wanita berambut putih itu yang menghasilkan suara ini? Kenapa nyaring sekali?
Penilaian Lilyana terhadap wanita yang tak lain dan bukan adalah ibunya itu seketika berubah.
YOU ARE READING
I'm A Transmigrating Princess
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan] Spin Off ITVAHM Kebahagiaan. Itu adalah kata yang sangat sulit Lilyana rasakan selama hidupnya. Tapi, di kehidupan kedua yang diberikan Avelon, naga yang mencintainya, Lilyana akhirnya bisa merasakan kebahagiaan. Clarice Ex...
Transmigrating 1
Start from the beginning
