Meskipun ragu, Kanara melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Ia melihat-lihat sekeliling.

"Gio! Gi, lo dimana?" Panggil Kanara cukup keras, suaranya sangat menggema.

"KANA!"

Itu suara Gio, dia berteriak kencang yang membuat Kanara menoleh kesana kemari mencari pemilik suara.

"IYA GI, INI GUE. LO DIMANA?" Balas Kanara dengan sama berteriak.

Kanara semakin mendekat ke arah suara, itu ada disebelah kanan. Kanara semakin masuk ke dalam gedung kosong itu, meksipun kosong namun masih ada beberapa lampu-lampu yang menyala disana, meskipun sedikit redup.

Kanara mendengar rintihan orang kesakitan semakin jelas, ia mendekat ke arah suara.

Telapak tangan Kanara ia gunakan untuk menutup mulutnya, Kanara terperanjat kaget melihat Gio yang sedang digantung dengan posisi kaki dan tangan diikat.

"Kana, pulang na, bahaya." Lirih Gio melirik Kanara sekilas.

Air mata Kanara menetes tiba-tiba, ia menggeleng, Kanara semakin mendekat. "Enggak, gue bantu lepasin lo dulu, Lo juga dalam bahaya gi."

Kanara membuka ponselnya, ia mengutak-atik ponsel itu entah untuk apa, yang pasti Kanara menyalakan senter agar dapat melihat lebih jelas.

Dengan tangan yang gemetar, Kanara mencoba melepaskan tali yang mengikat tangan Gio.

Setelah semuanya terlepas, Kanara memeluk pria itu dengan erat, ia beberapa kali mengecek kondisi Gio yang jauh dari kata baik.

Memar-memar dimana-mana, pelipisnya yang berdarah, ujung bibirnya yang robek, beberapa bagian wajah yang membiru akibat pukulan.

Kanara memukul dada laki-laki itu pelan, "Lo kenapa bisa jadi gini gi?!"

"Maaf lo harus liat gue kaya gini. Lo gak apa-apa na? Kesini sama siapa?" Tanya Gio beruntun, menatap Kanara dengan tatapan bersalah, ia meringis karena bibirnya perih.

"Gi, lo sakit, jangan dulu mikirin gue." Mata Kanara berkaca-kaca, bagaimana bisa Gio tetap memikirkan nya disaat dia sendiri sedang tidak baik-baik saja?!

Gio mengangguk lemah, "Sorry, gue cuma takut lo kenapa-napa."

"Siapa gi?! Siapa yang buat lo kaya gini?!" Tanya Kanara berapi-api, ia mengepalkan tangannya marah.

Perasaan Kanara tidak enak saat ini.

"Gue gak tahu na, tiba-tiba setelah gue sadar gue udah ada disini." Jelas Gio yang dia sendiri tidak tahu bagaimana ia bisa berada disini.

Tangan Kanara terulur merapihkan rambut Gio dengan penuh perhatian, ia mengangguk mengerti. "Gak apa-apa, kita pulang dulu, lo harus diobatin gi."

Tiba-tiba ada suara tepuk tangan yang keras yang mengalihkan perhatian mereka, spontan Kanara dan Gio menoleh ke arah belakang.

Tubuh Kanara mematung, ia melihat sosok yang selalu ia sepelekan, ia kira orang itu tidak akan berbuat macam-macam selain mengancamnya. Ternyata ancaman nya benar-benar nyata.

"Kalau aku yang buat selingkuhan kamu kaya gini gimana, na?" Tanya Daven menatap dingin mereka berdua.

"Gio bukan selingkuhan gue!" Desis Kanara tajam.

DavendraWhere stories live. Discover now