Empat Puluh Enam

Začít od začátku
                                    

Sontak Litha mengusap kasar kedua pipinya menggunakan punggung tangan. Kemudian gadis itu berdeham pelan menetralkan emosi dalam dirinya. "Gue nggak boleh berlarut dalam kesedihan, jangan sampai Heera merasa berat nantinya untuk pergi ke tempat yang lebih indah."

"Bagus, Heera melihat kita semua dari atas sana," timpal Louren melirik ponselnya yang berkedip menandakan notifikasi pesan masuk. Diraihnya benda pintar itu guna melihat isi pesan yang ternyata dari sang abang.

Pecinta Janda Kembang :
Dek, ayah nyuruh jagain Jevan kemanapun dia pergi. Pantau segala kegiatannya.

Kedua alis Louren menukik sembari berbalik cepat guna memeriksa Jevan tepat di belakangnya. Maniknya mengerjap pelan saat melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya menunjukkan bahwa tak lama lagi bel masuk akan berdering, namun lelaki itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Perasaan khawatir kian menjalar di hatinya saat satu persatu siswa mulai duduk di bangkunya masing-masing, terkecuali Jevan dan–

"Ayden," gumam Louren membelalakkan matanya. Sontak gadis itu bangkit dan berjalan menuju pintu kelas yang berada di bagian belakang. Baru beberapa langkah, dirinya dikejutkan oleh Jevan yang terdiam di ambang pintu menatap dirinya.

"Louren, ada apa? Kenapa tampak gusar?" tanya Jevan menarik kursi lantas mendudukkan dirinya.

Gadis itu bernapas lega seraya menjatuhkan diri di kursinya. "Gue pikir terjadi sesuatu, nggak biasanya lo datang jam segini."

"Eummm, ada barang yang tertinggal. Karena itu saya datang sedikit siang dari biasanya," alibinya. Louren hanya mengangguk sebelum kembali berkutat pada ponselnya.

G. Flouren :
Jevan baru aja masuk. Aman

Pecinta Janda Kembang :
Jidat lo aman

Baru aja sekarat tuh bocah! Jagain yang benar.

Gadis itu kembali berbalik dan mengetuk pelan meja Jevan sehingga atensinya beralih. "Lo nggak kenapa-kenapa, kan? Ada yang lecet? Lo nggak habis jumpa fans, kan?"

"Seperti yang kamu lihat, saya baik-baik saja. Luka lebam juga semakin membaik," jawab Jevan lembut. Tanpa menimpali lagi, Louren lagi-lagi melaporkan pada Liam.

G. Flouren :
Aman, bang. Masih utuh anggota tubuhnya

Ozi, arghi, dan setan nggak kena hukuman? Minimal skors

Pecinta Janda Kembang :
Yo ndak tau, kok tanya saya. Tanya noh kepala sekolah lo yang disogok duit banyak

Biar keluarga om Affan yang bertindak nanti

Louren tak lagi membalas. Menyudahi kegiatannya saat seorang guru masuk untuk mengisi pelajaran pertama. Pandangannya lurus tepat ke bangku Heera di depannya. Di antara benda lainnya, hanya jepit rambut pemberian Daniel yang menarik perhatiannya. Ia cukup heran, di antara orang-orang yang memberikan bunga, secarik kertas berisi ucapan, dan boneka. Mengapa temannya itu memilih memberikan jepit rambut? Daniel seperti mengetahui jepit rambut yang tengah diinginkan Heera beberapa hari sebelum kematiannya.

"Mati lo, Daniel," gumamnya.

Beberapa jam berlalu hingga terdengar bel istirahat berbunyi. Menghentikan kegiatan belajar sejenak guna mengisi perut kosong dengan pergi ke kantin. Selepas guru keluar dari ruang kelas, satu persatu murid mulai meninggalkan kelas, baik ke kantin, perpustakaan, taman, menemui guru di kantor, ataupun sekadar singgah di kelas lain menemui temannya.

JevandraKde žijí příběhy. Začni objevovat