Empat Puluh Satu

54 6 4
                                    

Comment lagi, yuk!

Maafkan saya yang baru sempat up. Kelas 12 harus sok sibuk dulu, hihi🍓

***

Berapa lama lagi saya harus bertahan?

***

"Jevan!"

Sang empu yang baru saja berjalan memasuki gerbang sekolah sontak berbalik, ia melihat Louren baru saja turun dari mobil dan melambai ke arahnya. Gadis itu berlari ke arahnya diiringi senyum lebar yang selalu terpatri di wajah cantiknya.

Jevan menarik tangan Louren saat gadis itu tidak bisa memberhentikan larinya dan hampir menabrak siswa lain di depannya. "Louren, jangan berlarian seperti tadi. Bagaimana kalau benar-benar tertabrak orang di depanmu?"

Bukannya merasa bersalah, Louren memberikan cengiran. "Luka lo udah dioles salep, kan?" tanyanya memastikan.

"Sudah, nggak ada yang parah."

Louren mencibir. "Kemarin aja sekarat gegara luka yang sebelumnya belum sembuh total. Kenapa nggak mau rawat inap aja sih?"

Sembari berjalan, Jevan menukar posisinya dengan Louren. Temannya itu terkadang ceroboh dan tidak melihat sekitar meskipun itu jalan di area sekolah. "Dokter bilang nggak perlu rawat inap, yang penting saya rajin memakai salep dan lainnya."

"Jevan." Langkah gadis dengan rambut dikepang dua itu berhenti mendadak. Ia menengadahkan tangannya ke arah Jevan membuat lelaki itu bingung. "Kenapa?"

Louren mencebikkan bibirnya seraya menarik kembali tangannya. "Lo lupa? Katanya mau kasih gue sesuatu."

"Setelah pulang sekolah ikut saya ke rumah, mau?" tawar Jevan yang dibalas anggukan semangat dari Louren. "Mau! Yeayyy, akhirnya main ke rumah Jevan."

Lelaki dengan tinggi semapai itu menatap punggung kecil temannya yang berjalan mendahuluinya. Louren tampak sangat senang ketika ia mengajaknya datang ke rumah. Bukan maksud mengambil kesempatan membawa seorang gadis ke rumahnya saat sang ayah pergi, ia hanya menghindari hal-hal yang tidak ingin terjadi akibat ulah ayahnya.

Sesampainya di kelas, Jevan melihat suasana kelasnya tampak ramai. Tidak seperti biasanya teman kelasnya datang pagi. Bahkan ia lupa jika Louren sudah sampai sekolah 40 menit sebelum bel masuk berbunyi. Ia mendudukkan dirinya dan mengeluarkan buku bacaan.

"Jevan," panggil Louren berbalik. "Lihat tugas lo dong, hehe. Nomor 24 sampai 37 belum selesai."

Sudah Jevan duga. Pasti ada sesuatu yang membuat sebagian teman sekelasnya, tak terkecuali Louren datang lebih awal dari biasanya. Tujuannya hanya untuk menyalin pekerjaan rumah. Diraihnya buku tugas di dalam tas lalu menyerahkan pada gadis di depannya. "Waktunya tinggal 30 menit, Louren."

"Siap, bos." Gadis itu menaikkan telapak tangannya ke arah ujung alis memberikan hormat.

"Woy, Jevan." Belum sempat membaca bukunya, seseorang menempuk keras kepala bagian belakang.

Tidak hanya Jevan, hampir seisi kelas mengalihkan atensinya ke arah bangku pojok bagian belakang. Daniel, sang pelaku yang baru saja datang melemparkan buku tugasnya tepat di kepala Jevan. "Tugas gue ada yang belum, buruan kerjain."

Disusul Ettan meletakkan bukunya dengan santai di atas meja Jevan. "Ini bukan tugas jam pertama, kerjainnya ntar istirahat aja. Thanks, anjing pesuruh."

JevandraWhere stories live. Discover now