Enam Belas

114 5 0
                                    

Haiii. Maaf belum bisa tepat waktu untuk up.

Oh, iya. Sedikit bercerita, boleh ya?
Tanggal 05 April 2022, hari pertama Tata kembali ke sekolah setelah daring sejak kelas 10. Dua tahun daring dan ke sekolah hanya sebanyak dua sampai tiga kali, Tata nggak tau tata letak ruang kelas.

Alhasil, hari pertama Tata nyasar di koridor sepi yang entah itu dimana hehe. Beruntungnya ada kakak kelas yang mau menjawab pertanyaan Tata dengan ramah. Baiknya, ia mengantarkan Tata mencari kelas meskipun terlihat jelas bahwa kakak itu tergesa-gesa.

Saat itu gugup melanda, sampai lupa apakah Tata sudah atau belum mengucapkan terima kasih? Ingin mencari kakak kelas tersebut, namun tidak tahu nama, kelas, bahkan ciri-cirinya. Mengucapkan terima kasih di sini supaya Tata juga selalu ingat kebaikan beliau, tidak masalah 'kan?

Terima kasih atas bantuannya, kakak cantik. Semoga kita bertemu di lain hari agar Tata bisa membalas kebaikan kakak. Terima kasih banyak sudah mencarikan kelas Tata. Salam sayang untuk kakak cantik🍓❤

Pesan untuk kita. Jangan pernah lupa mengucapkan 'terima kasih' atas segala bantuan orang lain kepada kita, ya. Semangat.

Terima kasih telah menyimak sedikit curhatan Tata. Selamat membaca🍓

***

Selalu ada pilihan setiap situasi.
Marah atau memaafkan. Bersedih atau bahagia. Tinggal atau pergi.

***

"Halo, para calon penghuni neraka!"

Bugh!

"As-"

"Astaghfirullah. Biasakan ucap kalimat yang baik, ukhty," potong seseorang yang tengah berbaring di sofa ruang tamu seraya sibuk dengan ponselnya.

Louren mendengkus. "Lo ada dendam apa ke gue? Ngomong, baku hantam kita."

"Nggak ada, pengen nimpuk lo aja. Lain kali ucap salam sebelum masuk."

Mengedikkan bahunya acuh, Louren menarik tangan Jevan mendekat ke arah Liam. "Bang, gue mau kenalin calon laki gue."

"Lo nggak capek halu mulu? Mana ngaku-ngaku isteri Bae Jinyoung," nyinyirnya.

"Lihat dulu, Bang."

Hampir saja Lian tersedak salivanya sendiri saat manik matanya tertuju pada seseorang di belakang Louren. Merubah posisinya menjadi duduk lantas menatap tajam sang adik. "Lo ngambil dimana cowok macem dia, hah?"

Jevan meringis pelan. Pikiran negatif mulai memenuhi isi Kepalanya Lagi dan lagi ia tak diterima keberadaanya. "Eumm, Louren. Saya harus pulang."

"Bentar dulu. Gue mau ribut sama Liam jingan," ujarnya.

"Heh, biji ketumbar. Sekate-kate lo ngatain gue." Liam menatap lekat postur wajah lelaki yang adiknya bawa. "Heh, lo. Kenapa lo mau diajak pulang Louren?"

Jevan tergagap. "Lou-Louren memaksa saya untuk ikut dengannya."

"Sudah kudugong," gumam lelaki itu. "Lo jangan mau diajak pulang sama bocah tengil satu ini. Gue lihat, lo kayaknya orang yang nurut banget. Tipe-tipe bapak gue, suami takut isteri."

Jevan mengerutkan keningnya. Ia merasa ucapan Liam terbalik. Lelaki itu memberinya nasihat seakan-akan Louren adalah seorang penculik. Dapat disimpulkan, bahwa tingkah aneh Louren terbentuk dari kakaknya sendiri.

JevandraWhere stories live. Discover now