Satu

569 26 1
                                    

Sebaik-baiknya kekuatan adalah saat kamu mencoba untuk tersenyum pada orang yang telah melukai dirimu.

***

Teriknya matahari yang seakan membakar kulit tak membuat kerumunan di lapangan basket membubarkan diri. Suasana semakin panas diiringi dengan teriakan yang memekakkan telinga.

Seorang gadis dengan rambut hitam legamnya yang terikat seperti ekor kuda itu terheran di tempat. Kedua alisnya menukik menambah kesan kepo. Jangan salah, setiap pagi dirinya selalu ikut bergosip bersama ibu-ibu yang berbelanja sayuran di kompleknya. Mencari tahu masalah apa yang terjadi disekitarnya bukanlah hal yang sulit baginya.

"Weh kembaran bebek montok, astaghfirullah khilaf." Ia memukul pelan bibirnya yang mudah sekali mengucapkan kata kasar. "Say, itu ada apaan? Bazar kaos kaki sepuluh ribu tiga?"

Alih-alih menjawab, siswa dengan seragam rapi dan sedikit berperilaku layaknya perempuan itu menelisik penampilan lawan bicaranya. "Lo murid baru?"

"Ditanya malah balik tanya, ngajak kawin?"

"Ada yang berantem."

"Lah, main pergi aja tuh bebek binal. Nggak mau ngajak cecan kenalan apa ya? Tapi ngeri juga kalau gue kenalan sama dia," ujarnya seraya menatap punggung siswa itu yang hilang di balik pintu perpustakaan.

"Ikutan ribut ah."

Gadis itu berlari membelah kerumunan. Mengabaikan decakan sebal dari banyak orang ketika tubuh mereka terdorong olehnya. Semangatnya berkobar sebab ia yakin bahwa perjuangannya membelah kerumunan manusia pasti berhasil.

"Eh, dua cogan ribut nih," gumamnya pelan.

Seorang lelaki dengan banyak luka terjerembab usai mendapat bogeman dari lawannya. Ia yakin jika bogeman itu bukan hanya sekali, melihat banyaknya luka memar hampir memenuhi wajahnya dan juga darah di sudut bibirnya.

Perlahan ia melangkah hingga berada di tengah-tengah kerumunan. "Anjege, berasa jadi artis kondang gue dah dikerumuni gini. Btw, daripada berantem panas-panas gini, kuy nyanyi bareng."

"Satu, dua, tiga."

"Mengingat tujuan hidupku. Ku kuat karena makan pentol. Pentol adalah penyemangatku. Karena akulah Queen Pentol."

Gadis itu asik berjoget ria layaknya sedang mengadakan konser solonya yang dihadiri banyak penggemar. Sungguh, urat malunya sudah putus.

"Pentol ayam, bikin tenteram. Pentol puyuh, gampang ngguyu. Pentol kasar, bikin aku sabar. Pentol sapi, bikin aku happy."

"WALAU BANYAK YANG BULLY
'KU TAK PEDULI KARENA 'KU QUEEN PENTOL."

"YOK SEMUANYA KITA BERGOYANG!" teriak gadis itu heboh dengan kegiatannya sendiri.

"Ada apa ini?" Kerumunan tadi menoleh ke asal suara saat asik menyaksikan tingkah absurd gadis itu.

"Hey, kamu murid baru, kan? Ngapain di situ?"

Terkekeh pelan, ia menuruti perintah guru berkepala botak yang persis dengan lagu yang baru ia nyanyikan. Tepukan pelan di dahinya membuat segala atensi kembali beralih padanya.

"Gue lupa kalau harus bantu orang," ujarnya diiringi kekehan. Tangannya terulur ke bawah. Manik matanya bertubrukan dengan manik hitam pekat lelaki itu. "Ayo berdiri. Kata mama, cowok nggak boleh lemah."

Lelaki itu segera berdiri dengan bantuan gadis di sampingnya. "Terima kasih, tapi bolehkah melepas tangan saya?"

"Lupa, bos." Gadis itu segera menuruti permintaan lawannya.

JevandraWhere stories live. Discover now