CHAPTER 65

4.7K 145 13
                                    

Halo guys aku balik lagi.
Masih ada yang nungguin kan?.

Chapter ini dipublis tanpa direvisi terlebih dahulu. Jadi kalau ada typo, silahkan ditandai. Nanti biar aku benerin.

Happy reading........

****

"Aku mau pergi dari rumah ini."

Ardi dan Evelyn saling tatap setelah mendengar kalimat dari Alara. Gadis itu akan pergi kemana?

"Gimana maksud kamu, Alara?." Tanya Ardi yang tidak mengerti jalur fikir putri tirinya.

Alara menghembuskan nafas panjang, lalu berucap. "Aku mau hidup sendiri. Aku nggak mau terus numpang disini. Aku mau memulai hidup baru bersama anakku nanti." Ucap Alara yang sudah mulai dewasa.

"Kenapa? Kamu boleh tinggal disini. Tidak ada yang menyuruh kamu untuk pergi." Ucap Ardi menahan Alara.

"Iya, meskipun gue masih kesel sama lo, tapi nggak papa lah. Lo tinggal disini aja. Emangnya lo mau pergi kemana dengan keadaan hamil kayak gitu?." Ucap Evelyn.

Alara mengelus perutnya. "Sebelumnya terimakasih. Tapi Aku nggak mau terus berhutang budi sama kalian. Sudah cukup."

"Aku nanti mau menyewa rumah sederhana dengan uang tabunganku. Dan nanti aku juga mau kerja, aku mau hidup mandiri dan bisa merawat anak aku nantinya." Ucap Alara dengan senyum tulusnya.

Evelyn terdiam saat melihat Alara yang tersenyum dengan penuh luka. Gadis itu merasa kasihan pada Alara yang harus menjadi ibu di usia muda tanpa sosok suami di sampingnya.

"Kamu benar-benar ingin pergi?." Tanya Ardi memastikan kembali.

Alara mengangguk yakin. "Iya Pa."

"Tapi Papa nggak tega biarin kamu hidup sendirian."

Alara tersenyum lagi. "Papa nggak perlu khawatirin aku. Aku pasti bisa jaga diri baik-baik. Dan kalau Papa mau ketemu aku, Papa tinggal datang aja. Pintu rumahku selalu terbuka untuk kalian berdua." Ucap Alara panjang lebar.

"Kalau memang seperti itu keputusan kamu, Papa hanya bisa mengiyakan. Papa akan dukung semua yang terbaik untuk kamu." Ucap Ardi lalu memeluk putrinya.

Alara tersenyum bahagia. "Makasih, Papa."

Alara sebenarnya merasa sedih harus meninggalkan mereka berdua. Namun mau bagaimana lagi, sepertinya ini adalah jalan yang terbaik untuknya.

Ardi melepaskan pelukan mereka, pria paruh baya itu memegang kedua pundak Alara. "Baik-baik terus ya, kalau ada apa-apa, kamu harus hubungi Papa." Ucap Ardi.

"Iya, Pa." Ucap Alara lalu mengambil satu buah koper yang berada di samping sofa.

"Kamu mau berangkat sekarang?." Tanya Ardi lalu dibalas anggukan oleh Alara.

Ardi menatap Evelyn. "Evelyn, kamu mau kan, anterin Alara ke rumah barunya?."

Tanpa ragu Evelyn mengangguk. Lalu mendekati Alara dan membantu membawakan koper serta tas jinjing milik Alara.

"Eh nggak papa. Biar aku aja yang bawa." Ucap Alara yang merasa tidak enak hati pada Evelyn.

"Udah biar gue aja. Lo kan lagi hamil, nggak boleh bawa barang yang berat." Ucap Evelyn lalu berjalan lebih dulu.

Alara kembali mendekati Ardi, menyalami tangan Ardi. "Aku pergi dulu, Pa." Ucap Alara.

"Hati-hati, ya."

Alara pun mengangguk dan berjalan keluar rumah mengikuti Evelyn.

****

EVELYN  ANTAGONIST GIRL (END) Where stories live. Discover now