CHAPTER 56

3.6K 158 32
                                    

Budayakan vote sebelum membaca!

Happy Reading....

---

Seorang gadis terusik dari tidurnya saat merasakan suhu dingin yang menusuk tulangnya. Gadis itu mengernyitkan mata berulang kali, mencoba untuk bangun.

Gadis itu duduk dengan rambut berantakannya. Dilihatnya kearah jendela, dimana gorden yang berada di sana berkibar karena tertiup angin malam. Ck, dirinya lupa menutup jendela tadi, oleh sebab itu kamarnya menjadi lebih dingin, padahal dirinya tidak menghidupkan AC.

Gadis itu--Evelyn--berdiri dan berniat menutup jendela. Selepas itu, dirinya pergi keluar kamar, ingin mengambil air minum saat tenggorokannya tiba-tiba terasa kering.

Saat turun ke lantai satu, Evelyn memelankan langkahnya saat melihat Papa nya yang sedang berkutat dengan laptopnya. Ardi terlihat sangat serius, dengan sesekali menguap lebar. Kedua mata pria paruh baya itu juga sedikit layu, efek dari kelelahan, mungkin.

Evelyn menunda untuk mengambil air di dapur, dan memilih untuk menghampiri Ardi.

"Kok Papa belum tidur?." Tanya Evelyn saat sudah berada di dekat Ardi.

Ardi sedikit tersentak karena terkejut. Namun di detik berikutnya laki-laki itu tersenyum tipis. "Belum, lagi banyak pekerjaan kantor" Jawab Ardi.

"Sendirian aja? Istri papa mana?."

"Oh, Disa udah tidur, katanya dia capek bersihin rumah."

Evelyn mengerutkan keningnya. "Capek bersihin rumah? Orang dari tadi dia cuma duduk santai. Mana ada bersihin rumah."

Ardi menghela nafas. "Sampai kapan kamu terus seperti ini, Elyn. Disa itu istri papa, dia juga Mama kamu, kita keluarga. Nggak seharusnya kamu berfikir seperti itu pada Disa." Ucap Ardi menasehati.

"Aku nggak akan pernah nganggep Wanita itu sebagai Mama. Enggak untuk saat ini, dan untuk selamanya."

"Tapi-"

"Pa!. Dari pada terus belain dia, mending Papa dengerin perkataan aku. Disa itu jahat, dia punya niat buruk sama Papa. Dia penipu! Selama ini dia cuma pura-pura baik sama kita." Ucap Evelyn menggebu-gebu.

"Elyn! Apa yang kamu katakan! Jangan ngelantur kamu!." Ucap Ardi meninggikan suaranya.

"Aku nggak ngelantur. Saat ini aku lagi ngumpulin bukti supaya Papa percaya. Tapi aku mohon, kalau sampai apa yang aku ucapin itu benar, Papa bisa menepati perkataan Papa." Ucap Evelyn lalu membalikkan badan, berniat untuk pergi.

"Dan satu lagi, kalau Papa mau, Papa juga bisa ikut cari tau. Saranku, mulai sekarang Papa nggak usah percaya lagi sama Disa, karna penyesalan menunggu Papa di ujung nanti jika Papa nggak mau dengerin peringatanku."

***

Sinar matahari pagi menyorot dari timur, membawa kehangatan yang sanggup membuat tubuh menjadi lebih tenang.

Jika ini hari minggu, mungkin pagi ini akan dihabiskan untuk tidur dan mengurung diri di kamar. Namun sayang sekali, ini bukan hari minggu, melainkan hari selasa.

Alisya melangkahkan kakinya dengan semangat. Maklum saja, ini masih pagi. Jadi otomatis tanaga gadis itu masih full. Tapi entahlah untuk siang nanti. Mungkin gadis itu akan berubah menjadi gadis yang mager (malas gerak)

Alisya membuka pintu kelas dengan cara menendangnya, sehingga mengeluarkan bunyi yang cukup nyaring.

Seorang gadis yang tengah bermain ponsel di bangku nomor dua dari kanan, memandang si pelaku dengan tatapan horornya.

EVELYN  ANTAGONIST GIRL (END) Where stories live. Discover now