(Special Part 1 - ChaeSoo)

3.1K 386 87
                                    

16.30 p.m at JenLisa's Apartment.

"Honey, jangan lupakan scarf mu, sayang..." teriak Jennie dari dapur kepada si Manoban.

"Where did you put it, J?"

"On the couch."

Lisa kemudian mengedarkan matanya ke atas sofa yang berada di sudut kamar mereka.

Namun kernyitan keningnya, menjadi bukti bahwa ia tak menemukan petunjuk itu.

"Where is that?"

"On the couch, LiLi."

"I hear you. But, i didn't find it."

"I've put it there beside your coat."

"Just coat, but no scarf. "

"Coba cari yang benar. Aku sudah meletakkannya disana."

"Sudahlah, aku tidak usah menggunakannya. I'm late, baby. Mr. Rob pasti sudah menungguku dibawah."

Jennie yang semula masih sibuk dengan masakannya, praktis dibuat menahan kesal atas kelakuan gadis jangkung itu.

"God! Kau hanya sibuk berceracau, tapi tidak benar-benar mencarinya. I knew it." celoteh Jennie kemudian sembari berjalan menuju kamar mereka.

Lisa hanya bisa terkekeh gemas tiap kali sang istri mengeluarkan wajah jengkel itu.

Gadis keturunan Thai-Swiss itu kini hanya berdiri memperhatikan Jennie yang sedang mengecek sofa. Kepalanya nampak bergerak untuk mencari dimana scarf yang memang sudah ia letakkan disana bersama mantelnya ketika Lisa sedang mandi tadi.

"Tidak ada, bukan?" tanya Lisa meledek. Namun sang istri hanya memberikan lirikan sinis seraya merunduk kearah bawa sofa. Yang mana ternyata, terdapat scarf miliknya.

Kim Jennie memungutnya bersama raut jengkel. Tetapi Lisa lagi-lagi hanya terkekeh.

"Omoo... Ternyata terjatuh disana. Hahaha..."

"Sudah kubilang untuk mencarinya yang benar. Scarf ini pasti terjatuh karna kau mengambil mantelmu dengan tergesa."

"Yeah! Itu karna aku sudah terlambat, sayang."

"Kau hanya akan terlambat dua menit karna scarf ini, dan bisa meminta maaf pada Mr. Rob. Tapi kau justru lebih memilih untuk demam karna lehermu yang akan membeku setelah keluar nanti."

Jennie kembali mengomel, namun dengan gerakannya yang kini memakaikan scarf tersebut ke leher sang teman hidup.

Lisa tak bisa untuk menahan senyum. Sebab dicintai oleh seorang Jennie Kim, rasanya sungguh luar biasa.

"Padahal aku melakukannya agar bisa melihat bibir istriku yang mengerucut karna omelannya."

"Mwo? Kau senang membuat istrimu kesal setiap hari?"

"Entahlah. Tapi melihatmu marah-marah itu membuatku gemas. Dan bisa menaikkan semangatku untuk melewati semua aktifitasku. Apalagi untuk meeting dadakan ditengah hujan salju seperti ini."

Jennie hampir tak percaya mendengar penuturan Lisa, yang menurutnya sungguh aneh.
Kepalanya kemudian bergeleng sambil tertawa.

"Kau memang memiliki kelainan, Poopoo."

"Hahaha..."

Si Manoban tergelak atas penilaian Jennie tentangnya. "Yeah! Untung saja kau yang menjadi istriku, J."

Gadis jangkung itu lantas menyentuh bokong sang istri, seraya merapatkan tubuh keduanya.

Jennie yang sudah paham betul tingkah polah si Manoban, seketika bereaksi dengan mengangkat alisnya.

Deal?Where stories live. Discover now