34

3.2K 542 127
                                    

"Lalisa, tinggalkanlah Jennie. Pergilah sejauh mungkin. Dan jangan datang lagi, sebelum kau pantas mencintainya."

Deg!

Waktu serasa berhenti dalam sesaat. Membawa rasa pekat dalam makna pahit yang ditangkap keras oleh Lisa.

Maksud kalimat Jisoo sungguh jelas adanya.
Ia tidak akan berpura-pura tidak mengerti, sebab ia memang tahu persis perintah dirinya untuk pergi.

Kening mengernyit tak habis pikir dengan permintaan itu, Lisa hanya bingung mengapa begitu mudah Jisoo mengungkapkannya.

Bukankah wanita itu juga tahu, bagaimana berartinya Lisa untuk sang adik saat ini?

"Eonnie, kau memintaku untuk meninggalkan Jennie? Bahkan disaat dia masih terbaring disana?"

Lisa bertanya memastikan, namun Jisoo malah melempar pandangan.

"Apa yang membuatmu berpikir semua akan selesai setelah aku pergi?"

Jisoo kembali memusatkan pandangannya pada Lisa setelah pertanyaan itu. Ia menemukan bagaimana hazel cokelat Lisa yang begitu tenang ketika berbicara dengannya.

Persis seperti Lisa yang ia kenal selama ini.

"Jika aku meninggalkannya, hubungan kami mungkin akan selesai. Tapi tidak dengan perasaan aku dan Jennie. Sebab apa yang sudah kami jalin, tidak sesederhana yang bisa dibayangkan oleh siapapun."

Kim Jisoo terpaku, bersama sorot matanya yang beku.
Ketika ia lihat binar mata seorang Lalisa mengucapkan semuanya dengan sungguh-sungguh.

Si gadis jangkung kini tampak menghela nafas.

Rahangnya yang tegas tak menyiratkan sedikitpun emosi disana.
Ia benar-benar telah belajar dari kesalahan.

"Eonnie, badai saat ini memang cukup kuat. Tapi apapun yang terjadi, aku akan tetap memegang Jennie. Mian, aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu."

Lisa menundukkan sedikit wajahnya sebagai bentuk tulus permohonan maafnya.

Setelah itu, buket bunga daisy yang ia genggam, kini diserahkan pada Jisoo.

"Aku tidak akan memaksa untuk kali ini, jika memang Eonnie masih sangat marah padaku. Tetapi, aku akan datang lagi esok sebelum bunga ini layu. Sebab aku butuh untuk menemui kekasihku karna aku sangat merindukannya. Dan untuk kali itu, kupastikan tidak ada satupun orang yang bisa menghalangi."

Lalisa Manoban membungkuk sejenak untuk berpamitan, lalu akhirnya berbalik pergi meninggalkan si wanita Korea bersama bunga daisynya.

"Haiistt!"

Kim Jisoo yang semula terpaku akhirnya tersadar setelah menatap punggung si Manoban.

Kenapa dia sangat keras kepala?
Dia tidak tahu apa yang akan menimpanya jika tetap memilih untuk bertahan. - Jisoo.

* * *

17.11 KST, at Rainbow's building, Busan.

Ting!

Pintu lift terbuka pada lantai 4 di gedung Rainbow cabang Busan.

Pria muda nan tampan yang usianya hampir menginjak kepala tiga, terlihat baru saja keluar dari sana.

Jung Jaehyun, berjalan dengan wajah seriusnya seperti biasa.

Telapak tangan yang terselip pada saku celananya, memberikan kesan bossy yang selalu ia tunjukkan dimanapun ia berada.

Keadaan hatinya sedang tidak baik.
Jaehyun tidak berhenti memikirkan keadaan Jennie sejak terakhir kali ia mengunjungi rawat inapnya tadi malam.

Deal?Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt