35

3.5K 532 111
                                    

Jennie POV

Aku berdiri diantara lembah yang memisahkanku antara sosok misterius nun jauh diseberang sana.

Mataku menyipit, mencoba mencari tahu siluet siapakah orang itu.

Dan diantara penglihatanku itu, aku juga menemukan sebuah kanvas yang tiba-tiba terbang begitu saja dengan sketsa lukisan seorang gadis yang menampilkan sisi wajahnya.

Sketsa itu terasa tidak asing karna terdapat sebuah burung didalam gambar kepala gadis itu.

Aku memiringkan wajah untuk mengamati.
Namun kanvas itu tiba-tiba terbang lagi untuk menjauh.

Mataku kembali menyipit kearah dimana angin itu membawanya.

Dan rupanya, lukisan itu jatuh disana. Disebelah siluet seseorang yang semula menjadi pusat perhatianku.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Semilir angin kencang dari tebing asing ini seolah kian tak mendukungku untuk memecahkan teka-teki yang tengah kualami.

Kutatap kilau matahari yang kini terhalang oleh rindangnya pohon dimana ku berteduh saat ini.

Lagi, kukembali pada keinginanku untuk mencari tahu siapakah orang diujung sana, yang seolah menantiku segera tiba bersama lukisannya.

Dan entah dari mana datangnya keberanian itu, aku melangkah pada seutas tali yang muncul begitu saja.

Layaknya jembatan kecil, tali itu menuntunku untuk menyeberangi lembah ini.

Aku tak berani melihat ke bawah, dimana jurang ini bisa saja meremukkan kepalaku untuk kedua kalinya.

Udara yang begitu kuat praktis menggerakkan rambut panjangku hingga seluruh pandanganku terhalang.

Aku mulai mengernyit seraya menyapu tiap helai rambut yang jatuh diwajahku, berharap jarak pandang dapat kembali kukuasai.

Tiba-tiba kepanikan menghantam kesadaranku yang tahu persis jika mungkin aku bisa saja akan jatuh sekarang, karna tubuhku mulai limbung akibat terpaan angin kencang.

Tanganku merentang seraya mencari keseimbangan diatas kakiku yang terus melangkah hati-hati

Aku tetap tak berani melihat kebawah.

Disana terlalu menakutkan seolah tak ada lagi dunia.

Mataku terus menyorot tajam dengan langkah yang sengaja kubuat cepat.
Samar-samar siluet itu seolah tak mau lagi menantiku datang.

Aku sontak terkesiap, bersama kelopak mataku yang membulat.

Perlahan bayangan siluet itu mulai tertutup kabut tebal, dan lagi-lagi membuatku terjerembab dalam perasaan panik.

Aku mendadak tak peduli jikalaupun aku harus jatuh karna langkahku yang semakin tak menentu.

Rasa cemas menyerang hebat sampai dadaku mulai sesak dan kesulitan bernafas.

Gulp!

Saliva kutelan berat sebagai upayaku memberikan ruang pada rongga dadaku yang seolah terhimpit hingga membuat kerongkonganku terasa tercekat.

Dadaku bergetar hebat seperti jantungku sudah tak kuat lagi memompa.

Tapi segalanya seolah tak begitu berarti dibanding keinginanku untuk meraihnya.

Aku mulai ingin berteriak untuk menahan langkahnya agar jangan menjauh.

Tak ingin. Sangat tak ingin rasanya ku ditinggalkan.

Deal?Where stories live. Discover now