18

4.3K 628 120
                                    

Pukul delapan malam, Chaeyoung baru saja menghentikan mobilnya didepan gerbang milik keluarga Kim.

Seperti biasa, ia menjalankan tugasnya sebagai 'supir pribadi' sang boss, Kim Jisoo.

Namun, kegiatan yang biasanya ia lakukan dengan senang hati itu, kini terlihat berbeda.
Si gadis blonde mendadak jadi irit bicara.

Sepanjang perjalanan, tak ada satupun percakapan yang terjadi antara dirinya dengan boss nya.

Entah apa yang terjadi pada kedua gadis itu. Tetapi Jisoo tahu, sepertinya bawahannya itu sedang dalam mood yang tidak baik.

Lambat laun, Jisoo mulai memahami tipikal Chaeyoung yang banyak diam ketika ia merasa sedang kesal.

Jisoo POV.

Ya, dia kesal. Aku yakin.
Itu terlihat jelas pada wajahnya yang ia tekuk dengan kusut.

Kenapa?
Apakah ia sangat marah atas keputusanku mengenai masa kerja sahabatnya yang bernama Wendy itu?

Sudah pasti karna itu.
Karna seharian tadi, Chaeyoung seolah enggan berbicara denganku.

Belum lagi ketika malam ini aku memintanya untuk mengantarku, dan terpaksa membuat rencananya untuk pergi bersama wanita itu menjadi gagal total.

Cih!
Apa yang akan mereka lakukan pada jam malam seperti ini?

Aku juga memiliki sahabat. Irene adalah teman baikku. Tapi kami tidak sering pergi berdua dimalam hari seolah seperti teman kencan.

Jadi, yang dilakukan oleh Chaeyoung bersama teman dekatnya itu benar-benar sangat aneh.

Dan aku tidak suka.

Jadi, peduli setan jika si Chipmunk ini marah.
Yang penting aku berhasil menggagalkan rencananya.

"Sudah sampai." ucap Chaeyoung tiba-tiba seolah mengusirku untuk segera keluar.

"Aku tahu." jawabku sengaja memancing rasa kesalnya.

Kudengar ia menarik nafas panjang, namun tetap tak berani untuk mengatakan apa-apa.

Lalu kenapa tiba-tiba membuatnya kesal justru terasa menyenangkan?
Karna sedetik kemudian, aku lantas mengeluarkan kalimat yang praktis menaikkan tensi emosinya.

"Ada apa dengan wajahmu? Kelihatannya kau begitu terganggu karna aku memintamu untuk mengantarku pulang? Wae? Apakah aku telah mengacaukan acara nostalgiamu bersama temanmu itu, hm?"

"Apa pedulimu, Eonnie?"

Bola mataku sontak mendelik.

"Heol! Jinjja? Kau serius marah padaku hanya karna dia?"

"Ya. Dan jikalaupun aku marah, apa pedulimu, Kim Jisoo?"

Deg!

"Apakah perasaanku penting bagimu?"

Dia bicara apa?
Kenapa intonasinya menjadi sinis seperti ini?

Dan, kenapa dia membahas tentang perasaan?
Apakah aku sungguh telah membuatnya kecewa?

Aku praktis kehilangan kata dan hanya fokus menyaksikan siluet wajah Chaeyoung yang samar-samar sebab ia mematikan lampu dalam mobilnya.

Tapi dapat kulihat jelas, beberapa kali ia membuang nafas setelah ia mengatakan kalimatnya barusan. Mungkin ia sedang berusaha menenangkan emosinya kembali.

Aku masih bingung dengan apa yang terjadi. Dan masih tak tahu harus bagaimana meresponnya saat ini.

"Sudahlah... Mian, aku memang sedang kesal. Tapi jangan pikirkan. Besok aku akan baik-baik saja."

Deal?Where stories live. Discover now