11

4K 648 105
                                    

Tok-tok-tok!

Terdengar suara ketukan pintu dari ruangan sang boss besar.

"Masuk!"

Setelah diizinkan masuk oleh empunya ruangan, orang tersebut lantas mendorong pintu dan segera masuk kedalam sana.

Dan ketika menyadari siapa yang bertamu ke ruangannya, pria yang menjadi owner dari Rainbow Organizer Development itu otomatis menghentikan gerakan tangannya yang semula nampak sibuk menandatangani beberapa berkas.
Perhatiannya lantas tertuju kepada seorang wanita yang kini berjalan santai menuju kursi besar Jung Haein.

Wanita tersebut adalah Jennie Kim.
Tidak ada yang mempunyai keberanian seperti itu selain dia.

"Selamat pagi, sajjangnim."

Jennie menyapa dengan kedua tangannya yang terlipat didepan dada.

Jung Haein sadar, sudah sejak lama hubungan kedekatan diantara mereka telah rusak. Terlebih lagi saat kemarin malam akhirnya Jennie tahu bahwa ia telah resmi berkencan dengan Jisoo, sudah barang tentu Jennie akan semakin menjadi-jadi dengan amarahnya.

"Aku tidak mengganggu, bukan?"

Haein menampilkan smirk. Berusaha untuk tidak lupa, jika Jennie ahli dalam memprovokasi lawan bicaranya.

"Apa yang kau inginkan, J?"

"Ya Tuhan, jangan sinis seperti itu, Oppa? Ck...ck...ck!" Jennie berdesis, dan dengan mudah menarik rasa jengkel pria itu.

"Santai saja, Tuan Jung. Aku hanya ingin mengobrol ringan dengan bossku. Atau calon kakak iparku mungkin?"

Haein melempar pandangannya ke lain arah, berupaya menahan rasa kesalnya.

"Kau tahu, saat kuliah dulu aku hampir tidak percaya seorang mahasiswa populer sepertimu tiba-tiba saja mendekatiku. Kau bahkan memutuskan pacarmu, karna dia selalu cemburu padaku. But i'm so stupid! Karna kupikir alasan terbesar sampai kau melakukan hal itu karna kau memang menyukaiku. Tapi pada akhirnya kau tidak pernah mengatakannya. Namun aku tetap bertahan sebab kau tidak pernah dekat dengan wanita manapun selain aku. Hingga akhirnya aku bergantung padamu, dan tak membuka hatiku untuk siapapun."

Telinga Jung Haein mendengar jelas penuturan Jennie yang ia ungkapkan secara perlahan dan dengan intonasi penuh penekanan.

"Waktu terus berjalan, sampai akhirnya kita membangun Rainbow. Aku tidak akan menghitung sebesar apa jasa yang telah kulakukan karna akupun belajar banyak dari perusahaan ini. Tapi, pada akhirnya aku memang harus memikirkan hal itu setelah apa yang sudah kau lakukan padaku, Jung Haein."

Deg!

"Jangan berpikir aku marah karna cintaku bertepuk sebelah tangan. Bukan itu! Jika bisa, rasanya aku ingin mengutuk diriku sendiri karna begitu percaya dengan bualanmu selama ini. Aku menyebutnya bualan, sebab semua itu tidak pernah terbukti."

Rahang Jung Haein mengeras. Ia mulai tahu kemana arah pembicaraan ini.

"Kau mengatakan, 'Jennie, kita akan membangun Rainbow dan membesarkannya seperti hubungan kita yang terbangun selama ini'. 'J, terimakasih karna berkatmu aku bisa mewujudkan keinginanku untuk memiliki perusahaan sendiri, kau wanita terbaik, aku beruntung memilikimu'. And bla...bla...bla... semua kata manis yang kau ucapkan hingga aku semakin dibutakan."

Telapak tangan Jung Haein tanpa sadar meremas kertas yang semula dipegangnya.

"Hingga kemudian omong kosong itu perlahan terbukti ketika akhirnya kau mendekati kakakku."

Deg!

"Kau bilang, kau menyukai kakakku saat pertama kali ia datang di sidang magisterku? That's fuckin bullshit! Because what? Karna saat sidangku berlangsung, Eonnie tidak datang."

Deal?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang