Bab 90 Belajar Membuka Hati

373 15 0
                                    

Adit langsung menarik paksa tangan Naira, tak peduli dengan reaksi Naira yang terlihat terpaksa.

Naira akhirnya menurut saja, apa yang dilakukan Adit kepadanya. Sungguh Naira belum siap membiasakan diri dengan kehidupan lelaki yang sudah bersandang menjadi suaminya sekarang. Sembari melangkah, Naira memaksakan diri tetap memasang senyum manis di wajahnya.

Adit memperkenalkan Naira kepada semua relasi kerjanya. Semua mata menatap kagum akan kecantikan yang dimiliki istrinya. Tetapi berbalik dengan Naira yang merasa dirinya biasa-biasa saja, tak merasa dirinya secantik seperti orang lain katakan.

Sepanjang perbincangan dengan semua relasi kerjanya, Adit memperlakukan Naira dengan sangat manis. Hampir tak sedetik pun Adit membiarkan tangan Naira terlepas dari genggaman tangannya. Entah itu sebuah sandiwara atau sungguhan? Hanya Adit sendiri yang mampu menjawabnya.

Menjelang 11 malam acara resepsi pernikahan pun telah selesai, dan akan dilanjutkan lagi esok hari, karena sesuai dengan tradisi keluarga Hardinata setiap resepsi pernikahan anggota keluarganya akan digelar tiga hari tiga malam.

Adit dan Naira pun sudah masuk ke dalam kamar. Bergegas mereka secara bergantian membersihkan tubuhnya yang sudah terasa lengket, karena seharian mereka menjadi pasangan pengantin yang harus melayani setiap para tamu yang datang.

Naira sudah lengkap dengan pakaian tidurnya, sebuah baju piyama pink berlengan pendek dan bercelana panjang melekat pada tubuhnya. Dia sedang duduk di atas tempat tidur sembari asyik memainkan ponselnya.

Sedangkan Adit baru keluar dari kamar mandi, setelah dua puluh menit lamanya dia berada di dalam sana. Sembari melangkah menuju lemari pakaian yang berada tak jauh dimana Naira berada, dia menggosok-gosok rambutnya yang basah dengan handuk kecil yang melilit di lehernya. Dia melewati Naira dengan keadaan bertelanjang dada, membiarkan sebagian tubuhnya terekspos begitu saja.

Naira yang tengah asyik memainkan ponsel pun terpaksa mendongakkan wajahnya, demi mendengar langkah kaki yang melewatinya. Wajah Naira langsung bersemu merah dan menutup wajah dengan kedua tangannya.

"Ka-kamu." Naira sempat berucap, saking terkejutnya melihat Adit dalam keadaan bertelanjang dada seperti itu, karena seumur hidupnya baru pertama kali ini dia melihat tubuh seorang pria.

"Ada apa?" Adit memicingkan matanya.

"Kenapa kamu seperti itu?" tanya Naira yang tetap masih menutup wajahnya.

"Ada yang salah? Aku ini baru selesai mandi, wajarlah aku seperti ini." Kini Adit pun menyadari, jika sikap aneh istrinya itu dikarenakan dirinya yang tengah bertelanjang dada. Adit menggeleng-gelengkan kepalanya yang disertai dengan senyum di sudut bibirnya.

"Cepat pakai bajumu!" Suara Naira terdengar meninggi.

"Nanti juga kamu akan terbiasa melihatku seperti ini," ucap Adit yang menanggapi perkataan Naira dengan santai. Lalu dia membuka lemari dan mengambil celana pendek dan kaos hitam, kemudian mengenakannya. 

Selesai mengenakan pakaian, Adit pun melangkah mendekat ke arah tempat tidur.

"Sudah, bukalah wajahmu! Aku sudah mengenakan pakaian," ucap Adit yang duduk di samping Naira. 

Naira membuka wajahnya. Lagi dan lagi dia harus terkejut. Adit mengenakan celana pendek dan kaos hitam yang begitu pas di tubuhnya. Sehingga terlihat bentuk tubuhnya yang sispek. Naira segera memalingkan wajahnya, tak ingin memandang  sesuatu yang tabu bagi dirinya.

"Kamu itu kenapa? Sejak tadi bersikap seperti itu. Apakah aku terlihat menjijikkan?" Adit meraih dagu Naira, tapi sekilat Naira menepis tangan Adit.

Punya Suami Serasa Tak Punya SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang