Bab 52 Ada Apa Dengan Adit?

442 20 0
                                    

Malam ini terasa berbeda dengan malam-malam lainnya. Ada sedikit perasaan cemas dalam hatiku, yang  entah sejak kapan perasaan cemas itu datang. Aku memegang dadaku, merasakan detak irama jantung yang berdegup kencang tak beraturan.

Aku mondar-mandir di dalam kamar yang berukuran sangat luas ini. Mungkin untuk ukuran rumahku ini bisa dipakai untuk 3 ruangan. Langkah kakiku tak lelah-lelahnya menelusuri seluruh ruangan ini. Seperti ada sesuatu yang aku cemaskan.  Yang pada kenyataannya entah apa yang aku cemaskan itu? Akupun tak tahu. 

Pergerakan tanganku mulai membuka sedikit tirai kain penutup kaca. Dibalik tirai kain yang sedikit terbuka itu, aku mengintip keadaan di luar sana. Padahal dengan cara dibuka penuh pun tirai itu aku bisa melakukannya. Tapi entah kenapa ada perasaan takut yang muncul dalam hatiku saat ini. Entah hanya ilusi atau nyata, terlihat sekelebat bayangan hitam yang lewat secara cepat di balik pepohonan rindang yang ada di halaman Kakek Brata. Aku mengucek-ngucekkan mataku, takut penglihatanku ini salah. Dahan dan dedaunan itu pun ikut bergoyang, bersamaan dengan munculnya sekelebat sosok bayangan hitam itu. 

Tubuhku serasa panas dingin. Tanganku pun mulai bergetar, gigi-gigiku bergemeretak tak karuan. Kini posisi tubuhku sampai berjongkok menepi ke lantai, karena lututku terasa lemas. Seakan tak mampu menopang tubuhku untuk berdiri. Rasa takutku mengalahkan pikiran warasku. 

            Krek ...

Terdengar suara kecil dari ranting pohon yang ada di sekitar halaman. Seperti ada seseorang yang tak sengaja menginjaknya. Dan spontan rasa takut menjalar ke seluruh tubuhku. Aku mengatupkan kedua tanganku, demi menahan suara yang takut keluar begitu saja mulutku. Karena reaksi takut tubuhku yang berlebihan.

Sekarang posisiku berpindah ke sisi pojok sudut kamar, agar lebih leluasa memastikan kebenaran yang ada di luar sana.

Tubuhku sedikit meringkuk di pojok kamar, tapi tetap dengan pandangan mata mengintip dari balik tirai kaca.

"Tiara, kamu ini kenapa?" Tiba-tiba ada sebuah tangan lembut menyentuh pundakku.

Sontak aku terperanjat kaget dan langsung membalikkan tubuhku.

"Awww." Aku menjerit dengan tubuh sedikit ambruk ke lantai, karena saking terkejutnya yang spontan keluar dari tubuhku. Sehingga aku tak bisa menguasai diriku lagi.

"Tiara, Tiara, sadar." Ibu menggoncang-goncangkan tubuhku, dengan gerakan tubuhnya yang  mulai merapat dengan tubuhku.

Ketika sudah mengetahui jika yang ada di hadapanku adalah Ibu, langsung aku memeluk tubuhnya dengan erat.

"Aku takut, Bu, takut!" Tangisku mulai pecah dengan tubuh yang bergetar. Sehingga tubuh ibu pun ikut bergetar.

"Tenang, Nak. Ini ada Ibu di sini." Ibu membelai lembut rambutku. Hingga belaian hangat Ibu membuat rasa takutku sedikit berkurang.

Setelah aku bisa menguasai dari rasa takutku, baru lah aku bisa melepaskan pelukanku dari tubuh Ibu. 

"B-Bu tadi di luar sana ada orang. Tiara benar-benar takut, Bu." Aku menatap wajah Ibu dengan mata sayu, akibat dari tangisan takut yang tak bisa aku sembunyikan.

Ibu mengerutkan keningnya, seolah-olah tak percaya dengan apa yang aku katakan. Langsung pergerakan tubuh Ibu bergeser sedikit ke arah tirai, dan membuka lebar tirai tersebut. Terlihat Ibu mengedarkan pandangannya ke luar sana, lewat kaca bening. Sehingga keadaan di luar sana tampak jelas. Kepala Ibu mulai menengok ke kanan dan ke kiri, memastikan kebenaran apa yang aku katakan.

"Di luar nggak ada apa-apa, Tiara." Ibu menunjuk ke arah luar.

"Benar, Bu, tadi Tiara melihat ada bayangan hitam dekat pohon itu." Tanganku menunjuk ke arah luar, namun tatapanku tetap menatap ke arah wajah Ibu. Tak berani melihat keadaan di luar sana.

Punya Suami Serasa Tak Punya SuamiWhere stories live. Discover now