Bab 64 Dilema

474 18 1
                                    

Sosok wanita yang berada di samping Mas Bayu itu kemudian menghampiriku.

"Jadi ini yang namanya Tiara, cantik," ucapnya dengan senyuman manis yang mengembang di wajahnya. Tangannya mengelus lembut wajahku dan memegang lembut tanganku pula.

"I-iya, Bu." Aku sedikit gugup. Entah harus berkata apa kepadanya.

Ibu yang yang berdiri di sampingku, rupanya dia sama terkejutnya dengan apa yang aku rasakan, demi mendengar keterangan dari Mas Bayu tersebut.

"Ja-jadi Ibu ini Ibunya Bayu," ucap Ibuku dengan raut wajah yang penuh dengan keterkejutan.

Kemudian Ibunya Mas Bayu melepaskan pegangan tangannya dan beralih menoleh ke arah wajah Ibuku.

"Iya saya ini Ibunya Bayu, dan kalau boleh saya tahu Ibu ini siapa?" tanyanya dengan ramah yang tak henti-hentinya memasang senyum manisnya.

"Sa-saya Ibunya Tiara" jawab Ibuku dengan sedikit kikuk dan salah tingkah.

Sesaat suasana hening tanpa ada yang bersuara. Dan semuanya pun tampak bergerak salah tingkah. Apalagi aku yang dilanda rasa tidak enak hati, karena entah kenapa Mas Bayu sedari tadi terus-menerus menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. Seperti ada sesuatu yang dia ingin pertanyakan kepadaku. Aku hanya bisa nyengir kuda saja, manakala secara tidak sengaja aku harus bertatapan mata langsung dengan Mas Bayu.

Tetapi keheningan itu tak berlanjut lama, tampak Ibunya Mas Bayu membuka suaranya kembali.

"Emmm ... dan saya juga Ibunya Adit. Kalian kenalkan dengannya?" ucapnya dengan terus memandang ke arahku dan Ibu.

Sontak aku dan Ibuku langsung terlonjak kaget dengan suara yang bersamaan, kami menyahuti perkataan Ibunya Mas Bayu itu.

"A-apa?" Dengan intonasi cukup keras kami mengeluarkan suara terkejut secara bersamaan.

Sedangkan Ibunya Mas Bayu hanya menjawabnya dengan sebuah anggukkan kecil dan senyuman manisnya saja, tanpa mengeluarkan kata-katanya kembali.

"Mana Rizki dan Bilar?" suara Mas Bayu memecahkan rasa keterkejutanku ini.

"Mereka ada di belakang, Mas. Sedang main petak umpet." Cepat aku menengok kanan kiri, memastikan mereka benar ada di taman belakang.

Kemudian Mas Bayupun cepat menggerakkan kakinya mencari buah hatinya itu. Tak lama kemudian Mas Bayu pun sudah kembali membawa Rizki dan Bilar yang berjalan di sampingnya.

Terlihat setitik air mata meleleh di pipi Ibunya Mas Bayu. Rona wajahnya terlihat merah, demi menahan tangis bahagianya itu.

"Me-mereka?" Ibunya Mas Bayu menunjuk ke arah Rizki dan Bilar, kemudian melirik kembali ke arahku, demi meminta sebuah  jawaban dariku.

"Iya, Bu." Aku menganggukkan kepalaku pelan. Aku pun terbawa suasana haru akan tangis bahagia dari Ibunya Mas Bayu.

Terlihat Ibunya Mas Bayu cepat melangkahkan kakinya, menghampiri Rizki dan Bilar. 

"Cucuku," ucapnya dengan mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Rizki dan Bilar, dan kemudian memeluk erat dua tubuh mungil itu. 

Isak tangis terdengar lambat laun di taman bunga ini. Ibunya Mas Bayu menangis kecil sembari kedua tangannya tetap memeluk erat tubuh kedua anakku. Tubuh kedua anakku ikut terguncang, karena sesenggukan dari tangis Ibunya Mas Bayu. Membawa sedikit getaran ke tubuh ke dua anakku, Rizki dan Bilar. Sedangkan anak-anakku yang tak tahu menahu asal muasal perihal yang sebenarnya, hanya terdiam saja berdiri mematung, mendengarkan suara alunan tangisan neneknya itu.

Punya Suami Serasa Tak Punya SuamiWhere stories live. Discover now