Bab 34 Mulai Ada Titik Terang

556 27 2
                                    

Pikiran Bayu terus berputar-putar. Siapa orang yang begitu kejam memaksa Ayahnya untuk melimpahkan semua kekayaannya hanya kepada Reno seorang?

"Tapi siapa orangnya yang memaksa Ayahku untuk melakukan hal seperti itu?" tanya Bayu kepada Fajar dan Romi. 

Fajar dan Romi sekilas saling bertatapan. Seperti ada suatu keraguan untuk mengatakan kebenaran. 

Fajar melirik Romi dengan memberikan isyarat, menganggukkan kepalanya.

Romi menarik nafas berat, seakan mulutnya tercekat untuk mengatakan hal yang telah dia pahami.

"Emmm ... rupanya Ibumu. Menurut pemikiranku sepertinya Ibumu melakukannya sebelum Ayahmu meninggal, tepatnya beberapa hari menjelang Ayahmu meninggal." Romi memperlihatkan tanggal dan bulan Ayah Bayu membuat surat pernyataan pelimpahan hartanya tersebut. Dan Romi juga memperlihatkan surat kematian Ayah Bayu, yang disitu juga tertera tanggal dan bulan kematian Ayah Bayu. Sudah jelas Ayah Bayu dipaksa melakukan semua itu dalam keadaan sakit.

Dengan cepat Bayu mengambil surat-surat penting itu dan membacanya secara seksama. Benar apa yang dikatakan Romi barusan, jika Ayahnya membuat surat itu sedang dalam keadaan sakit.

Serta merta Bayu langsung meremas surat-surat itu. Tampak wajah kemarahan terlihat dalam wajah Bayu. Terdengar suara gemeretak giginya, rahang-rahangnya pun mengeras dan di kedua bola matanya ada sorot kebencian yang sangat luar biasa.

Tapi Fajar dan Romi tidak tinggal diam melihat Bayu yang akan menghancurkan surat-surat penting itu, karena itu bisa dijadikan bukti kebohongan orang-orang yang terkait di dalamnya dan bisa pula dijadikan suatu petunjuk kedepannya untuk mengusut semua yang berkaitan dengan harta Prawijaya. Fajar segera menghentikan pergerakan tangan Bayu yang akan terus menghancurkan surat-surat penting itu.

"Bay, cukup hentikan! Kamu jangan bodoh menghancurkan bukti-bukti ini." Fajar berhasil mengambil surat-surat penting itu dari tangan Bayu.

"Aahhh ...!" Bayu berteriak frustasi. Dia mengacak-ngacak rambutnya, melampiaskan rasa amarah dan kesalnya. 

Bagaimana Bayu tidak dibuat gila oleh kenyataan-kenyataan yang terasa menghantam kehidupannya. Kenapa Ibunya begitu keterlaluan mempermainkan kehidupannya? Belum saja kenyataan  yang baru Bayu ketahui, ternyata Ibunya menghabiskan seluruh uangnya. Dan sekarang Bayu harus menghadapi kenyataan bahwa Ibunya yang telah memaksa Ayahnya untuk melimpahkan semua harta kekayaannya kepada Reno seorang. Sebenarnya kenapa Ibunya setega itu mempermainkan kehidupannya? Itulah yang berkecamuk dalam batin Bayu saat ini.

"Ahhh ...!" Lagi dan lagi Bayu berteriak. Sungguh Bayu tak bisa mengendalikan lagi kemarahannya, yang kini kian membuncah di kepalanya.

Romi segera memegang pundak Bayu dan mendudukkannya kembali. 

"Sudahlah, Bay! Sekarang kita akan mulai dari awal mengusut semua kejanggalan ini. Amarahmu tak akan menyelesaikan semuanya." Tatap Romi dengan serius.

"Benar, Bay! Apa yang dikatakan Romi  itu benar. Lebih baik kita mulai dari sekarang!" Fajar menimpali perkataan Romi dan membenarkannya.

"Bay, bukankah Ibumu asli orang Ngawi bukan?" tanya Fajar yang sedikit banyaknya mengetahui keluarga Bayu, karena dia merupakan teman dekat Bayu sejak dulu.

"Iya," jawab Bayu singkat, yang tak tahu apa maksudnya Fajar menanyakan perihal ibunya itu.

"Emmm ... tepat sekali kecurigaanku ini." Tampak wajah Fajar bersemangat dan melirik ke arah Romi. Meminta pembenaran dari Romi. Terlihat Romi menganggukkan kepalanya.

"Maksudmu apa? Aku semakin gila karena pertanyaanmu itu," sungut Bayu kesal. Menganggap Fajar sedang melakukan sebuah lelucon, yang dianggapnya sama sekali tak lucu.

Punya Suami Serasa Tak Punya SuamiWhere stories live. Discover now