Bab 9 Adit Yang Menyenangkan

639 31 1
                                    

Setelah kepergian Ibu mertua dan Reno. Aku mencoba menjelaskan semuanya yang terjadi kepada Ibu dan Kak Arman, termasuk pertemuanku dengan Adit tadi siang di tempat kerjaku. Aku tak ingin  mereka salah paham dan berpikiran negatif  terhadapku.

Rupanya mereka sudah tahu hubunganku dengan Adit sejak dulu, dan itu menjadikan penyesalan bagi Ibuku. Karena desakan Ibu jugalah aku mengakhiri hubunganku dengan Adit, dan akhirnya menikah dengan Mas Bayu.

"Coba saja kamu dulu menikah dengan Adit, pasti kamu sekarang hidup bahagia, Tiara. Tidak seperti dengan Bayu hanya membawa penderitaan saja untukmu," kata ibuku dengan raut wajahnya yang terlihat sedih. Dengan kedua netra matanya yang sendu, dia menatap iba ke arahku.

"Sudahlah, Bu! Mungkin ini sudah nasib, Tiara,"  jawabku seraya mengambil nafas sejenak, mengingat perihnya menjalani biduk rumah tangga dengan Mas Bayu, yang entah sampai kapan harus aku jalani?

"Tapi, ingat Tiara! Meskipun sekarang rumah tanggamu dengan Si Bayu akan segera berakhir, tapi Ibu tak ingin kamu menjalin hubungan dengan pria lain selama kamu belum bercerai. Kamu harus bisa menjaga martabat seorang perempuan, tak baik bila kamu berdua-duaan dengan pria lain. Apalagi sampai terlihat di mata umum. Orang pasti akan berpikiran negatif tentangmu. Untuk sekarang sabarlah dulu!  Proses gugatan cerai mu nanti akan kakakmu urus dan menunggu Si Bayu pulang terlebih dahulu," tutur Ibu panjang lebar dan penuh nasihat. 

Meskipun kerap Ibu yang gencar habis-habisan untuk mengakhiri pernikahanku, tapi nilai-nilai moral masih Ibu pertahankan. 

"Iya, Bu, Tiara tidak akan gegabah melakukan tindakan bodoh seperti itu," jawabku untuk menyakinkan hati Ibu, jika sekarang aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Adit hanya sebatas jalinan teman saja.

"Kamu sekarang harus bisa menjaga jarak, jangan terlalu dekat, Tiara!"

Sejenak kami terdiam dengan pikiran kami masing-masing. Sengaja aku mengalihkan pandanganku, memperhatikan kedua anakku yang sedang bermain di halaman rumah. Sosok Si Bungsu selalu mengingatkanku kepada Mas Bayu, hidung, matanya dan raut wajahnya pun seperti gambaran wajah Mas Bayu. Sedangkan Si Sulung mewarisi gen dariku, semuanya sama persis denganku. 

Seberapa besar pun aku membenci Mas Bayu, tapi dia tetaplah ayahnya dari anak-anakku.

"Mas, kenapa kamu begitu tega kepadaku dan kedua anakmu? Gajimu yang besar, tak membuat kami merasakan kehidupan yang layak. Kamu yang telah membuat kami pergi dari kehidupanmu, Mas," bisik batinku, seraya menyeka air mata yang meleleh di pipiku.

 Tubuhku terasa lemah, mungkin efek dari pertengkaran tadi dengan ibu mertuaku.

"Tiara, sudahlah jangan terlalu kamu pikirkan masalah tadi! Dan perihal foto itu, Kakak sepenuhnya percaya kepadamu." Tiba-tiba saja suara Kak Arman membuyarkan lamunanku. Dan aku pun langsung menoleh ke arahnya.

"Iya, Kak," jawabku pelan.

"Sana, pergi! Bawa jalan-jalan anakmu! Mereka pasti butuh hiburan selepas seharian dirumah," ucap Kak Arman. Dan aku pun menganggukan kepala, mengisyaratkan jika aku setuju.

Iya itu memang ide bagus menurutku. Aku akan mengajak anak-anak jalan-jalan mencari angin segar  dengan menggunakan sepeda motorku. Hanya sesekali saja aku membawa  mereka pergi bermain bersama di luar rumah. Apalagi sudah kejadian tadi, pasti pikiran anak-anakku kacau. Mungkin mereka akan bertanya-tanya, kenapa dan mengapa orang dewasa akan bertengkar seperti itu?

Ah, apa yang harus aku jelaskan kepada anak sekecil mereka? Seharusnya mereka tak pantas mengetahui masalah orang tuanya.

Aku memanggil  anak-anak agar lekas mandi. Sesampai di depan pintu, dengan cepat aku meraih  tangan mereka. Lalu membimbing mereka berjalan melangkah ke arah kamar mandi. Cukup 15 menit saja, aku selesai memandikan anak-anak.

Punya Suami Serasa Tak Punya SuamiWhere stories live. Discover now