Bab 80 Banyak Maunya

291 9 0
                                    

Aku membuka dokumen laporan tersebut. Terlihat jelas tertera namaku Tiara Anggraeni. Dengan teliti aku membaca hasil laporan. Hingga tibalah di satu kalimat yang membuat mataku terbelalak.

"Mas." Aku menutup mulutku dengan kedua telapak tanganku.

"Sayang, bagaimana?" Mas Bayu memegang kedua bahuku. Terlihat wajahnya penuh dengan kepenasaran.

"Ini, Mas." Aku mengisyaratkan dengan arah mataku, agar Mas Bayu membaca dokumen laporan tersebut yang terletak di atas meja.

Buru-buru Mas Bayu mengambil dokumen laporan itu dan membacanya. Terlihat dia mengerutkan keningnya, menandakan dia begitu serius membaca. Hingga tiba Ekspresinya berubah terkejut.

"Sa-sayang kamu hamil." Wajah Mas Bayu begitu sumringah. Dia menghambur memelukku erat dan menghujani dengan ciuman di pucuk kepalaku, hingga aku kesulitan untuk bernafas.

"Selamat, ya, Pak, Istri anda sekarang sedang hamil." Duara sang Dokter menyadarkanku dan Mas Bayu yang tengah larut dengan kebahagiaan, dan kami pun segera melepaskan pelukan kami masing-masing. Kemudian Sang dokter mengulurkan tangan ke arah kami.

"Terima kasih, Dok," ucap Mas Bayu yang membalas uluran tangan sang Dokter, dan aku pun turut ikut membalasnya juga.

"Dijaga ya, Pak, Istrinya! Jangan  sampai kecapekan dan stres! Usia kehamilan istri anda baru dua minggu. Di saat ini kehamilan istri anda masih tahap trimester pertama, jadi masih rentan dengan segala kemungkinan," tutur sang Dokter seraya tersenyum ke arah kami.

"Baik, Dok." Mas Bayu menganggukkan kepalanya. Tangan Mas Bayu meremas-remas jari jemariku, yang meluapkan rasa bahagianya.

"Minimal sebulan sekali, istri anda harus rutin memeriksakan kehamilannya." Perintah sang Dokter yang memberikan buku panduan kehamilan kepadaku.

"Baik, Dok." Hanya jawaban singkat yang Mas Bayu yang diucapkan kepada sang Dokter. Sungguh kami tak bisa berkata apa-apa lagi, kebahagiaan ini nyaris sempurna dalam kehidupan kami.

Setelah selesai sang Dokter memberi segala arahan dan panduan mengenai kehamilanku. Barulah aku dan Mas Bayu keluar dari ruangan.

Di luar ruangan Ibu Diana sudah terlihat siap menanyaiku dengan beribu-ribu pertanyaannya. Dengan langkahnya yang cepat segera dia menghampiriku dan Mas Bayu.

"Bayu, bagaimana dengan keadaan istrimu?" tanya Ibu Diana yang melirik ke arah Mas Bayu, kemudian memegang kedua tanganku.

Sejenak kami terdiam, tak menyahuti pertanyaan Ibu Diana. Aku dan Mas Bayu saling berpandangan. Kemudian senyuman manis pun mengembang di wajah kami.

"Nak, bagaimana dengan keadaanmu?" Rupanya dengan diamnya kami, itu membuat Ibu Diana semakin penasaran. Dia menggenggam erat kedua tanganku, berharap ada sebuah jawaban dariku, tapi nihil itu tak membuatku membuka mulut. Kesal dengan kebungkamanku, kini Ibu Diana melirik ke arah Mas Bayu lagi.

"Bayu, jawab! Bagaimana keadaan istrimu?" Dengan raut wajah yang penuh dengan kecemasan, kini Ibu Diana mengguncangkan tubuh Mas Bayu.

"Tiara …." Mas Bayu menghentikan ucapannya dan tak henti-henti terus tersenyum.

"Tiara kenapa?" Kini terlihat mata Ibu Diana berkaca-kaca. Mungkin segala pikiran buruk terhadapku menyerangnya. Sungguh hati ini tak tega melihat Ibu Mertuaku dibiarkan berlarut-larut dengan rasa penasarannya yang amat mendalam. 

Baru saja mulut ini akan mengeluarkan suara, tapi Mas Bayu sudah terlebih dahulu meremas jemariku, dan mengedipkan matanya, mengisyaratkan agar aku tak mengeluarkan suara.

Punya Suami Serasa Tak Punya SuamiWhere stories live. Discover now