Bab 56 Wanita Itu Mengamuk

530 25 1
                                    

Bayu terus-menerus mendesah gelisah. Sesekali dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, kemudian membuangnya kasar.

"Tiara, kenapa kamu tak angkat telponku," batin Bayu gelisah.

Kini Bayu kembali memainkan ponselnya. Sambil berjalan mondar-mandir dia terus memegang ponselnya, berharap nama Tiara muncul dalam layar hijaunya, tapi hingga tangan Bayu pegal pun tetap tak ada tanda-tanda Tiara mengangkat panggilannya.

"Tiara, Tiara, jangan bikin aku kesal begini," gumam Bayu dengan raut wajah penuh kekesalan. Rasa kesal dan gelisah bercampur satu dalam dirinya. Bayu merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan Tiara, karena tak biasanya Tiara mengabaikan panggilan teleponnya.

Bosan dengan pergerakan tubuhnya yang berjalan mondar-mandir tak tentu, akhirnya Bayu pun menjatuhkan kembali tubuhnya di atas kursi dan menyandarkan kepalanya di ujung kursi. Sembari menggigit bibir bawahnya, Bayu berpikir keras mencoba menerka-nerka apa yang sedang terjadi dengan Tiara?

Tanpa Bayu sadari ada sebuah pergerakan tangan menepuk pelan pundaknya dari arah samping.

"Bayu kamu kenapa?" Ternyata Kakek Brata sudah duduk berada di sampingnya.

"Ka-kakek," ucap Bayu gugup dengan raut wajahnya yang penuh dengan keterkejutan.

Sejenak Kakek Brata menatap lekat wajah Bayu, kemudian tersenyum ke arahnya.

"Kakek perhatikan sepertinya ada sesuatu yang membuat hatimu gelisah?" Selidik Kakek Brata dengan sedikit mengerutkan keningnya.

 Sejenak Bayu menghela nafas, kemudian  dia memiringkan tubuhnya ke arah Kakek Brata dan membalas tatapan wajah tua yang sekarang ada di hadapannya.

"Kek." Bayu perlahan memegang punggung tangan Kakek Brata.

"Iya, katakanlah, Nak! Ada apa?" Kakek Brata menganggukkan kepalanya.

Terlihat Bayu ragu untuk mengatakannya. 

"Kenapa tiba-tiba aku merasakan tak enak hati. Bayangan Tiara tak lepas dari ingatanku. Aku khawatir dengan keadaannya, Kek."  Bayu menundukkan kepalanya terlalu malu untuk memperlihatkan wajahnya yang memerah. Akibat dari rasa malu dan canggung untuk mengatakan sesuatu yang bersifat pribadi kepada Kakek Brata.

"Kenapa kamu tidak menelponnya?" tanya Kakek Brata dengan tetap memperlihatkan senyum hangatnya kepada Bayu.

"Sudah, Kek, tapi entah kenapa Tiara tak menjawab teleponku?" Bayu mendongakkan wajahnya. Terlihatlah raut wajah Bayu penuh dengan kegelisahan.

Sesaat Kakek Brata terdiam. Dari raut wajahnya menandakan dia sedang berpikir keras, tapi sesaat kemudian terlihat Kakek Brata mengeluarkan suaranya lagi.

"Jangan terlalu berpikiran yang bukan-bukan. Mungkin saja Tiara sedang tak ingin diganggu, karena mungkin kondisinya yang masih lemah akibat kejadian malam tadi," ucap Kakek Brata berusaha menghibur hati Bayu, seraya tangannya menepuk pelan pundaknya.

Bayu menarik nafas panjang. Raut wajahnya sedikit tenang, tak terlalu murung seperti tadi sebelum Kakek Brata datang.

"Iya mungkin juga Tiara sedang istirahat. Sepertinya dia masih shock." Perlahan seulas senyuman mengembang di raut wajah Bayu.

Hingga akhirnya kedua orang keluarga Hardinata itu terdiam, tak ada yang mengeluarkan suara. Mungkin mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Ehemm." Terdengar suara deheman kecil yang berasal dari ambang pintu ruang UGD. Ruang dimana Adit sedang ditangani tim medis.

Punya Suami Serasa Tak Punya SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang