Bab 76 Bayu Yang Posesif

573 11 0
                                    

Keesokan paginya terasa ada jari jemari yang menyibak rambutku yang menutupi wajah.

"Sayang, nyaman sekali kamu tidur?" Suara Mas Bayu membuat kedua mataku mengerjap dan menguap.

"Mas, sudah bangun?" tanyaku dengan menyipitkan mataku, karena terlihat masih buram.

"Emmmm." Mas Bayu semakin erat memelukku dan mencium aroma wangi bahuku.

"Bisa gawat kalau aku berlama-lama di tempat tidur," gumamku pelan,kemudian aku pun beranjak.

"Kamu mau kemana?" tanya Mas Bayu dengan raut wajah tak sukanya, jika aku beranjak dari sampingnya.

"Aku mau ke kamar mandi," jawabku beralasan.

"Kenapa terburu-buru? Nanti saja." Mas Bayu menarik tanganku.

"Aku mau buang air kecil. Aku sudah tak tahan lagi, Mas," ucapku dengan memasang raut wajahku yang memelas. Sebisa mungkin aku mencari-cari alasan, yang dapat meyakinkan hati Mas Bayu.

"Ya, sudah cepat sana!" Mas Bayu melepaskan tanganku dan membiarkanku masuk ke dalam kamar mandi, dengan selimut yang masih membalut tubuhku.

Seusai mandi aku pun bersiap-siap, karena hari ini Mas Bayu akan mengajakku jalan-jalan. Sedangkan Mas Bayu sendiri bergantian di dalam kamar mandi denganku.

Tak lama kemudian Mas Bayu keluar dari kamar mandinya. Dia menggosok-gosokkan rambutnya yang masih basah dengan sebagian handuknya yang masih melilit di lehernya.

Terlihat Mas Bayu memperhatikanku yang sedang berhias di depan cermin. Mungkin memang aku hari ini terlihat cantik dengan balutan dress panjang dan rambut yang tergerai panjang. Aku pun ketika melihat Mas Bayu dari pantulan cermin, langsung menghentikan aktivitas beriasku.

"Mas sudah mandinya?" tanyaku namun Mas Bayu hanya diam saja. Dia memperhatikanku dari ujung kepala hingga ujung kaki. 

"Kamu mau kemana berdandan secantik ini?" tanyanya, bahkan guratan keningnya menunjukan dia tidak suka dengan penampilanku.

"Katanya Mas hari ini mau mengajakku jalan-jalan?" tanyaku untuk memastikannya.

"Ya, aku tahu. Aku tidak lupa, yang kupertanyakan kenapa kamu berdandan secantik ini?" Raut wajah Mas Bayu terlihat ketus.

"Aku berdandan kan hanya untukmu, karena aku tahu di luar sana banyak wanita yang mengincarmu," bantahku pada Mas Bayu.

"Ya, tapi kamu tak usah berdandan secantik ini," seru Mas Bayu. 

"Emmm, apakah emang betul aku secantik itu?" Aku menatap wajahku di depan cermin dengan tersenyum manis, dan itu membuat Mas Bayu terlihat kesal.

"Sudah ikat rambutmu! Jangan biarkan rambutmu tergerai seperti itu!" perintah Mas Bayu penuh penekanan.

"Ini kan bagus, Mas." Aku sengaja tak mengindahkan perintah Mas Bayu, malah aku asyik menyisir-nyisir kembali rambutku.

"Sayang ikat rambutnya!" Mas Bayu mendekat ke arahku, yang kedua tangannya siap menguncir rambutku.

"Aku tak mau, Mas," bantahku dengan gesit aku menepis tangan Mas Bayu.

Mas Bayu pun terlihat dongkol. Dia mendengus berkali-kali.

"Ya, sudah kalau begitu kita tak jadi jalan-jalannya," ancam Mas Bayu.

"Mas, ini kenapa sih? Rambutku yang digerai saja dipermasalahkan." Aku mengerucutkan bibir.

"Terserah kalau kamu menuruti perintahku kita jadi jalan-jalan, dan jika kamu membantahku berarti kita tak jadi jalan-jalannya." Mas Bayu menaikkan sudut bibirnya ke atas.

Punya Suami Serasa Tak Punya SuamiDonde viven las historias. Descúbrelo ahora