Bab 3 Ibu Mertua Yang Bijaksana

975 46 0
                                    

Ibu Mertua

Selepas kepergian Tiara dan anak-anaknya, akhirnya aku bisa bernapas lega. Tak ada lagi yang menanyakan perihal uang Bayu anakku. Ya, tepatnya uangku lah, karena aku adalah Ibunya. Jadi akulah Ibunya yang harus pertama kali mencicipi uang hasil keringat anakku." Akulah mertua yang bijaksana, iya kan?"

Iya, aku adalah Ibu Mertua yang bijaksana. Bagaimana tidak bijaksana? Aku mengatur keuangan anakku. Anakku Bayu kerja di luar Negeri di sebuah kapal barang milik Negara Spanyol, dengan gaji yang lumayan cukup fantastik untuk aku nikmati. Aku menjatah menantuku yang sangat sabar hanya 1 juta, dan itu pun untuk bulan ini aku sengaja memotong jatahnya menjadi 500 ribu, karena aku harus memberi makan Reno dan anak Istrinya. Aku tak mau jatahku juga berkurang dengan memberi makan Reno sekeluarga. Alhasil aku pakai saja uang Bayu. Toh, Bayu juga sayang sama aku dan Reno. Dan sengaja aku meminjamkan uang Bayu ke Reno untuk membeli rumah barunya.

Ya, aku seorang Mertua yang bijaksana? Bisa mengatur semua keuangan Bayu. Aku mau semua anak-anakku mempunyai rumah sendiri. Malu, apa kata tetangga bila anakku masih numpang di rumah mertuanya? Perihal keinginan Bayu untuk mempunyai rumah sendiri, biarlah nanti dia pakai uang bonus dari kaptennya. Hemmm, sungguh bijaksana kan?

"Ini uang 500 ribu harus cukup satu bulan!" Itulah kataku saat memberikan jatah bulanan kepada menantuku.

Aku berpikir biarlah menantuku menjadi seorang menantu yang hemat. Toh dia juga bisa menghasilkan uang sendiri. Menantuku sangat pintar, dengan kepintarannya dia bisa mencari uang sendiri tanpa meminta jatah yang lebih besar. Uh, sungguh sabar menantuku tak menuntut apapun. Dia sering menjadi guru les atau privat anak tetangganya. Ya, meskipun itu tak seberapa dibanding dengan gaji besar anakku, Bayu. Biarlah dia dan anak-anaknya belajar mandiri.

Ya, akulah Mertua yang bijaksana. Dengan memberi sedikit jatah menantuku, semakin besar pula uang di tabunganku. Aku sangat menyayangi menantuku Tiara, karena dia sangat sabar dengan jatahnya yang sedikit itu.

"Oh ... menantuku tak akan aku lepaskan kamu lari dari kehidupan Bayu. Akan aku pertahankan kamu menjadi menantuku, karena kamu wanita yang sabar, hemat dan mandiri," gumamku pelan, sambil aku cekikikan senang punya menantu yang bisa aku kendalikan. Ya, karena aku Mertua yang bijaksana.

Sebentar lagi uang tabunganku akan terkumpul banyak dan Reno juga tak perlu kerja keras. I Love you Tiaraaaaaaaaa.

***

Setelah kejadian perdebetan di rumah Ibu Mertuaku. Aku sudah mengambil keputusan matang-matang. Aku akan menunggu dulu kepulangan mas Bayu, selepas itu aku akan melakukan apa yang yang terbaik untukku. Percuma hidup dengan status bersuami tapi kehidupanku tak layak seperti orang yang mempunyai suami. Aku mulai mengambil semua tawaran les tetanggaku. Kebetulan Rizki anakku yang sulung termasuk anak yang pandai di sekolahnya, mungkin karena itu dari mulut ke mulut semua temannya tahu kepandaian anakku. Alhasil anakku selalu mengatakan bahwa akulah yang selalu mengajarkan dan membingbingnya dalam pelajaran di sekolah.

"Ibuku sangat pintar sekali, Ibuku seperti Ibu guru." Itulah celotehan si sulung kepada teman-temannya. Dari celotehan itulah teman-temannya mulai tertarik untuk meminta aku sebagai guru privat mereka.

Memang dari hasil mengajar sebagai guru privat tak sebesar seperti gaji Mas Bayu, tapi alhamdulilah bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dan aku juga mulai menawarkan diri sebagai guru les komputer di tempat kursus lingkunganku. Mungkin karena kelihaianku dalam keterampilan dibidang komputer dan kesabaranku dalam membingbing anak-anak, hingga aku diterima dan lolos sebagai guru les komputer. Senang dan aku ucapkan beribu-ribu syukur atas kemudahan pekerjaan yang aku jalani sekarang. Aku memulai segalanya tanpa memikirkan pemberian jatah dari Mas Bayu yang sangat terbilang kecil itu.

Punya Suami Serasa Tak Punya SuamiWhere stories live. Discover now