Bab 37 Sang Penolong Rizki

393 20 1
                                    

"Awww ... sakitttt ...!" teriakkan suara Rizki menyadarkan Bayu dan Adit yang sedari tadi hanya terfokus pada sosok laki-laki itu saja yang sudah berhasil meloloskan diri.

Dengan gerakan yang cepat Bayu dan Adit segera bergegas melangkah berjalan ke arah Rizki yang sedang meraung kesakitan. Banyak sekali orang yang mengerumuni Rizki. 

Bayu dengan kedua tangan yang bergetar memeluk Rizki dan melihat-lihat bagian mana yang terluka. Rupanya Rizki terluka sedikit memar dibagian lututnya saja, karena tadi Adit sempat menarik keras Rizki agar lebih menjauh dari amukan mobil jeep hitam itu. Alhasil, dari gerakan Adit membuat tubuh Rizki sedikit terdorong menyentuh lantai.

Sedangkan Adit memilih diam saja, takutnya rasa sensitif Bayu keluar lagi kepadanya.

"Kita sekarang pulang aja,ya, Kak! Kita obatin lukanya di rumah." Bayu mulai bersiap-siap membawa pergi Rizki ke rumah Tiara.

"Iya, Yah." Rizki menganggukkan kepalanya. Dengan tubuh yang masih lemas, Rizki berusaha bangkit yang sedang duduk dipangkuan Bayu.

"Kakak diam saja! Biar Ayah saja yang menggendong Kakak." Bayu mengangkat tubuh Rizki dan membopongnya.

Sebelum masuk ke dalam mobilnya. Bayu baru menyadari keberadaan Adit, yang sedari tadi diam dan berdiri di belakang tubuhnya. 

Bayu menengok ke arah Adit yang ada di belakang. Dengan sedikit canggung Bayu berusaha memperbaiki sedikit sikapnya, yang selama ini kurang baik kepada Adit.

"Emmmm ... Dit, terima kasih sudah menyelamatkan Rizki." Bayu yang tengah membopong Rizki, memilih mendekati Adit yang tak terlalu jauh darinya.

"Itu, sudah menjadi kewajibanku menolong Rizki." Dengan sedikit tersenyum Adit juga berusaha membalas sikap baik dari Bayu.

Mereka berdua sama-sama canggung, kikuk. Tak tahu apa yang harus mereka katakan lagi.

Tiba-tiba Bayu melihat kilatan cahaya dari leher Adit, karena saat ini keadaan siang hari. Sehingga sinar matahari tak bisa dapat dihindarkan lagi. Sesuatu yang berada di leher Adit mengeluarkan pantulan, hingga menyilaukan bagi orang yang melihatnya.

Bayu memicingkan sedikit matanya, karena silau melihat sesuatu yang ada di leher Adit tersebut. Bayu mulai tertarik untuk mendekati Adit lebih dekat. 

Betapa kagetnya Bayu, setelah melihatnya dari arah yang lebih dekat. Ternyata itu adalah pantulan sebuah kalung dengan liontin matahari, sama persis dengan kalung pemberian mendiang Ayahnya, Prawijaya.

Adit yang menyadari akan terganggunya penglihatan Bayu, karena terkena pantulan sinar matahari dari kalungnya itu. 

"Ma-maaf." Adit memasukkan kalungnya kedalam bajunya yang tadi sempat terlihat, karena keluar dari bajunya.

Bayu sedikit tersenyum, tapi rasa penasarannya tak berkurang akan kalung liontin matahari yang ada di leher Adit itu.

"Itu, kalung punyamu?" Dengan memberanikan diri, Bayu menunjuk ke arah kalung liontin matahari itu.

"Iya, ini kalung punyaku. Ini pemberian Ibuku." Adit membalas senyuman dari Bayu.

"Pemberian Ibumu?" tanya Bayu sembari mengerutkan keningnya. Rasa penasarannya semakin besar, ingin mengetahuinya lebih dalam akan kalung liontin matahari itu.

"Iya," jawab Adit singkat sambil menganggukkan kepalanya.

Sejenak Bayu berpikir. Kenapa ini seperti suatu kebetulan saja? Kalung liontin matahari yang Bayu punya adalah pemberian mendiang almarhum Ayahnya, sedangkan kalung liontin matahari yang Adit punya adalah pemberian Ibunya. Apakah ini hanya suatu kebetulan saja? Sambung batin Bayu bertanya-tanya.

Punya Suami Serasa Tak Punya SuamiWhere stories live. Discover now