Bab 77 Bayu Yang Posesif 1

422 8 0
                                    

Mas Bayu melangkah ke arah pintu dan membukanya. Ternyata Fajar sudah berdiri di depan pintu. Fajar senyum-senyum, karena dia pun sudah merasa jika kehadirannya pasti akan membuat Mas Bayu kesal.

"Masuk!" titah Mas Bayu dengan ketus.

"He ... he ... mengganggu nggak?" tanya Fajar cengangas-cengenges sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

"Menurutmu?" tanyanya sinis.

Sedangkan aku yang sedang duduk di atas kasur, merapikan sedikit bajuku yang berantakan akibat ulah tangan nakal Mas Bayu, aku pun ikut angkat bicara.

"Mas, suruh masuk ke dalam!" seruku pada Mas Bayu.

"Aku masuk, ya," ucap Fajar memastikan.

"Hemmm," ucapnya yang kembali masuk ke dalam kamar, kemudian diikuti Fajar dari belakang.

"Duduklah!" Mas Bayu mempersilahkan Fajar untuk segera duduk.

Fajar pun duduk di atas sofa yang tersedia di kamar. Kedua matanya tak henti-hentinya memperhatikanku yang sedang duduk di atas tempat tidur. Terlihat Mas Bayu tidak menyukai tatapan mata Fajar kepadaku.

"Sayang, sini!" titah Mas Bayu yang melambaikan tangannya ke arahku, dan aku pun segera beranjak melangkah ke arahnya.

Aku duduk di samping Mas Bayu, sedangkan Fajar duduk berhadapan dengan kami.

"Ada apa kamu menemuiku?" tanyanya, yang dagunya sengaja ditaruh di atas bahuku. Bibirnya Pun tak henti-hentinya menciumi kulit bahuku, karena aku mengenakan atasan yang sedikit terbuka.

Sedangkan Fajar yang sedari tadi memperhatikan kami, hanya bisa nyengir dan sesekali membuang wajahnya.

"Aku butuh bantuanmu, Bay. Dompetku dicuri orang, dan aku sama sekali tak memegang uang. Tolonglah aku!" ucapnya dengan raut wajah yang memelas.

"Hanya itu saja?" tanya Mas Bayu memastikan, dan kini tangannya sudah melingkar di pinggangku. Aku pun sebisa mungkin melepaskan keberadaan tangannya.

"Mas, malu," bisikku pada Mas Bayu.

"Iya, Bay. Tolonglah! Aku mohon," pintanya memelas dengan kedua tangannya yang dikatupkan.

"Kalau hanya itu saja yang kamu butuhkan, kenapa kamu tak memberitahuku saja? Aku bisa mengirimimu uang, hahhh!" ucap Mas Bayu yang sangat terdengar kesal.

"Mengganggu saja!" umpatnya sembari beranjak dan melangkah ke arah lemari mengambil dompetnya. Kemudian Mas Bayu memberi uang beberapa lembaran ratusan kepada Fajar.

"Terima kasih, ya, Bay," ucap Fajar dengan raut wajahnya yang sumringah.

"Kalau tau begini, aku tak usah repot-repot datang menemuimu," imbuhnya yang lolos begitu saja dari mulut Fajar.

"Dasar sialan. Kenapa kamu tak bilang saja waktu di telepon? hahhh!" Mas Bayu melemparkan bantal kecil ke arah wajah Fajar. Sedangkan Fajar hanya bisa nyengir dengan kedua tangannya berusaha menutupi wajahnya, agar tak menjadi sasaran lemparan Mas Bayu.

"Maaf, maaf. Kenapa sih kamu sewot terus, Bay," tanyanya 

"Ya, kamu mengganggu lah." Mas Bayu melempar bantal untuk yang kedua kalinya.

"Kasihan Mbak Tiaranya disiksa terus. Ya, kan, Mbak?" tanyanya sembari cengengesan dan melirik ke arahku.

Aku yang menjadi sasaran pertanyaan Fajar, hanya membalasnya dengan senyuman kecil saja.

"Sekarang apa lagi kepentinganmu?" tanya Mas Bayu yang melebarkan kedua matanya.

"Tak ada lagi." Fajar menggelengkan kepalanya.

Punya Suami Serasa Tak Punya SuamiWhere stories live. Discover now