Bab 49 Orang Jahat Akan Musnah

444 16 1
                                    

Pagi hari diawali dengan kegiatan makan bersama. Sengaja Mbok Sumi memasak makanan yang banyak, untuk para tamu Kakek Brata itu. Semua hidangan sudah tersedia di meja makan, hanya tinggal menunggu para tuannya untuk menyantapnya.

Hari ini sudah memasuki hari ketiga, Tiara, Bayu dan yang lainnya tinggal di rumah Kakek Brata, karena urusan pekerjaan yang belum terselesaikan semuanya, mengharuskan Bayu menunda dulu kepulangannya. Sehingga yang lainnya juga mau tidak mau harus menunggu Bayu menyelesaikan segala urusan pekerjaannya terlebih dahulu.

Terlihat Bayu sudah keluar dari kamarnya. Dengan gaya maskulinnya membuat Bayu terlihat lebih muda dari usianya. Tampak juga aura darah birunya terpancar dari raut wajahnya. Rambut yang hitam mengkilat, wajah yang oval dengan rahang yang kokoh, yang dipermanis pula dengan hidung mancungnya membuat kharisma ningrat Bayu semakin terlihat. Sehingga Mbok Sumi yang sedari tadi sudah ada di ruang makan menelan ludahnya, demi melihat tuannya yang tampak tampan rupawan dan elok enak dipandang mata. Dan siapapun yang melihatnya pasti akan memujinya.

"Ganteng tenan Den Bayu ini," puji si Mbok yang tangannya sibuk menata hidangan di meja makan.

"Ah, si Mbok ini bisa saja. Saya ganteng, ya karena saya laki-laki. Coba kalau saya perempuan pasti di bilang cantik, iya kan mbok?" Bayu dengan gaya usilnya mengedipkan matanya ke arah si mbok, seraya dengan santainya menjatuhkan tubuhnya ke atas kursi.

"Memang Den Bayu ini cakep. Yo wes sarapan dulu, Den!" Mbok Sumi tersipu malu, demi melihat aksi usil tuannya itu. Dan mempersilahkan tuannya untuk sarapan terlebih dahulu.

"Entar aja Mbok, nunggu yang lainnya dulu." Bayu hanya meneguk segelas air putih saja, cairan pembersih paru-parunya.

Si Mbok hanya tersenyum saja melihat betapa ramah dan tampannya tuannya itu.

Tak lama kemudian datang Adit dari ujung sebelah kiri, karena memang kamarnya di per khususkan untuk para tamu yang letaknya ada di sebelah ujung, bersebelahan dengan kamar-kamar tamu lainnya, termasuk kamar Tiara dan teman-teman Bayu.

Terlihat Adit melangkah mendekat ke arah Bayu dan Mbok Sumi, yang tak lepas dari senyum manis yang membingkai dari wajah ovalnya itu.

"Selamat pagi," sapa Adit kepada Bayu dan Mbok Sumi.

"Pagi Dit, duduk sini!" jawab Bayu dengan membalas senyuman manis Adit, yang pergerakan tangannya menepuk-nepuk kursi yang ada di sebelahnya, mengisyaratkan agar Adit agar lekas duduk di sampingnya.

Kemudian Adit pun duduk bersebelahan dengan bayu.

Sedangkan Mbok Sumi yang melihat dua laki-laki tampan rupawan ini duduk bersebelahan hampir saja tak berkedip. Bagaimana tidak? Dua orang laki-laki yang ada di hadapannya ini terlihat jelas mirip almarhum tuannya, yakni Pak Prawijaya. Tak ada sedikitpun yang berbeda dari mereka. Wajah, hidung, mata, bahkan bibir mereka sama mirip dengan almarhum Pak Prawijaya. Mereka berdua seperti jiplakan dari wajah Pak Prawijaya. 

Setelah sesaat kemudian Mbok Sumi sadar akan keterbengongannya itu. Dia mengucek-ngucekkan matanya, memastikan dia tak salah lihat. Dan mencubit pipinya kalau ini bukan mimpi. Dan ternyata ini terasa sakit, karena ini bukanlah mimpi. Dua orang yang ada di depannya benar-benar mirip dengan almarhum Pak Prawijaya.

"Ada apa Mbok? Kok bengong," tanya Bayu yang menyadari akan keterbengongan si Mbok.

"E-eh, nggak ada apa-apa, Den," jawab si Mbok gugup dan salah tingkah, karena tuannya telah menyadari akan sikap aneh dirinya.

"Mbok, Mbok, melihat kita berdua kayak melihat apa," sahut Adit yang menggeleng-gelengkan kepalanya, seraya tersenyum geli ke arah si Mbok.

"Mbok, tinggal dulu ya, Den. Si Mbok mau ke dapur," ucap si mbok yang berpamitan kepada dua tuannya itu.

Punya Suami Serasa Tak Punya SuamiWhere stories live. Discover now