Bab 57 Wajah Penuh Tipu Muslihat

534 21 1
                                    

Setelah selesai bercakap-cakap dengan Fajar di telepon, Bayu pun kembali ke ruangan Adit dirawat.

Bayu menghampiri Kakek Brata yang tengah duduk disofa. Sedangkan Adit terlihat tidur kembali dengan keadaannya yang masih lemah.

"Kek, aku akan ke kantor polisi dulu melihat bagaimana dua penjahat itu diberi hukuman," ucapnya yang kemudian duduk di samping Kakek Brata.

Kakek Brata melirik sekilas ke arah Bayu. Kemudian tatapannya kembali memandang Adit yang sedang tertidur. 

"Bayu, kenapa kamu repot-repot menangani kedua penjahat itu? Bukankah sudah ada pengacara keluarga Hardinata?" Kakek Brata menggelengkan kepalanya dengan gerak tangannya menepuk pelan pundak Bayu.

Bayu membuang nafas beratnya, terlihat ada sesuatu yang membebani pikirannya. Wajahnya sedikit murung dan sesekali dia memijat pelipisnya, sebagai tanda penyaluran rasa resahnya.

"Bayu kamu kenapa lagi? Wajahmu murung seperti itu." Untuk kedua kalinya Kakek Brata bertanya kepada Bayu.

"Sebenarnya aku ke sana bukan hanya sekedar memastikan dua penjahat itu diberikan hukuman, tapi karena ...?"  Bayu tak meneruskan perkataannya lagi. Berkali-kali dia menghembuskan nafasnya seraya menutup wajahnya.

"Karena apa, Nak?" Kakek Brata mengerutkan keningnya dengan raut wajah penuh kepenasaran.

"Barusan Fajar meneleponku, Kek. Fajar mengatakan Ibu tiriku ada disana. Dia mengamuk di kantor polisi," ucapnya dengan serius.

"Lalu apa yang kamu pikirkan? Jangan pedulikan wanita itu lagi!" ucap Kakek Brata dengan sedikit tersenyum ke arah Bayu.

"Dia mengaku kepada polisi, bahwa mereka adalah keluargaku dan tak mungkin aku akan tega melakukan tindakan hukum kepada anaknya." Bayu menatap kosong ke arah depan. Pikirannya berkecamuk. Ada sedikit rasa kasihan kepada keluarga Ibu tirinya itu. Sifat tidak tega itu lah yang dominan ada dalam hati Bayu.

Sedangkan Kakek Brata yang bisa melihat sikap lemah dan lembek yang ada dalam jiwa Bayu, dia langsung memegang punggung tangan  Bayu, memberikan kekuatan dan energi positif kepadanya.

"Dengarkan Bayu! Berpuluh-puluh tahun lamanya kamu sudah dibohongi wanita itu, dan berpuluh-puluh tahun juga kamu harus terpisah dengan Ibu kandungmu dan saudaramu, dan itu semua karena perbuatan wanita itu. Lihat berapa orang yang sudah menjadi korban kekejaman Ibu tirimu itu! Tiara, anak-anakmu, dan Ayahmu juga, mereka semua korban kekejaman wanita itu. Dia hidup dalam kepura-puraan saja. Jadi ingat kamu tidak boleh berbaik hati lagi kepada wanita itu!" ucap Kakek Brata dengan nada suara penuh penekanan dan serius.

"Tapi, Kek," sahut Bayu penuh kebimbangan.

"Jika kamu ingin hidup tenang, maka jauhilah wanita ular itu!" Tegas Kakek Brata yang tak bisa ditawar-menawar lagi.

"Baiklah, Kek," ucap Bayu dengan raut wajah yang pasrah.

Sesaat susana hening, baik Bayu maupun Kakek Brata tampak diam membisu. Namun sesaat kemudian Bayu memulai ucapannya lagi.

"Sekarang Bayu akan ke kantor polisi dulu menemui Ibu tiriku." Kemudian Bayu bangkit dari duduknya dan bersiap meninggalkan ruangan tersebut.

"Ya, pergilah!  Tapi ingat jangan terpengaruh oleh wanita itu lagi!" Kakek Brata mendongakkan wajahnya. Menatap Bayu yang sudah berdiri di depannya.

Bayu hanya menganggukkan kepalanya, dengan gerakkan kakinya yang  mulai melangkah menuju ke arah pintu keluar.

          ***

Punya Suami Serasa Tak Punya SuamiWhere stories live. Discover now