Bab 85 Apakah Suatu Kebetulan?

337 12 0
                                    

Kini sosok perempuan yang menyebalkan itu sudah berlalu dari hadapan Adit. Bagaikan hantu yang menghilang tanpa jejak. Entah siapa namanya? Dimana dia tinggal? Adit tak pernah mengetahuinya sama sekali, karena dia tak tertarik dengan sosok perempuan itu. Tak punya sopan santun, dan tak beradab itu lah penilaian Adit kepada perempuan itu.

Hari sudah semakin gelap. Adit pun beranjak, namun baru saja dia  melangkah, pandangannya menangkap sebuah buku diary yang tergeletak jatuh di bawah lantai tak jauh dari tempatnya tadi duduk. Adit menengok ke kanan kiri, memastikan si empunya buku diary tersebut, tapi nihil dia tak menemukan seseorang yang mencari sesuatu. Hanya orang-orang yang tengah duduk dan berlalu lalang saja yang Adit lihat. Cepat Adit mengambilnya, buku diary berwarna biru dengan gambar seorang perempuan yang berpenampilan lelaki yang berada di tengah-tengah hamparan bunga, membuat Adit sedikit tertarik untuk melihatnya. Ketika halaman pertama dibuka betapa alangkah terkejutnya Adit, jelas terpampang foto wanita tomboy di sana. Ya, foto itu adalah poto sosok perempuan yang sempat membuat hatinya dongkol.

"Dasar wanita ceroboh. Barang pribadi pun sampai bisa jatuh seperti ini," gumam Adit pelan. Dia langsung menutup kembali buku diary tersebut dan langsung memasukkannya ke dalam tas kecilnya.

Adit berjalan sembari melirik kanan kiri, mencari keberadaan si wanita tomboy tersebut, tapi hingga pegal sekalipun lehernya, tetap dia tak menemukan keberadaan wanita tomboy tersebut.

Tubuh gagah Adit pun kini memasuki mobil merah kesayangannya. Siapapun kaum hawa yang melihatnya pasti akan tergoda dengan kerupawanan Adit, terkecuali si wanita tomboy itu, yang dari sekian banyaknya wanita yang tergila-gila dengan Adit hanya dia yang berani membentak dan berlaku tak sopan kepada Adit. Hingga Adit pun sempat dibuat kesal dan geram bukan kepalang.

Mobil Adit sudah meluncur jauh meninggalkan cafe, tempat dimana pertemuannya yang pertama dengan wanita setengah lelaki itu.

Setengah jam Adit sudah sampai di rumah megah Kakek Brata. Rumah tampak sepi, karena semua orang sedang berada di rumah sakit menemani Tiara yang masih dalam tahap pemulihan sehabis melahirkan.

Adit melemparkan tas kecilnya ke atas kursi. Lagi dan lagi dia harus melihat kembali buku diary tersebut.

"Ah, sialan kenapa aku harus melihat buku itu lagi?" gumamnya kesal, yang mau tidak mau dia mengambil buku diary tersebut. Dan entah kenapa seperti ada medan magnet tersendiri dalam buku diary itu, Adit selalu dibuat penasaran untuk membuka buku tersebut.

Adit menjatuhkan tubuhnya di atas kursi. Dia menyandarkan kepalanya di ujung kursi. Sembari menyandar dia membacanya.

"Naila Al-hunaifa. Jadi itu namanya." Sejenak Adit menghentikan kedua matanya, manakala membaca nama wanita tomboy itu. Adit semakin penasaran untuk membaca lembar per lembar buku diary tersebut. 

Setelah selesai semuanya dia baca, Adit termenung memahami akan tulisan si wanita tomboy tersebut. Tulisan itu seperti mengisyaratkan akan isi hatinya. Hati yang rapuh, kehidupan yang menderita, perjuangan hidup yang sulit, dominan dalam tulisan tersebut.

Adit berkali-kali menghembuskan nafasnya. Entah kenapa bayang-bayang wajah wanita itu kerap hadir dalam benaknya?

"Ah, sstt." Adit mengacak-ngacaknya rambutnya frustasi. Wajah wanita itu seakan-akan menari-nari di pelupuk matanya. Saking kesalnya dia melempar buku tersebut, tapi tak beberapa lama lagi, Adit pun memungutnya kembali. Kelakuan Adit seperti orang yang baru mengenal seseorang saja, tapi sayangnya seseorang itu hilang tanpa meninggalkan jejak.

"Dasar wanita gila, tidak di sana dan tidak juga di sini, kenapa wajahmu itu selalu membuatku kesal?" Adit meracau sendiri.

"Adit kamu kenapa?" Suara Kakek Brata menyadarkan Adit dari segala pemikirannya yang mengembara kemana-mana.

Punya Suami Serasa Tak Punya SuamiOnde histórias criam vida. Descubra agora