Prolog

75K 3.6K 415
                                    

بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Hallo semua nya!!

Perkenalkan aku Ravel. Kalian bisa panggil aku dengan sebutan ABANG author, karena aku COWOK.

Kalian dapat cerita ini dari mana? Tiktok? Rekomendasi teman? Atau yang lain nya?

Kalian baca cerita ini tanggal/bulan apa?

Aku minta Vote dan Komen nya ya temen-temen.

Selamat menikmati sepenggal kisah
Selat Gibraltar!


🦋🦋🦋
-SelBral.

Selatania atau biasa di panggil Selat, Sel, atau apalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selatania atau biasa di panggil Selat, Sel, atau apalah. Menunduk. Ia baru saja mendapat beberapa cacian dari teman sekantornya. Selat memandang nanar layar laptop . Ini benar-benar menyakitkan.

Para karyawan di sini memang semena-mena terhadap Selatania, yang bisa di bilang masih baru. Seharusnya di rangkul, bukan malah di caci. Senioritas harus dihilangkan dari muka bumi. Itu menyebalkan!

Hujan bulan Juni mengguyur Jakarta, mencambuk jalanan begitu keras, hingga menghasilkan dentaman yang berisik. Untung saja gedung pecakar langit benar-benar kuat. Ruangan nya kedap suara, jadi tidak berisik.

Layar dengan wallpaper masjid Nabawi begitu indah. Langit nya berwarna pink. Ada orang-orang juga di sana. Gadis berhijab itu hanya diam. Tidak tahu harus melakukan apa. Ia baru satu minggu singgah di sini. Di kursi kebesaran nya.

Semoga saja ia bertahan dengan semua sikap senior yang menyebalkan. Tidak hanya Selatania- ada satu orang lagi. Gadis itu mengenalnya. Yang pasti dia adalah anak baru disini.

Selatania berdiri dari kursi nya- berjalan ke arah printer kantor yang berada di dekat lift. Tidak persis di samping. Namun tidak jauh dari lift. Di sini juga ada gallon untuk minum karyawan.

Pintu lift khusus terbuka. Aroma maskulin tercium dari sana. Ada dua orang pria. Yang satu adalah pria tinggi, tegap, dengan wajah datar. Jangan lupakan kacamata aluminium tipis bertengger di hidung mancung tanpa komedo. Pria itu memakai pakaian formal, jas, dasi, berwarna navi dengan garis-garis putih.

Sementara salah satunya bertubuh sama tegapnya. Tatanan rambutnya rapi. Wajahnya lebih dingin dan menakutkan- lebih tampan juga tentunya. Ia mengenakan pakaian formal berwarna coklat gelap, tanpa garis seperti sang sekretaris. Pria itu berwajah bule namun separuh Indonesia. Rambutnya sedikit coklat, bukan hitam pekat.

Selat hanya diam. Ia tidak tahu siapa yang berdiri di sana. Kedua pria itu berjalan ke area karyawan. Para senior diam. Mereka kicup. Tidak seperti saat bersama Selat tadi. Mereka tidak mencaci ataupun bergumam. Mereka menundukan kepala- meberi salam.

Selat GibraltarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang