Last Chapter. 43

467 23 0
                                    

Riuh suara angin dengan sisiran pantai dan ombak yang menyapu bersatu, terdengar sopan di telinga dan membuat pikiran rileks.

Jauh di luar dugaan, semuanya tuhan atur dengan apik.

Dan pada akhirnya, semuanya kembali pada jalan yang semestinya, setelah beberapa hal mereka lalui bersama, rasa sakit, kekecewaan, amarah, keegoisan, rasa iri dan pengkhianatan yang tak berdasar,.

Cukup lelah dan menguras tenaga!

Semuanya kembali normal, keluarga kecil itu kini lengkap sudah. Masa lalu yang pahit terkubur dalam-dalam dan memulai hidup baru hingga saat ini berjalan cukup baik.

Jukyeong sangat bahagia, ditambah dengan pertumbuhan Yeongjin yang dikatakan jauh lebih meningkat.

Dirinya dan Seokjin kini sudah menjadi orang tua, bahkan sudah berjalan hampir 2 tahun lamanya.

Mengenai Yeongjin, dia lebih banyak mengambil gen Seokjin ketimbang Jukyeong, dari matanya hidungnya semuanya kecuali bibir cetakan dari Jukyeong, Jukyeong curiga saat sudah besar nanti anaknya akan terlihat sangat mirip dengan Seokjin.

Kembali ke topik awal, kini mereka berada di Hawaii menikmati liburan yang Seokjin janji-janjikan.

"Sayang, teh mu dingin" itu suara Seokjin dari dalam penginapan yang berhadapan langsung dengan pantai.

Saking asiknya memandangi pemandangan pantai, Jukyeong sampai lupa jika tadi dirinya menyeduh teh herbal untuk dia minum.

Dua tahun yang lalu setelah kejadian yang hampir merenggut nyawanya, Jukyeong jatuh koma selama dua bulan lamanya sampai-sampai saat Jukyeong bangun pun dirinya sempat tak ingat dengan dirinya sendiri, bahkan tak mengenal satu orangpun termasuk Seokjin dan Yeongjin. Itu terjadi akibat tembakan yang mengenai saraf sehingga terjadi korslet di dalamnya.

Membutuhkan waktu lima bulan untuk Jukyeong mengingat semuanya, itupun dibantu oleh dokter dan juga Seokjin yang berusaha keras, selama itu juga Jukyeong enggan menyusui Yeongjin sehingga membuat Yeongjin seringkali menangis hampir sepanjang hari.

Masih beruntung bisa kembali, jika tidak Seokjin tidak tahu akan seperti apa kedepannya.

Jukyeong menoleh ke arah Seokjin yang sedang menggendong Yeongjin yang tertidur pulas di pangkuannya.

"Pemandangannya terlalu indah" ujar Jukyeong sambil tersenyum.

Seokjin menghampiri lalu terhenti saat Jukyeong mencegahnya

"Jangan!"

"Kenapa?"

"Anginnya terlalu kencang, tidak bagus untuk Yeongjin bisa masuk angin nanti, aku akan masuk sekarang"

Jukyeong pun masuk seperti yang dia bilang, lalu mengecup sang putra yang tengah tertidur sangat lelap di sana

"Kenapa tidak dibawa ke kamar?"

"Dia tidak mau melepaskan pelukannya di leherku, dia akan menangis"

Jukyeong mengangguk-angguk mengerti lalu beranjak mengambil teh herbal dinginnya.

"Tidak mau menyeduh lagi? Tidak enak jika sudah dingin"

"Tidak, sayang jika harus di buang kan"

Seokjin merasa pegal, akhirnya memilih duduk di sofa yang tersedia, anaknya ini terlalu menempel padanya, wajar saja Seokjin jarang di rumah dan mungkin Yeongjin juga merindukannya.

Jukyeong bergabung duduk di sofa, lalu memperhatikan Yeongjin yang tidur dengan bibir mengerucut, pipi gembul dan juga alis yang saling menaut,. Jukyeong tersenyum lalu mengusap-usap kecil pipi anaknya itu.

Your Eyes Tell [Kim Seokjin]On viuen les histories. Descobreix ara