Part. 39

157 20 1
                                    

Jukyeong masih meremang saat mendengar suara bernada serak yang berdengung di telinganya, dia tidak bisa melihat wajahnya karena air mata tertahan yang sudah menggenang di pelupuk mata.

Jukyeong ketakutan saat presensi itu kembali mendekat lalu berjongkok mensejajarkan proporsi tubuhnya dengan Jukyeong, dan betapa terkejutnya Jukyeong saat matanya menangkap wanita selingkuhan suaminya yang telah menculiknya, Jukyeong sedikit melotot dengan nada bergemuruh hebat.

Sementara Hyewon terus saja menampilkan senyum mengerikannya dengan tatapan tajam bak mata elang, dirinya tak habis-habisnya memperhatikan setiap pahatan wajah Jukyeong yang ketakutan lalu beralih ke perut Jukyeong dan juga mengusap perutnya yang kini sudah berisi satu nyawa di sana.

"Kau tidak lupa denganku kan?" Suara Hyewon menggema di ruangan yang kerap itu, membuat jantung Jukyeong seakan berhenti berdetak saat detik selanjutnya Hyewon mengeluarkan sebuah pisau lipat dari balik bajunya.

Ruangan itu hanya memiliki atmosfer mengerikan, dibarengi Jukyeong yang ketakutan dan Hyewon yang senang akan reaksi Jukyeong yang seakan mau mati.

Pisau itu di arahkan pada pipinya, membuat sebuah goresan kecil sehingga menimbulkan sedikit darah tercecer keluar, Jukyeong tak bisa bergerak sedikitpun meskipun dirinya ingin berontak dan melawan, tubuhnya seakan kaku tak bernyawa.

"Kau lihat luka di dahiku ini?" Hyewon menuntun Jukyeong untuk melihat ke arah luka lebamnya yang masih membekas akibat serangan Seokjin, tangannya mengepal pipi Jukyeong kuat "kau! Kau penyebabnya!"

Hyewon menghempas kepala Jukyeong sehingga membuat Jukyeong kaget dan merasa urat-urat di lehernya putus, lalu detik selanjutnya Jukyeong menatap Hyewon kini penuh dengan tatapan keberanian dan penuh kebengisan juga, yang di tatap hanya tersenyum remeh

"Sepertinya kau mau bicara"

Set

Hyewon membuka penutup mulut Jukyeong membuat Jukyeong merasa sedikit lega, nafasnya masih terengah lalu kembali menatap Hyewon

"Katakan apa yang ingin kau katakan pelacur"

Jukyeong tak berbicara, tiba-tiba saja rasa sakit di kepalanya semakin menjadi membuat Jukyeong merintih, tak hanya itu juga bayi dalam perutnya pun ikut menendang mencoba memahami sang ibu.

"Wah! Sepertinya anakmu marah ya? Apa aku harus habisi dia dulu atau dirimu terlebih dahulu"

"Apa mau mu?" Suara Jukyeong kini terdengar di rungu Hyewon membuat Hyewon tersenyum remeh

"Kau bertanya apa mau ku?_

Aku hanya ingin kau dan anakmu lenyap dari dunia ini"

"Kenapa? Apa salahku?"

"Seokjin, kau merebut Seokjin dariku!"

"Ambil saja, aku sudah melepasnya untukmu" jawab Jukyeong penuh keyakinan "tapi kumohon jangan sakiti bayiku" lirih Jukyeong kemudian

Hyewon berdecih "tidak semudah itu nyonya pelacur, kau yang sudah mengakibatkan diriku terluka"

"Tapi apa hubungannya dengan bayiku?"

"Karena dia anak Seokjin"

"Apa?" Jukyeong terkejut mendengar jawaban dari Hyewon, se obsesi itukah Hyewon pada Seokjin?

"Mm, aku benci siapapun yang menghalangiku untuk memiliki Seokjin"

Jukyeong berdebar, dirinya tak kuasa menahan air mata meskipun tak dibarengi dengan suara tangisannya.

"Seokjin hanya milikku! MILIK HYEWON! MILIK HYEWON! TIDAK ADA YANG BOLEH MENGAMBIL SEOKJIN DARIKU!"

Sret

Your Eyes Tell [Kim Seokjin]Where stories live. Discover now