Part. 37

157 19 2
                                    

Berhari-hari Seokjin mencari keberadaan sang istri, namun nyatanya nihil, hanya sebuah kekecewaan yang dia dapat , Jukyeong belum lantas ditemukan sampai detik ini, membuatnya begitu tertekan dan berantakan. Kehidupannya sangat suram dan gelap, dirinya bagaikan hidup dikubangan air yang begitu dalam hingga sulit untuk mencapai permukaan, semuanya terlalu berbelit, jika saja dirinya sadar hal-hal ini akan terjadi, maka Seokjin lebih memilih mengorbankan nyawa dibanding membuat Jukyeong istrinya terluka karena dirinya.

Bahkan Jimin berkali-kali menghubungi, sepertinya Seokjin belum kunjung berbicara pada lelaki imut itu, dirinya terlalu disibukkan dengan pencarian Jukyeong hingga melupakan segalanya, perusahaannya, jabatannya bahkan tubuhnya sekalipun tak terurus semenjak kepergian Jukyeong, lihat saja dirinya masih helum berganti pakaian sejak dua hari lalu, bahkan mungkin jika Seokjin sadar, dirinya akan merasa jijik melihat dirinya sendiri yang berantakan seperti sekarang.

Mau bagaimana lagi? Jukyeong hidupnya sejak dirinya mengikat sumpah di hadapan tuhan, dia segalanya.

Seperti saat ini, Seokjin memilih untuk diam karena mencari Jukyeong yang tak memungkinkan, cuacanya begitu ekstrim, bahkan awan di atas sana begitu gelap dan kelabu seperti hatinya. Lantas Seokjin hanya berharap Jukyeong cepat kembali dan Seokjin berjanji akan menjelaskan semuanya sedetail mungkin, bahkan jika Jukyeong meminta untuk hal yang tak mungkin pun akan Seokjin lakukan asalkan dia bersamanya lagi..

Tenggelam dalam lamunan hingga dirinya tak sadar jika sudah berdiri seseorang berjas hitam tengah memandanginya sambil tangan dia masukkan ke dalam saku celananya, Seokjin menatap wajah itu, Taehyung. Tatapan Taehyung begitu datar, matanya mengintimidasi Seokjin, bahkan bukan hanya Taehyung semuanya, semuanya juga bersikap sama.

"Tae, ada apa kau kemari?" Tanya Seokjin dengan nada serak karena kurangnya asupan air sehingga membuat tenggorokannya kering.

Taehyung tak menjawab, dirinya mengeluarkan sebuah amplop dari saku jasnya lalu menyimpannya di meja, tepat di hadapan Seokjin, mata Seokjin mengekor pada amplop itu, hingga hatinya begitu tak tenang semakin bertambah saat menduga-duga isi dari amplop tersebut

"Apa itu?" Tanya Seokjin

"Buka dan fahami isinya" ucap Taehyung dengan nada bicara biasa namun dapat membuat Seokjin meremang.

Dengan beringsut tangan Seokjin terangkat untuk mengambil amplop tersebut, tangannya bergetar bahkan dadanya bergemuruh hebat di dalam sana. Tangannya dengan apik mengeluarkan isi dari amplop tersebut dan matanya mulai menelaah satu persatu abjad yang ada di sana.

Matanya memanas, hatinya tertusuk tombak, dunianya hancur dengan sekejap_

Apa yang dia takutkan dan duga benar adanya_

Surat Gugatan Cerai

Itulah isi dari amplop tersebut yang seketika membuat Seokjin seakan diambil nyawa. Bahkan di sana sudah tertera tanda tangan Jukyeong yang artinya Jukyeong memang melakukannya, memilih berpisah dengannya. Emosinya tersulut tiba-tiba, matanya yang berair menumpahkan butiran-butiran air mata dengan tatapan tajam menginterupsi Taehyung. Sementara yang ditatap hanya diam tanpa mau angkat bicara.

Tanpa aba-aba, Seokjin bangkit menarik kerah Taehyung kasar sehingga membuat Taehyung terangkat sedikit, tentu saja Taehyung terkejut dengan pergerakan tiba-tiba meskipun dirinya sudah menduga bahwa Seokjin akan seperti ini

"Dimana Jukyeong sekarang! DIMANA DIA? DI MANA ISTRIKU TAE? DI MANA KAU MENYEMBUNYIKAN ISTRIKU HAH?!"

bugh!

Satu pukulan di pipi Taehyung membuat Taehyung tersungkur cukup keras ke lantai, kakaknya begitu bengis jika begini.

"KATAKAN DI MANA JUKYEONG BRENGSEK!" Umpatan pertama kali Taehyung dengar dari sang kakak selama dirinya hidup selama 25 tahun bersamanya.

Taehyung tersenyum miring, lalu bangkit merapikan kembali jasnya, sementara Seokjin begitu geram karena Taehyung yang tak mau bicara sejak dia bertanya. Baru saja Seokjin akan melayangkan kembali tinjunya, Taehyung berhasil menepisnya dan kini melayangkan tatapan tajam yang tak kalah juga.

"Jukyeong aman bersamaku, sebaiknya cepat hyeong tanda tangani suratnya setelah itu hyeong bisa hidup tenang dengan wanita ular itu tanpa menyakiti hati Jukyeong"

"Brengsek!"

Taehyung kembali menyela tinjuan Seokjin, kini dirinya yang memegang kedua bahu Seokjin kuat "ingat hyeong, siapa yang kau buat dia pergi? Siapa yang membuatnya seperti ini? Kau! KAU HYEONG KAU!_

Apakah kau tidak sadar dengan kesalahanmu? Apa kau tidak melihat bagaimana tersakiti Jukyeong saat tahu kebenarannya? Apa hatimu sudah buta hyeong?_

Aku rasa aku sudah salah karena memberikan Jukyeong padamu, bahkan aku rela memendap perasaanku padanya hanya demi kebahagiaan mu, tapi apa? Kau malah menyakitinya_

Aku pikir kau akan membahagiakannya, kau akan membuat nya seperti seorang ratu, tapi nyatanya kau tidak jauh berbeda dengan sampah-sampah di luaran sana yang sering bergonta-ganti pasa_"

"DIAM! DAN KATAKAN DI MANA ISTRIKU SEKARANG!"

"Tidak! Kau salah hyeong! Kau salah! Bahkan kesalahan mu membuat ibu dan ayah terluka, kau pengecut, brengsek, BEDEBAH!"

Bugh
Kini giliran Taehyung yang memukul Seokjin begitu keras, air matanya turun tak tega juga melihat kehidupan kakaknya menjadi seperti ini, pertama kalinya pertengkaran antara dirinya dan juga Seokjin sungguh tak di sangka-sangka.

Sementara Seokjin terdiam dirinya baru menyadari fakta baru jika adiknya ini juga mencintai istrinya_

Pengakuan yang cukup membuat Seokjin semakin frustasi.

"Maafkan aku hyeong! Bukan keinginan ku untuk melakukan ini, tapi kebrengsekan mu sungguh membuat kami kecewa"

Selanjutnya Taehyung pergi melenggang dengan sisa-sisa emosi bercampur kesedihan pada kakaknya. Entah ini benar atau tidak? Entah Jukyeong akan marah atau tidak jika dirinya tahu tentang ini, Taehyung melukai suaminya.

Your Eyes Tell...

Jukyeong tak tenang, bahkan sang buah hati dalam perutnya lebih sering menendang hari ini, hatinya teringat akan suaminya, bagaimana kabarnya?

Bagaimana dengan makannya? Apa dia baik-baik saja setelah Jukyeong meninggalkannya?

Semuanya campur aduk, rindu dan juga rasa kecewa menjadi satu.

Dirinya mencoba mengalihkan perhatian dengan membaca sebuah novel kesukaannya, namun siapa sangka jika itu tak membantunya, bahkan cabang bayinya kembali menendang, sepertinya terjadi sesuatu yang buruk pada Seokjin. Itulah perasaan Jukyeong sekarang.

"Kau merindukan ayahmu sayang?" Monolognya sembari mengelus perutnya yang semakin membesar.

Tak bisa dibayangkan jika dia lahiran nanti, apakah dirinya sudah jahat? Membuat anaknya terpisah dengan ayahnya bahkan sebelum dirinya melihat sosok itu, tidakkah itu tindakan bodoh?

Bukan, itu tindakan benar! Ya benar untuk saat ini, namun tak tahu dengan masa depan.

"Bisakah kau lupakan saja ayahmu hmm? Sekarang kau hanya punya ibu" lirihnya dengan nada bergetar.


To be continued 💜

Your Eyes Tell [Kim Seokjin]Onde histórias criam vida. Descubra agora