Part. 5

279 25 0
                                    

Tuan Bae Jinyoung. Lelaki paruh baya yang kini sedang duduk di kasurnya sambil menatap ke arah jendela yang mengarahkan pada taman yang luas.

Keadaannya semakin membaik, bahkan sekarang istrinya Suzy tak perlu repot-repot mengantarkan makanan ke kamarnya, karena tuan Bae sudah bisa bergabung dengan istrinya di meja makan, tentunya sejak dokter mengklaim keadaanya semakin membaik, tuan Bae sudah bisa berjalan dengan lancar, kakinya tidak selemas yang dulu. Itu sungguh karunia Tuhan

Atensinya kini teralihkan pada suara decit pintu yang terbuka, sosok yang dia rindukan terlihat tersenyum di balik pintu menatapnya dalam sampai akhirnya sosok itupun kini sudah berada di hadapannya

"Juya"

Jukyeong lantas duduk di samping sang ayah, lalu memeluknya melepas kerinduan, Jukyeong sedikit menumpahkan air matanya karena bisa melepas rindu dengan ayah tercinta

"Bagaimana kabar ayah?" Jika di ingat-ingat ini merupakan pertemuan pertama dengan sang ayah setelah menyandang status sebagai seorang istri

Tuan Bae tersenyum, mengelus lembut surai hitam yang menjuntai milik Jukyeong, rasanya baru kemarin menggendong anak itu, namun sekarang sudah lain lagi, Jukyeong sudah dewasa dan menjadi seorang istri.

"Ayah baik sayang" tutur tuan Bae

"Ibu bilang kaki ayah sudah tidak kaku lagi?"

Tuan Bae mengangguk sebagai tanggapan, sementara Jukyeong kembali mencucurkan air mata, bahagia dengan keadaan sang ayah yang mendapat peningkatan

"Kenapa menangis hm?" Tuan Bae merengkuh Jukyeong kembali, mengusap lembut pucuk kepalanya, bisa terasa tuan Bae sekarang sedikit lebih berisi dibanding terkahir Jukyeong bertemu

"Aku bahagia ayah" ucapnya "aku rindu ayah, benar-benar rindu ayah" lanjutnya lagi membalas pelukan tak kalah erat.

Tuan Bae mengangguk "maaf karena ayah kau..."

Belum sempat tuan Bae berbicara, namun dengan sigap Jukyeong melepas pelukannya dan menutup mulut sang ayah dengan kedua telapak tangannya

Dengan sisa-sisa air mata di pelupuk, Jukyeong menatap sang ayah "tidak ayah, jika ayah bahagia, maka akupun bahagia" tuturnya, tuan Bae terharu, sungguh pemberkatan bagi tuhan karena sudah memberinya anak yang memiliki hati selembut ini. Dia rela berkorban apapun demi membuat tuan Bae bahagia, bahkan merenggang nyawa sekalipun

Demi apapun, tidak ada kebahagiaan yang lebih besar dibanding melihat ayahnya sekarang, tubuhnya sedikit bugar dan berisi, bibirnya tidak sepucat dulu sekarang terlihat lebih segar, kantung mata yang mengitam pun kini kembali putih.

"Kapan kau datang?"

"Baru saja ayah"

"Sendiri?"

"Tidak, Seokjin oppa memilih untuk cuti dan mengajakku kesini"

Tuan Bae mengangguk "lalu dimana menantuku sekarang?"

"Aku rasa orang kantor meneleponnya tadi"

"Akhir-akhir ini Seokjin oppa sangat sibuk dengan pekerjaannya, aku jadi ingin tahu apa sesibuk itu menjadi seorang direktur?" Ujar Jukyeong kembali, dengan bibir yang mengerucut seperti anak kecil.

Tuan Bae tersenyum melihat kalimat-kalimat yang keluar dari mulut anaknya itu, karena secara tidak langsung, Jukyeong memberi tahu jika dirinya kesal karena Seokjin yang sangat sibuk. Tentu saja tuan Bae tahu, dulu dia juga begitu, saking sibuknya hingga sang istri merasa tersaingi oleh pekerjaan suaminya itu.

"Ayah juga seorang direktur kan? Pasti ayah juga merasakannya bukan?" Tuan Bae berpikir sedikit, sudah lama dirinya tak merasakan duduk di kursi kebanggaan dan menyandang status seorang direktur, sebelum tuan Bae jatuh sakit, tuan Bae setiap hari akan pergi ke kantor dan lembur itu membuat Suzy sedikit kesal karena tidak ada waktu untuknya di rumah, hingga pada suatu hari tuan Bae lembur, padahal hari itu tepat dengan ulang tahun sang istri, namun karena terlalu sibuk bekerja dia lupa dan pada akhirnya Suzy marah, tidak menyambutnya saat pulang dan tak pernah bertegur sapa, hingga drama itu berlangsung selama 3 hari, itu membuat tuan Bae tersiksa.

Your Eyes Tell [Kim Seokjin]Where stories live. Discover now