Part. 11

235 22 3
                                    

Kini sampai sudah Seokjin di rumah sakit. Setelah selesai memarkirkan mobil, Seokjin buru-buru keluar dan berlari seperti orang kesetanan, orang-orang yang ada di sana pun melihat aneh pada Seokjin yang bersikap seolah dirinya merupakan buronan yang tengah di buru para polisi, begitupun dengan Jimin yang sama-sama berlari namun tak sekencang Seokjin, dirinya kewalahan jika harus mengejar, Seokjin terlalu cepat.

Dengan nafas memburu Seokjin menghampiri resepsionis dan menanyakan ruangan Jukyeong berada, setelahnya kembali berlari saat resepsionis itu memberi tahunya, tidak peduli dengan pandangan orang lain yang menganggap dirinya seperti kesetanan, yang terpikir dalam dirinya sekarang adalah

Bagaimana dengan bidadarinya yang tiba-tiba masuk rumah sakit?

Bahkan Seokjin tak ayal menabrak orang-orang yang sedikit menghalangi jalannya dan menerima teriakan-teriakan mengumpat dari orang yang dia tabrak

'ICU VVIP 07'

Setelah melihat deretan huruf dan angka yang tercetak di atas pintu, Seokjin beringsut masuk terkesan tergesa-gesa, dan betapa rapuhnya dia saat melihat Jukyeong tengah tertidur pulas di atas brankar. Entah kenapa Seokjin jadi lebih emosional, ini pertama kalinya melihat Jukyeong tergeletak tak berdaya seperti ini. Bibirnya pucat pasi, matanya masih setia menutup dan jangan lupakan selang oksigen yang bertengger menjadi pembantu pemasokan udara untuk Jukyeong bisa bernafas dalam lelapnya.

Melangkah pelan, lalu duduk di tepi brankar, tangannya mengambil tangan mungil Jukyeong dan menautkan jari-jarinya.

"Juya" cicitnya terkesan lembut dan lemah "apa yang terjadi hm?" Tuturnya lagi dengan pegangan tangan yang lebih erat

Seokjin menarik nafas dalam dan menghembusnya pelan "jangan membuat khawatir Juya! Jangan menyakitiku" Seokjin sakit jika melihat Jukyeong seperti itu! tangan yang satunya mengusap lembut kening sang istri, begitu lengket dan penuh keringat.

"Hey sayang jangan takut, aku di sini"

Ceklek

Suara pintu yang terbuka berhasil membuat Seokjin menoleh, seorang pria berkacamata lengkap dengan jas dokter datang menghampirinya, Seokjin bangkit tangannya yang semula bertaut Seokjin lepaskan terlebih dahulu dengan amat pelan. Dan kini mereka tengah berhadapan. Seokjin disambut dengan senyuman beserta lesung pipi yang tertera, Seokjin pun membalas senyumannya dan membungkuk

"Maaf mengganggu waktunya, apa anda keluarganya?" Tanya dokter itu dengan nada sopan

Seokjin mengangguk "aku suaminya" pungkasnya dan dokter hanya tersenyum mendengarnya

Dokter itupun menyodorkan tangan dan langsung disambut oleh Seokjin "Kim Namjoon" ucapnya memperkenalkan diri

"Kim Seokjin" kemudian mereka melepaskan jabatan tangan

Pria itu tersenyum masih menampilkan dimplenya "Aku tahu anda tuan Kim Seokjin, seorang pengusaha besar seantero Korea Selatan dengan rating perusahaan tertinggi ketiga di Asia" tutur dokter Namjoon tersebut

Dan Seokjin yang mendengar itupun tersenyum kecil, tak aneh untuknya jika bertemu orang baru mereka akan memujinya, namun jauh di relung hatinya, sejujurnya dia tidak suka jika orang membicarakannya, entahlah tapi Seokjin seperti di kekang sebuah formalitas jika mereka membicarakan hal itu "tidak usah dibahas dan tidak perlu formal begitu, kita bukan kolega yang sedang berbisnis aku lebih suka obrolan santai" ujar Seokjin

Dan Namjoon masih tersenyum "baiklah, Hyung bolehkan aku memanggilmu seperti itu?" Tanyanya

Seokjin tersenyum "itu lebih baik dan nyaman untukku daripada kau harus memanggilku dengan sebutan 'tuan'" Namjoon pun tersenyum

Your Eyes Tell [Kim Seokjin]Where stories live. Discover now