Part. 4

310 33 0
                                    

Belum cukup Seokjin memberinya apartemen seluas lapangan bola, sekarang Jukyeong harus di hadapkan dengan sebuah rumah mewah yang luasnya entahlah Jukyeong tak tahu, yang pasti melebihi apartemennya.

Hadiah satu minggu pernikahan

Itulah yang Seokjin katakan padanya, Jukyeong pikir Seokjin terlalu berlebihan, tapi melihat ketulusannya sepertinya Seokjin benar-benar memberikannya sebagai hadiah satu minggu pernikahan mereka.

Kali ini keduanya sudah ada di dalam rumah megah nan luas itu, sungguh sejauh mata Jukyeong memandang rumah ini begitu luas untuk mereka tempati berdua.

"Oppa apa ini tidak terlalu luas untuk kita tinggali?" Jukyeong tak habis pikir

"Tentu tidak sayang"

Mendengar kata itu Jukyeong jadi geli sendiri, padahal Seokjin sudah sering memanggilnya dengan sebutan sayang, tapi sampai kini Jukyeong masih merasa itu sebagai de Javu

"Tapi oppa, kenapa harus pindah padahal apartemen kemarin juga sangat nyaman"

Seokjin menatap Jukyeong lantas tersenyum, memegang kedua bahu Jukyeong sehingga kini keduanya saling berhadapan "dengar, aku hanya ingin memberi hadiah untuk satu Minggu pernikahan kita, terdengar berlebihan memang tapi Ju kumohon jangan menolak ya" ucapnya lembut.

Karena tanpa sengaja Jukyeong membuat Seokjin sedikit tersinggung, seolah tidak mau menerima hadiahnya, tapi Seokjin tutupi itu semua tak mau membuat Jukyeong sendiri merasa bersalah. Lagipula Seokjin juga yang terlalu membawa perasaan.

Tak lain dengan Jukyeong, dia sangat peka, dirinya tahu Seokjin pasti sedikit kecewa sekarang, lantas tangannya terulur untuk mendekap tubuh yang lebih besar darinya, kepalanya mendongkak menatap Seokjin. Sedangkan Seokjin masih pada posisi awalnya, dirinya terlalu kaget dengan apa yang Jukyeong lakukan sekarang karena ini pertama kalinya dia memeluknya. "maafkan aku oppa, aku sungguh senang menerima hadiah ini, tapi lain kali beri tahu aku dulu jika mau membeli rumah" akhirnya perkataan Jukyeong berakhir dengan gerutuan

Seokjin mengernyit lantas tangannya membalas pelukan itu "jika aku memberi tahumu itu bukan hadiah namanya sayang" ucap Seokjin

"Setidaknya jangan membeli rumah terlalu luas oppa, karena.."

"Karena?"

Jukyeong menghela nafas sedikit kasar lalu melepas pelukan itu "sudahlah oppa lupakan, sudah terlanjur ini" tutur Jukyeong dengan senyumannya.

Keduanya masih hanyut dalam obrolannya sehingga lupa jika sedari tadi Jimin masih berdiri, melihat interaksi keduanya membuat Jimin entahlah, tapi pikir Jimin mereka adalah pasangan yang lucu.

Jauh sebelum bertemu, Jimin pikir Jukyeong adalah wanita cengeng dan pasti akan sangat menyulitkan untuk Seokjin, tapi Jimin salah setelah bertemu dengan Jukyeong langsung, Jukyeong bahkan jauh lebih dewasa dari yang dia kira.

"Apa dia istrimu Hyung?"

"Wahh ternyata dia sangat cantik"

"Tahu begini aku saja yang menjadi jodohnya, bukan orang tua seperti dirimu"

Iya itulah pujian-pujian yang Jimin lontarkan hingga berakhir pada Bogeman Seokjin yang sangat kuat, namun Seokjin sangat beruntung karena memiliki istri yang begitu menyayanginya dan juga sangat cantik tentunya. Namun entah apa yang akan terjadi selanjutnya, hanya tuhan yang tahu dan Jimin harap itu adalah hal yang baik.

"Ini kopi kalian" kini Jukyeong datang dengan dua cangkir kopi hitam yang masih mengepul.

Seokjin dan Jimin memilih untuk mengerjakan pekerjaan nya di rumah setelah memutuskan untuk pindah rumah hari ini.

Your Eyes Tell [Kim Seokjin]Where stories live. Discover now