Part. 15

210 18 2
                                    

Matahari mulai menyongsong di ufuk, mengantarkan cahaya kuat menyorot menyusuri jendela, titik-titik air embun pagi yang segar masih setia menghias acuan dengan gurat-gurat air yang mulai luluh sedikit demi sedikit.

Pagi ini tampak begitu berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya, semuanya tampak indah seakan bunga telah bermekaran di hatinya.

Kedua tubuh itu tengah sibuk dengan kegiatannya, dengan seorang dara yang sibuk merangkai dasi, dan laki-laki yang tampan paripurna tengah memandangi istrinya dengan penuh cinta.

Sejak bangun pagi, Seokjin tak pernah sekalipun tidak tersenyum sampai detik ini, dirinya masih tak percaya dengan apa yang terjadi.

Bahagia?

Jangan ditanya, bahkan Seokjin seakan sedang di syurga saat pertama kali melihat sang istri bergemul di pelukannya dengan lelap. Namun berbeda dengan Jukyeong, dirinya tak bisa berbohong jika sekarang dirinya tengah dirundung malu. Ditambah dengan sikap Seokjin yang terus menautkan senyum di bibirnya, namun Jukyeong pun bahagia jika akhirnya semuanya telah pada tempatnya.

Jukyeong selesai merapikan dasi Seokjin, tangannya menepuk pelan dada Seokjin, matanya menatap netra sang suami yang begitu berbinar seakan mendapatkan hadiah lalu kemudian menunduk malu-malu

Seokjin terkekeh melihat kelakuan Jukyeong "aku lihat kau terus saja menunduk saat berhadapan denganmu, ada apa?" Tanya Seokjin.

Jukyeong masih menunduk tanpa menjawab pernyataan Seokjin, melihat lucunya prilaku Jukyeong, membuat Seokjin inisiatif mencubit pipinya sedikit keras "aigoo, kau lucu sekali"

"Oppa sakit" racau Jukyeong tangannya mencoba melepaskan tangan Seokjin yang masih bertengger di pipinya, namun kali ini tidak mencubit melainkan mengelusnya lembut penuh kasih sayang.

Jukyeong menatap Seokjin gugup

Tampan_

"Maaf, kau si terus menunduk aku tidak tahan untuk mencubitmu jadinya" ucap Seokjin dengan kekehan kecil diiringi Jukyeong "jadi nyonya Kim milik Seokjin Jukyeong, apa yang membuat mu terus menunduk hmm?" Tanyanya kembali

Jukyeong tak langsung menjawab, tangannya memilin ujung baju, detak jantungnya kali ini berpacu dengan tempo yang lebih cepat, pipinya serasa seperti kepiting rebus yang sudah memerah, ini seperti de Javu untuknya, walaupun memang setiap pagi rutinitasnya seperti ini, namun kali ini dengan keadaan berbeda.

Seokjin masih menatap Jukyeong menunggu jawaban dari sang istri perihal masalah menunduk

"A-aku malu" cicit Jukyeong terdengar seperti gumaman namun masih terdengar oleh Seokjin

Seokjin kembali terkekeh, Jukyeong saat ini sangat lucu pikirnya

"Kenapa malu hm?" Tanyanya sembari memajukan wajahnya supaya berhadapan tepat di depan wajah Jukyeong yang lebih pendek darinya, dan itu berhasil membuat Jukyeong terkesiap "apa karena kegiatan_"

"Bukan" sergah Jukyeong, namun Seokjin masih terus menggodanya, dirinya begitu suka melihat ekspresi Jukyeong saat sedang di goda seperti ini

"Tenang saja tidak usah malu, kita sudah_"

"Oppa sudah jam 8 lebih, kau bisa telat ayo cepat berangkat"

Seokjin tertawa di sela Jukyeong menarik tangannya membawanya untuk segera pergi dari sana.

Your Eyes Tell...

Kediaman keluarga Bae kini tengah ramai karena kehadiran nyonya Kim dan tuan Kim kesana, kedatangan mereka seakan-akan sebuah reuni karena memang mereka tak pernah kembali berkumpul setelah bertahun-tahun keluarga Kim memutuskan untuk pindah setelah kejadian itu.

Your Eyes Tell [Kim Seokjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang