Part. 13

193 24 0
                                    

Pria yang terkesan imut namun laki itu merebahkan diri ke sofa, dari gelagatnya dia begitu kelelahan karena jadwal meeting yang cukup padat hari ini.

Park Jimin. Satu-satunya orang yang Seokjin percaya untuk urusan pekerjaannya di kantor.

Siapa yang tak kenal Park Jimin? Mungkin bisa di bilang seantero Korea akan menyudut pada ciri-ciri dirinya jika orang mengenal itu, bahkan mungkin orang luar Korea pun mengenalnya. Jangan salah Jimin adalah mantan trainee boyband yang super super terkenal sebelum dia debut, dia terkenal dengan tariannya yang lincah seperti bulu terbang, bahkan diketahui Jimin direkrut beberapa agensi besar hanya untuk mendebutkan nya, namun itu semua membuat Jimin frustasi dan beralih menjadi seorang sekertaris sekaligus teman dekat Seokjin sampai saat ini.

Seperti halnya sekarang, Jimin bahkan dengan senang hati tak pulang ke rumah hanya karena menggantikan Seokjin yang masih di rumah sakit.

Jimin berbaring di sofa, matanya sungguh lelah karena dirinya memang benar-benar belum memejamkan mata hanya barang sekejap saja. Jadwal meeting Seokjin terlalu padat.

Drrtt

Suara telepon berbunyi nyaring membuat Jimin terganggu, dengan gerak lunglai, tangannya bergerak malas untuk mengangkat telepon tersebut, namun setelahnya telepon itu mati dengan sendirinya saat Jimin akan mengangkatnya.

"Aish mengganggu saja!" Gerutu nya

Ting

Satu notifikasi email yang mungkin dari seorang klien atau yang lainnya. Dan ternyata benar, dengan mata yang sipit Jimin membaca pesan yang baru datang baru saja. Dan membulatkan mata beringsut tegak dari berbaring nya

"Ya Tuhan kenapa dia tidak pernah menyerah untuk mengajak kami bekerja sama? Padahal Seokjin menolak mentah-mentah ajakannya, ada apa dengan mereka ini!"

Jimin tahu siapa mereka yang di maksud, yaitu Kim Corp's yang merupakan perusahaan kakek Seokjin.

Iya benar yang dikatakan Jimin. Mereka memang pernah mengajukan kerja sama pada perusahaan On namun Seokjin menolaknya mentah-mentah, karena Seokjin tahu siasat buruk sang kakek mengajaknya kerja sama, tidak hanya sekali dua kali mereka mengajak Seokjin untuk bekerja sama, namun berpuluh-puluh kali, dengan menggadang-gadang ingin berdamai. Namun Seokjin menanggapi jika kakeknya itu hanya bicara asal-asalan hanya demi keuntungan besar dia bahkan tega menghilangkan nyawa siapapun yang menghalanginya. Sungguh kejam.

"Apa harus aku menelepon Seokjin?"

Jangan menelepon ku jika itu tidak benar-benar penting Jim, mengerti!

"Ah kurasa tidak, aku sudah tahu jawaban Seokjin seperti apa, aku hanya perlu menolak permintaannya dan memblokir alamat email nya"

Your Eyes Tell...

Pagi ini di awali dengan keributan, yang tiba-tiba saja Jukyeong mengalami kelumpuhan tidur, membuat semua orang panik dan bergegas mencari Namjoon kesana kemari.

Namun Namjoon hanya mengatakan jika Jukyeong hanya mengalami kelumpuhan tidur dan itu tidak akan apa-apa.

"Kau lapar?" Jukyeong hanya menggeleng saat Seokjin yang tidak pernah pergi dari ruangan itu. Bajunya bahkan masih sama dengan baju Seokjin terakhir kali datang kesana. Wajahnya berminyak dan kantung matanya menghitam, Jukyeong melihatnya.

Betapa tulusnya suaminya itu mencintai dan melindunginya"apa kau mau jalan-jalan?" Dan hanya gelengan lagi.

Sebenarnya Jukyeong melihat Seokjin seperti ini membuat nya semakin dirundung rasa bersalah "oppa?"

Your Eyes Tell [Kim Seokjin]Where stories live. Discover now