Tangannya menopang Hyewon untuk segera bangun, dan Hyewon hanya bisa menurut.

Hyewon memandang Hoseok penuh harap, berharap sang adik bisa mengerti dan mau tinggal bersamanya, terdengar juga helaan nafas Hoseok berkali-kali disertai mata tertutup lalu kembali terbuka dan kini menatap Hyewon dengan tatapan yang Hyewon sendiri tak tahu tatapan apa itu.

"Aku tak bisa jika melihat kakak memohon seperti itu, aku akan tinggal di sini" ucapnya bulat dengan beribu-ribu pemikirannya tadi

Hyewon tersenyum lalu memeluk Hoseok senang, bahagia sangat bahagia. Sudah lama dirinya tak merengkuh tubuh tegap itu, wanginya, rambutnya, bahkan ketegapan tubuhnya begitu Hyewon rindukan. Belasan tahun sejak kejadian itu, dan ini pertama kalinya Hyewon memeluk adiknya yang kini lebih tinggi darinya itu.

"Terima kasih Hoseok"

Hyewon melepas pelukannya

"Kakak sudah menyiapkan kamar untukmu senyaman mungkin, pergilah membersihkan diri, kakak tunggu kau di meja makan, mengerti"

Setelah Hoseok mengangguk dirinya memutuskan untuk meninggalkan ruangan kecil kakaknya, dan ketahuilah setelah kepergian Hoseok, Hyewon masih saja merasa sedih. Tangannya merogoh sebungkus rokok yang selalu menemaninya di kala dirinya stress atau bersantai, genggaman itu berubah menjadi remasan kuat sehingga membuat bungkus rokok itu kini sedikit rusak, disertai dengan lelehan air mata dirinya menghancurkan bungkus rokok itu sehancur-hancurnya dan membuangnya ke tempat sampah.

Hyewon sungguh tak ingin lagi kehilangan sosok adik, satu-satunya keluarga yang bisa memberikan bahagia untuknya setelah perceraian kedua orang tua mereka, Hyewon pula berjanji untuk membuang jauh-jauh sesuatu yang Hoseok tak suka darinya, bahkan merokok sekalipun dia akan berhenti detik itu juga asalkan sang adik bersama dengannya.

Your Eyes Tell...

Seokjin dan Jukyeong tengah berada di kamar dengan kesibukan masing-masing. Seokjin yang memutuskan untuk bekerja jarak jauh dengan mengandalkan laptopnya dan Jukyeong yang kini tengah menatap cermin menampilkan presensi dirinya dan kandungan yang kini sudah mulai membesar.

Jukyeong terus saja melihat pantulan dirinya yang berada di cermin sana, tangannya mengelus lembut perut buncitnya, beralih mencubit pipinya yang pikirnya sudah seperti buntalan bantal. Sungguh penuh

Sementara Seokjin yang sejak tadi berkutik dengan laptopnya teralihkan dengan pemandangan Jukyeong yang terus saja menghela nafasnya, Seokjin penasaran, dirinya bangkit dari duduknya dan menghampiri Jukyeong yang tengah bercermin. Seokjin memegang pinggang sang istri membuat Jukyeong terperanjat kaget

"Ada apa hm? Kulihat istriku yang cantik ini terlihat gelisah benar?"

Jukyeong sedikit cemberut, dirinya menunduk "ada apa sayang? Apa kau sakit?" Tanya Seokjin lagi

Jukyeong menggeleng lalu kembali menatap cermin "apa Oppa melihat perubahan tubuhku akhir-akhir ini?" Tanya Jukyeong

Seokjin mengernyit "memangnya ada apa dengan tubuhmu?"

Jukyeong kembali menghela nafas "lihat" ucapnya pada Seokjin dan atensi Seokjin mengikuti kemana arahan Jukyeong pergi.

Seokjin tertawa saat Jukyeong terus saja mencubit-cubit pipinya yang chubby, lalu kini menghela nafas saat ditertawakan sang suami

"Sudah kuduga kau akan menertawakan ku" ucapnya sendu

Seokjin berhenti tertawa lalu merangkul Jukyeong "memangnya kenapa hm? Aku tertawa karena kau sangat lucu"

Your Eyes Tell [Kim Seokjin]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora