BAGIAN 85

2K 271 53
                                    

Amanda dan Naya berada di ruangan yang berbeda. Keduanya diikat tangan, kaki dan ditutup matanya. Sebelum pingsan Amanda sudah menyiapkan pisau di dalam bra bagian belakang tubuhnya. Wanita itu mengamati situasi dengan telinganya.

"Buka penutup matanya." Perintah suara dari laki-laki yang tak jauh dari amanda. Jafy membuka penutup mata Amanda. Wanita itu mulai memasang wajah yang ketakutan. Ini hanya untuk mengaburkan pandangan mereka. Pasti mereka berpikir jika Amanda seorang istri mafia yang manja dan sangat ketakutan.

"Ka..kalian siapa? Kenapa kalian bawa aku kemari?" Tanya amanda dengan sedikit mengeluarkan air matanya. "DIAAAMM KAU AMANDA SANDYA. AKU TAAAUU KAULAH YANG MEMBUNUH SAUDARA KAMI. JONATHAN DAN KEVIN." Teriak pria yang duduk di hadapannya. Amanda sudah menduga ini. Karena saat menelpon Doni tadi, pelatihnya itu bilang jika dirinya dalam bahaya. "Kau harus hati-hati amanda. Aku baik-baik saja tenanglah. Jangan katakan apapun dan dengarkan aku. Mereka ingin membunuhmu karena kata mereka kaulah yang sudah membunuh rekan mereka bernama Kevin. Itu saja yang aku dengar dari percakapan mereka saat mereka memukuliku dan melarangku datang ke tempat gym tadi." Kata Doni ditelpon dan lalu ditutup oleh Amanda.

Amanda menatap tajam ke arah pria yang duduk itu. "Kau tidak tau apa yang sudah Kevin lakukan pada keluargaku. Jika kau tau mati dengan tembakan seperti itu sangat tidak pantas baginya." Jawab amanda lantang.

"DIAAAAMMM KAU JALAAAANG. TUTUP MULUTMUU. JAFY, TUTUP MATANYA DAN BIARKAN DIA DISINI." Ujarnya lalu pergi keluar dari ruangan itu. Jafy mengangguk dan melaksanakan perintah seniornya itu. Amanda lega karena rencananya membuat pria itu meradang berhasil. Wanita itu segera mengeluarkan pisau dari branya, dan berusaha memotong tali di belakang tangannya.

"Lepaass juga akhirnya." Gumamnya pelan. Dia segera melepas ikatan di mata dan kakinya. "Aku harus menyelamatkan Naya." Ujarnya sembari berdiri dan melihat situasi. Sementara di rumah ini sepertinya penjagaannya minim. Karena tak ada yang berjaga di depan pintu ruangan Amanda di sekap dan juga di ruangan Naya. Itu memudahkan Amanda dalam bergerak dan bertindak.

"Nayaa.." panggilnya berbisik. "Kakaaakk.." sahut Naya. Amanda dengan cepat melepaskan ikatan tali di tangan adiknya. Naya melepas ikatan matanya dan keduanya kini bebas. "KEMANAAAA DIAAA?? CARI DIAAA. DASAR KURANG AJAR.." teriakan pria itu terdengar sampai ruangan Naya. "Kak kita harus sembunyi dulu. Mereka pasti kesini." Dan benar saja Jafy berlari memasuki kamar. "Siaaal mereka tidak ada disini." Geramnya.

Amanda dan Naya bersembunyi dibawah meja. Keduanya menahan nafas sambil berpegangan tangan. Jafy keluar dari kamar membuat keduanya bernafas lega. "Kita harus keluar dari sini sekarang." Perintah Amanda. Naya mengangguk. Keduanya melihat situasi dan aman.

"Ayoo Nay.." ajak Amanda. Mereka segera berlari keluar dari ruangan itu dan melihat arah pintu keluar. "BERHENTI KAAUU JALAAANGG.." Teriak pria itu dari jauh. Amanda dan Naya terkejut. Pria itu menembakkan beberapa tembakan di dekat keduanya. Amanda hanya menatap mereka sinis. "Kau mau kabur kemana? Jangan membuat kesabaranku habis." Ujar pria itu. Jafy segera meraih kasar tangan Amanda. Tak ayal Amanda segera menangkis tangan itu dan memutarnya membuat Jafy berteriak kesakitan. Naya menambahkan pukulan di dada Jafy dan pusat reproduksinya. Seketika membuat Jafy pingsan.

"Kau jangan banyak bicara dan berteriak. Majulah lawan aku." Ujar amanda dengan suara dinginnya. Pria itu akan menembak keduanya. Amanda berlari ke arah pria itu dengan cepat dan mengambil kuda-kuda untuk meloncat. Wanita itu tepat mendarat di bahu pria itu lalu memutar kepalanya hingga berbunyi "kreeekkkk.." tubuh pria itu jatuh bersamaan dengan Amanda yang sudah mendarat bebas membelakangi tubuh pria itu yang sudah tak bergerak.

Arya membuka pintu. "Sayaaaangg.... Nayaaa..." teriaknya. Mendengar suara suaminya, wanita itu berbalik dan segera menghambur ke dalam pelukan Arya. "Eehh eehhh sabar dong sayaang. Kau tidak tau tempat ya sekarang.." goda Arya. Amnda tak menghiraukan ucapan suaminya dan tetap memeluknya. Naya tersenyum melihat tingkah kakak dan istrinya itu. Ikbal lega melihat Naya tak terluka sedikitpun.

INTERNAL LOVEWhere stories live. Discover now