BAGIAN 62

3.6K 338 120
                                    

Erlin masuk ke dalam ruangan Amanda saat sahabatnya itu selesai memeriksa pasien terkahirnya. "Haii cantik, udah selesai? Pulang yuk.." ajak Erlin pada Amanda.

"Waaahh tumben kamu pake dress? Mana sama lagi kayak bajuku warnanya." Kata amanda menggoda sahabatnya. "Eeh ini juga kalo gak di suruh Marsel aku gak mau pakek taukk.." sahut Erlin cepat. "Ciyeeeee masih lanjut nih sama si Marsel?"

"Hehehe aku udah jadian tauuukk.." jawab Erlin malu-malu. "Hah? Beneran? Kok bisa sih? Kenapa gak cerita sih? Jahat ya kamu.." amanda memasang wajah cemberut membuat Erlin segera memeluknya. "Utu utu tayaaang yuk aku traktir yuukk jangan ngambek dong.." Keduanya tertawa. "Okay aku siap-siap dulu ya.." kata amanda. Erlin mengangguk. Ponsel gadis itu bergetar. "Kak Ikbal.." gumamnya.

Bersiaplah. Hati-hati.

Erlin membalas pesan kakaknya lalu memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas. "Yuk berangkat sekarang." Ajak amanda keduanya keluar. "Eeh eehh Manda Manda bentar. Pakai ini dulu. Biar kamu gak kena debu." Ujar Erlin memasang masker pada istri Bosnya itu. Tak lupa dirinya pula juga memakai masker. "Kenapa sampai pakai masker segala sih Lin?" Tanya Amanda penasaran.

"Eeh kita harus waspada tauk. Siapa tahu musuh Bos yang sedang ngincar Bos tiba-tiba mau nyelakain kamu. Ya kan?" Kata Erlin meyakinkan. Amanda mengangguk setuju. "Aku harus menjaga Nona dari bajingan itu. Aku yakin seseorang dari mereka sedang mengawasi kami sekarang." Batin Erlin sambil melihat kiri kanan saat mereka berjalan di koridor rumah sakit menuju parkiran.

Keduanya keluar dari pelataran rumah sakit berjalan ke arah parkiran. Sepasang mata melihat mereka dari jauh. "Bos, yang mana istri Arya? Ada dua gadis memakai dress warna yang sama. Mereka memakai masker." Ujar pria yang berdiri di balik pohon. Pria itu melirik ke seberang, tampak temannya menunggu perintahnya.

"Yang rambutnya pendek sebahu." Jawab Fatah. Pria itu menatap Erlin dan Amanda. Karena memakai jad dokter, rambut Erlin tertutup sehingga terlihat sebahu. "Dua-duanya sebahu Bos." Jawab pria itu. Fatah meradang, "KAU PASTIKAN YANG BERAMBUT PENDEK BODOH. JANGAN BANYAK TANYA. CEPAT BAWA DIA PADAKU!!!" Teriak Fatah. Pria itu segera menutup ponselnya dan bergegas.

Amanda dan Erlin hendak memasuki mobil, tiba-tiba seseorang membekap keduanya dari belakang. Amanda pingsan, namun tidak dengan Erlin dia tahu ini akan terjadi. Tapi gadis itu berpura-pura pingsan. "Cepat tutupi wajahnya dengan kain ini." Ucap seorang dari mereka. "Apa kita membawa keduanya?" Tanya rekannya padanya. "Lebih baik kita bawa keduanya. Dari pada Bos Fatah marah pada kita." Ujarnya. Mereka memasukkan Amanda juga Erlin ke dalam mobil dan pergi dari sana.

*****

"Bagus. Ikuti mereka aku akan menyusul sekarang." Ujar Arya menutup ponselnya sambil tersenyum.

Willy memberi isyarat ingin tahu apa yang baru saja di dengar Arya. "Dia memberi tahuku. Amanda dan Erlin sudah menuju markas bajingan itu. Kita kesana sekarang." Ujar Arya.

"Baiklah. Anak-anak sudah berada di titik yang aku perintahkan kemarin." Jawab Willy, Arya hanya mengangguk perlahan. "Sayang, aku harap kau akan baik-baik saja." Batin arya sambil terus berjalan.

Sementara Amanda tersadar saat berada di jalan. Wanita itu terkejut saat tahu wajahnya di masukkan ke dalam kantong kain hitam. "Aku harus tenang. Aku tidak boleh panik. Arya sudah memperingatiku tadi." Ujarnya pada diri sendiri.

Flashback Amanda.

"Sshhh.. aaahh..sshhh ahhh..." erang Amanda sambil memejamkan matanya. Merasakan gesekan hangat suaminya. "Sayaang, sshh..." panggil Arya lirih.

"Hmmmhh.."

"Saat kau di rumaaahh aahh sakittt nanti. Pastiihh akan ada yang mengawasimuhh. Bahkan menculikmuuh.." ujarnya dengan terus menggoyangkan pinggulnya. "Apa itu Fatah?" Tanya Amanda sambil membuka matanya dan kembali mendesah. "Hm tugasmu hanya menahannya sampai aku tiba. Ok?" Ujar Arya.

"Ok.. sshhh aahhh kenapaah syarat kedua lebih mudah daripada syarat pertama dan terakhir?" Tanya amanda. Arya tersenyum dan terus menggoyangkan pinggulnya sambil menghisap dua gundukan kenyal di hadapannya. Suara desahan Amanda semakin keras hingga menyatu dengan kenikmatan pagi itu.

Flashback Off.

Mobil berhenti di mansion mewah. Amanda dan Erlin di bawa masuk ke dalam dan naik ke lantai2 dengan hati-hati.

Fatah terkejut saat anak buahnya membawa dua gadis ke hadapannya. "Maafkan kami Bos. Mereka sangat mirip. Jadi kami bawa keduanya." Ujarnya. Fatah mengangguk. Kedua anak buahnya mundur perlahan. Fatah dengan senyum manisnya membuka penutup kepala salah satu dari mereka.

"DOKTER ERLIN.. SEDANG APA ANDA DISINI?" Teriak Fatah terkejut jika yang dibawa adalah Erlin.

"KAU YANG SEDANG APA? KENAPA KAU MEMBAWAKU KEMARI?" Teriak Erlin. Fatah tak menggubrisnya. Pria itu lalu membuka penutup kepala Amanda. "Dokter Amanda..." panggilnya lirih. Wajah Amanda geram dan kesal melihat Fatah. "Apa yang sedang kau lakukan? Lepaskan kami." Bentak Amanda. Fatah tertawa sambil membelai rambut Amanda. Dengan sigap Erlin menampis tangan Fatah. Tak tinggal diam Fatah menampar Erlin.

Plaaaaaakkk

Erlin melawan Fatah dengan cepat, anak buah Fatah dengan cepat menarik Erlin keluar dari kamar Fatah. "Erliiinn...Erliiiiinnn..." teriak Amanda dan ingin mengejarnya. Fatah menarik tangan Amanda. "Mau kemana dokter, tempatmu ada disini." Sergahnya. "LEPASKAAAAN AKUUU..." ujar Amanda meronta.

*****

Arya terjebak macet bersama Willy. Pria itu mulai gusar dan panik. "Ikbal, cari jalan lain." Perintahnya. "Kita gak bisa keluar dari sini Bos. Ini jam orang pulang kantor. Pasti macet." Ujar Ikbal melihat sekitar.

"Sial."

"Heyy kau tenanglah. Kau sendiri kan yang bilang jika istrimu bisa di andalkan. Kau tak perlu khawatir aku yakin jiwa mafiamu itu sudah menurun padanya. Mengingat bagaimana dia menghabisi Kevin saat itu." Timpal Willy pada Arya. Pria itu terdiam mendengar pernyataan Willy. "Tapi tetap aja aku gak tenang." Ujarnya.

"Aku akan telpon Elang sekarang. Biar dia sampai di markas bajingan itu sekarang." Arya mengangguk setuju.

Sementara Erlin bergelut dengan kedua anak buah Fatah. Dihajarnya satu persatu mereka dengan sadis. Tak disangka kedua rekan merek datang lagi saat yang lain tumbang. "Kau pikir kau siapa wanita jalang." Erlin menatap tajam kedua pria di hadapannya. Dengan cepat mengambil pistol yang tergeletak di lantai dan menembak keduanya tanpa ampun. "Hmmh sekarang siapa yang jalang?!" Ujarnya lalu menginjak mayat mereka dan berlari menyusul Amanda.

Amanda bergelut dengan Fatah. Pria itu seakan kerasukan dan ingin mencumbu orang yang dicintainya itu. Tanpa sadar Amanda di tamparnya karena tidak menurut padanya. Dengan cepat Amanda mendorong Fatah hingga pria itu terjatuh. Di ambilnya dari sepatunya sebuah tali senar tipis. Saat Fatah akan bangkit, Amanda dari belakangnya menjerat leher Fatah dengan tali itu. Erlin datang bersamaan dengan Arya dan Willy.

"Sayaaang.. sayaaang lepaskan dia. Biar Aku yang mengurusnya." Ujar Arya pada Amanda. Gerakan Arya begitu cepat dan melumpuhkan Willy. Elang masuk dengan Ikbal. "Bawa dia ke markas kita." Perintah Willy. Erlin yang panik dengan Amanda segera memeluk sahabatnya.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Erlin. Amanda mengangguk. Arya tersenyum bangga pada istrinya. "Aku hanya menyuruhmu mengulur waktu Fatah bukan membunuhnya sayang.." kata Arya. Amanda menangis. Arya bingung, melihat itu Erlin keluar ruangan.

"Ke-kenapa sayang? Kenapa kau menangis?" Tanya Arya bingung.

"Aku takut. Dia akan memperkosaku tadi. Makanya aku berjaga membawa benang ini dari rumah sakit." Ujarnya manja. Arya menahan emosinya mendengar pengakuan istrinya. "Kau tenanglah. Aku akan menghukum bajingan itu." Kata arya menenangkan dirinya sendiri dan juga istrinya. Darahnya seakan mendidih melihat bekas tamparan di pipi istrinya itu.

"Fatah, tunggu hadiah dariku karena berani melukai istriku." Batinnya.

"Sayang, ayo kita pulang." Arya menggendong istrinya dan mereka pulang. Sementara Fatah berada di markas Willy.


Bersambung...

INTERNAL LOVEWhere stories live. Discover now